Bug program fitur Honda idling stop system dan standar samping otomatis beresiko bikin aki tekor


Saat sedang menggunakan motor Honda Beat, penulis kaget saat mengetahui bahwa lampu depan tetap menyala walau mesin sudah mati. Ini terjadi baik saat standar samping di turunkan, dimana mesin otomatis mati karena fasilitas standar samping otomatis, dan juga saat kendaraan berhenti setelah habis dipakai jalan karena fasilitas idling stop system.

deskripsiHondaBeatstandarsamping

deskripsiHondaBeatISS

Berikut video yang menunjukkan hal tersebut. Selagi motor menyala, bila standar samping diturunkan mesin akan mati, tapi lampu depan masih menyala:

Saat mesin mati karena fasilitas ISS, ternyata lampu depan juga masih menyala, video berikut menunjukkan lampu indikator ISS yang berkedip sebagai tanda fitur ISS sedang aktif, mesin akan menyala lagi bila digas, lampu tidak pernah mati selama itu:

Bagi penulis ini adalah masalah besar. Dengan masih menyalanya lampu selagi mesin mati akan menimbulkan kerusakan pada aki. berikut penjelasannya:

  • Lampu depan / belakang yang menyala dengan hanya mengandalkan aki akan membebani aki. Aki akan lebih awet bila arus yang dipakai lebih kecil dari kapasitasnya. Sementara itu lampu depan/belakang memakan arus kira kira 4 Amper yang sudah mendekati limit dari kapasitas aki motor yang biasanya 4.5 Amper.
  • Ini diperparah saat motor dinyalakan lagi karena dinamo starter akan juga menyedot arus yang besar dari aki. Umur aki akan berkurang bila sering dipaksa untuk bekerja melebihi kapasitasnya . Pada keadaan normal ini tidak terjadi karena lampu depan masih mati saat motor dinyalakan. Dengan lampu yang menyala sebelum distarter maka aki dipaksa memasok arus yang berlebihan. Apalagi ditambah dengan fakta bahwa menggerakkan dinamo motor butuh arus besar saat pertama kali. Normalnya juga lampu tidak menyedot arus dari aki namun langsung dari alternator / dinamo pembangkit listrik di motor.
  • Saat lampu masih menyala dan mesin mati, maka sumber daya satu satunya adalah dari aki. Listrik yang tersimpan pada aki akan berkurang secara signifikan karena dipakai untuk menyalakan lampu yang butuh daya besar. Bila terlalu lama maka aki bisa tekor dan aki bisa tidak mampu menyalakan dinamo starter. Pengisian listrik ke aki saat motor jalan bisa saja tidak cukup untuk mengembalikan arus yang disedot saat mesin mati, terutama bila motor sering harus berhenti. Aki bila sering dipaksa disedot arusnya sampai habis akan tidak awet dan cepat rusak.

Masalah ini tidak bisa diatasi dengan capacitor bank karena problemnya adalah tidak adanya catu daya. Capacitor bank cuma bisa membantu beberapa detik saja, selepas itu akan ambil daya dari aki lagi. Mungkin super capacitor bisa membantu namun dari sisi harga lebih mending menambah aki satu lagi. Tapi masa ya harus sampai pakai solusi ini? solusi yang lebih benar adalah dengan memperbaiki bug tersebut. Lampu dibuat mati bila mesin motor mati.

Penulis curiga bahwa aki tekor ini adalah masalah bagi motor matik Honda karena saat motor diterima, bagian delivery mewanti – wanti agar tidak mengandalkan starter elektrik saat menyalakan motor di pagi hari. Mereka menyarankan agar menggunakan starter kaki. Penulis merasa aneh dengan saran ini karena selama ini motor matik penulis yang lama tidak masalah walau selalu pakai starter elektrik.

Penulis curiga bahwa aki tekor tersebut terjadi karena pemakai motor matik Honda tidak sadar bahwa lampu depan yang masih menyala saat motor mati bisa membuat aki tekor. Penulis juga curiga bahwa karena saking seringnya ada komplin aki tekor di dealer membuat pihak delivery sampai harus mewanti wanti konsumen untuk tidak sering menggunakan starter elektrik.

Saran penulis bagi pemilik motor matik Honda yang mempunyai fasilitas idling stop system dan standar samping otomatis untuk menggunakan fasilitas tersebut dengan berhati hati. Beri tahu juga anggota keluarga tentang kelemahan dari fasilitas tersebut. Jangan sampai mereka harus terpaksa menstarter kendaraan pakai standar tengah karena termasuk susah untuk menstandar tengah motor Honda, apalagi kalau perempuan.

Beritahu juga kemungkinan akinya tekor agar mereka tahu bahwa motor bisa dinyalakan dengan starter kaki dan tidak sampai harus menuntun motor berkilo kilometer ke bengkel.

Bagi bro yang punya motor dengan bug ini, mari sama sama komplin ke Honda. Untuk solusi sementara, bila motor diperkirakan akan mati agak lama maka mending kunci kontak dimatikan. Biasakan untuk mematikan kunci kontak sebelum menurunkan standar samping. Bila sering lupa, fasilitas ISS sekalian dimatikan saja.

Edit:
Tambahan info baru, dari desain asli Honda Jepang, aki harusnya tidak sampai discharge / terpakai arusnya saat ISS aktif walau di jalur sibuk / macet. Batre tidak boleh discharge agar starter motor sanggup menyalakan mesin. Menjadi masalah bila batre dipaksa harus discharge / dipakai arusnya untuk menyalakan lampu saat mesin mati.
http://world.honda.com/motorcycle-technology/Engineidlingstop/p4.html

Charging system designed to prevent discharging of the battery
It is necessary to increase charging capacity for an “idling stop” vehicle compared to a vehicle that with idling. This is necessary because the battery is not charging when the vehicle is stopping for a traffic signal etc.
An “idling stop” vehicle cannot restart if the battery is discharged and the starter motor cannot crank the engine. To cope with the aforementioned, the charging output from the ACG starter in the “idling stop” vehicle is designed to such a level that prevents the battery from discharging even when operated on congested roads using the “idling stop system”.

04_1

Reduced friction from the power generation
When an “idling stop system” is applied, due to lack of power generation during stopping, the electrical loads, such as the headlamp, draw a considerable amount of power from the battery when stopping. Power consumed from the battery during stopping is quickly recovered from the alternator when the engine revolutions increase and the power generation starts. A considerable amount of mechanical energy from the engine must be consumed for the power generation by the alternator, resulting in weak vehicle acceleration.

04_2

Friction from power generation
The charging voltage at the time of start is regulated. To reduce friction from power generation, and to ensure strong vehicle acceleration when equipped with the “idling stop system”, the charging voltage is lowered to 12 volts from the normally regulated voltage of 14.5 volts for a prescribed period of time. In doing so, the battery is not charged during vehicle acceleration, and charged only during constant speed or deceleration. Charging during deceleration is especially effective because it means an efficient use of energy.

Dijelaskan pula bahwa untuk meningkatkan akselerasi setelah awalan, daya charging dikurangi karena charging butuh daya yang bisa mengurangi tenaga. Selama 5 detik pertama daya charging dikurangi menjadi 12V sehingga tenaga tidak berkurang oleh charging.

Dijelaskan bahwa penggunaan listrik pada saat mesin mati membuat tenaga akan terkurangi karena aki jadi butuh dicharge untuk mengganti listrik yang terpakai selama berhenti. Jadi jelas bahwa lampu yang mengala selama mesin mati juga mengurangi tenaga. Dari komentar, sepertinya Honda Vario dan Scoopy ISS lampunya mati selama standar samping turun mungkin juga saat ISS aktif. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa di Honda PCX dan Beat baru justru lampu depan menyala padahal dengan dipakainya listrik saat mesin mati membutuhkan motor untuk mengecharge batre yang efeknya mengurangi tenaga. Apalagi disebutkan charging didesain agar hanya berlangsung pada saat kecepatan konstan atau mengurangi kecepatan.

Iklan

Apakah bro percaya sama pernyataan Yamaha bahwa semua motornya bisa pakai pertalite?


Penulis terus terang agak bertanya tanya saat muncul berita bahwa Yamaha mengklaim bahwa semua motornya bisa pakai pertalite, bensin oktan 90 yang baru saja dirilis oleh pertamina. Berikut beritanya:
Yamaha Indonesia Nyatakan Semua motor produksi YIMM cocok menggunakan Pertalite, July 27, 2015

”Semua motor produksi YIMM cocok menggunakan Pertalite, termasuk yang berteknologi Blue Core yang tengah diminati masyarakat. Yang sudah terbukti dari penjualannya misalnya di Jakarta Fair masuk tiga besar terjual terbanyak yaitu motor Blue Core (All New Soul GT, Mio M3, NMAX). Apalagi dengan teknologi Blue Core yang terbukti irit, sinkron dengan kelebihan Pertalite seperti oktan tinggi, pembakaran efisien. Sehingga pelanggan makin dimanjakan dengan performance motor yg lebih OK dan biaya pemakaian bahan bakar yang lebih hemat,” papar Mohammad Masykur, Asisten GM Marketing PT YIMM.

Diharapkan dengan hadirnya Pertalite kian membantu konsumen karena dengan kadar oktannya 90 sudah cukup besar apalagi harganya terjangkau. Karena itu, Yamaha mendukung konsumennya untuk menggunakan Pertalite sebagai bahan bakar kendaraannya. Terlebih dengan keunggulan Pertalite yang tidak menimbulkan kotoran/kerak pada mesin, ramah lingkungan, pembakaran lebih optimal, mesin lebih bertenaga dan halus.

Hal itu sesuai dengan kualitas motor Yamaha yang diproduksi dengan berbagai keunggulan, sehingga dengan menggunakan Pertalite akan makin menguntungkan konsumen.

Sebuah pernyataan yang aneh karena pembaca sudah terbiasa disuguhkan artikel semacam berikut ini:
Kalo Motor Kompresi Kecil, Pakai Premium atau Pertamax Pengaruhnnya kecil dengan Konsumsi bahan bakar January 8, 2015

Octane_Requirement

Bro sekalian, Beberapa Sobat Pengunjung blog sering kali mengirimkan pertanyaan kepada tmcblog perihal pilihan Bahan bakar apa yang lebih pas digunakan untuk kendaran roda duannya. Pemakaian jenis Oktan ( RON) bahan bakar paling bijak Ya memang didasarkan pada seperti apa Kompresi mesin yang kita Gunakan

Menurut penulis sudah jelas bahwa pernyataan bahwa bensin pertalite bisa dipergunakan untuk semua kendaraan Yamaha adalah pernyataan yang salah atau memang bernuansa politis. Untuk motor dengan spesifikasi yang tinggi yang harusnya pakai pertamax plus, dikala pakai pertamax pun masih terlalu rendah oktannya lha kok disuruh pakai yang lebih rendah lagi pertalite. Penulis berpendapat bahwa oktan pertalite itu masih termasuk rendah, tidak cocok untuk kebanyakan kendaraan di pasaran. Kalau dipaksa pakai bensin oktan rendah seperti pertalite, penulis takut akan terjadi kasus seperti dibawah ini:
Engine Pulsar 200NS Ambrol, Apakah Karena Menggunakan Oli Diesel (HDEO) ???

Beberapa catatan yang cukup menarik dapat dijadikan petunjuk, yaitu :
Kejadian saat motor digeber 120 kpj, sudah menempuh jarak sejauh 40 km
Sudah lama menggunakan oli diesel msx (25000-an km), selama itu tidak ada masalah
Oli baru digunakan sejauh 800 km
Bahan bakar premium
Indikator panas tidak menyala (menurut indikator mesin belum overheat)
Piston ceket dan piston kering (tidak ada olinya)
Noken as tidak terlalu kering, bearing noken as aman
Silinder tidak baret sama sekali
Rantai keteng, kamprat aman tidak loncat
Saat bongkar mesin, oli masih banyak (1 lt lebih), belum terjadi kekurangan oli berarti
Analisis awal oli tidak naik, disinyalir ada penyumbatan (menurut ane bukan)

Walau berita tersebut mencurigai oli diesel, penulis berpendapat kerusakan terjadi karena mesin dipaksa bekerja di kecepatan maksimal pakai bensin premium.

Kalau nggak percaya, ya silahkan dicoba, kalau sukses silahkan share, kalau gagal wajib bikin artikel pengumuman.

RPM digital mungkin kelihatan modern tapi secara fungsionalitas payah


Dua motor baru Honda ditawarkan menggunakan spedometer full digital. Yang penulis sayangkan adalah rpm yang juga dibuat digital. Bisa terlihat di artikel di tmcblog yang membahas tentang spedometer tersebut, berikut gambarnya:
Spedo Honda Sonic 150R

spedo Honda CB150R 2015

Karena rpm di produk Honda yang baru sudah digital dan produk Yamaha masih menggunakan analog maka perbedaan ini bisa jadi adu argumentasi tentang keunggulan dan kelemahan masing masing. Penulis akan memberikan pendapat pribadi terhadap hal itu.

Rpm yang digital memang terkesan modern. Selain itu juga sangat menghemat tempat. Informasi yang dibutuhkan pengendara bisa di campur di satu tempat dan tidak terpisah seperti pada analog. Namun sayang implementasi teknologi digital ini separuh separuh. Implementasi menggunakan cara murahan yang justru mengurangi fungsionalitas.

Implementasi murahan dicapai dengan menerapkan teknologi LCD tempo dulu seperti jaman video game hitam putih. Jarum rpm diganti dengan blok hitam yang mengurangi tingkat kedetilan perubahan rpm. Tiap blok mewakili perubahan per 250 rpm atau bahkan per 1000 rpm.

Pemakaian teknologi LCD tempo dulu membuat tampilan layar LCD lebih susah dibaca terutama pada siang hari dan lebih butuh waktu untuk mencermati angka. Apalagi karena seringkali angka menjadi pudar setelah beberapa bulan atau tahun. Ini tidak terjadi pada rpm analog. Angka bisa mudah dibaca walau siang hari dan yang namanya jarum juga tidak pernah pudar. Asal tidak aneh aneh ditutupi skotlet, angka rpm gampang terbaca.

vixion1

cb150r2

Penggunaan blok juga membuat gerak rpm tidak natural dan terputus putus. Untuk pengguna touring yang ingin memanfaatkan rpm rendah, teknologi LCD tempo dulu membuat pengguna susah untuk memanfaatkan rpm terendah karena biasanya penggunaan rpm rendah membutuhkan bisa membedakan per 100rpm. Mungkin bisa memanfaatkan suara knalpot atau mesin, namun sekarang ini lebih susah karena mesin berisiknya tidak mencerminkan rpm dan knalpot makin senyap.

Untuk pengguna racing atau sport juga lebih susah menebak rpm tertinggi yang optimal karena detil yang kurang. Bila dengan rpm analog pengguna bisa shifting atau cornering dengan ketelitian 100rpm atau kurang, dengan rpm digital ini lebih susah dilakukan.

Dengan rpm analog pengguna juga bisa mengestimasi bentuk kurva tenaga dengan melihat kecepatan pergerakan jarum. Pergerakan yang loncat loncat pada rpm digital membuat pengguna susah memperkirakan di rpm mana yang tenaganya optimal.

Kelemahan diatas sebenarnya bisa diatasi dengan menggunakan teknologi LCD yang baru, dimana tampilan bisa dibuat warna warni dengan tingkat kecerahan yang membuat tampilan jelas dibaca walau siang hari. Pengguna juga bisa memilih tampilan mana yang lebih disukai.
2015; 2015 Yamaha YZF-R1; Dashboard Detail; Sport Bike; Studio Shot; Yamaha; Yamaha YZF-R1

Atau seperti yang terilhat di video berikut ini:

 

Jadi menurut penulis teknologi LCD yang ditawarkan pada Honda Sonic 150R dan Honda CB150R 2015 bukanlah pertanda kemajuan tapi pertanda kemunduran. Rpm digital menjadi kelemahan produk. Rpm digital baru penulis anggap canggih bila sudah menggunakan LCD model hp android atau iPad.

Entah apakah pengguna bisa menambahkan rpm analog atau tidak. Pada mobil rpm analog bisa ditambahkan dengan memanfaatkan fasilitas standard OBD 2. Pada motor karbu rpm analog memanfaatkan informasi dari CDI. Penulis tidak tahu apakah rpm analog bisa ditambahkan pada sistem injeksi yang sudah pakai ECU.

Kompresi mesin Honda Sonic 150R dan CB150R baru yang 11,3:1 bisa jadi keputusan yang salah dan beresiko


Spesifikasi untuk Honda SOnic 150R dan revisi Honda CB150R streetfire sudah dirilis. Ringkasannya sebagai berikut:

Bocoran Spesifikasi New Major Change Honda CB150R . . . Square Engine Power : 12,5 kW, Torsi : 14,0 Nm , Full LED Lamp, ban depan-belakang besar July 11, 2015

  • Panjang x lebar x tinggi    : 2.019 x 719 x 1.039 (mm)
  • Sumbu roda   : 1.293 mm
  • Tinggi jok : 797 mm
  • Ground clearance  : 169 mm
  • Berat kosong : 136 kg
  • Diameter x langkah : 57,3 x 57,8
  • Radius Putar minimum : 2.100 mm
  • Kapasitas: 149,16 cc
  • Tipe mesin  : 4-tak, DOHC, berpendingin cairan, 6 percepatan
  • Perbandingan kompresi : 11,3:1
  • Power maksimum : 12,5 kW/9.000 rpm
  • Torsi maksium   : 14,0 Nm/7.000 rpm
  • Kapasitas tangki bensin  : 12 liter
  • Rem depan-belakang : Rem cakram
  • Ban depan-belakang   : 100/80-17 (depan) -130/70-17 (belakang)
  • suspensi depan : teleskopik
  • suspensi belakang : Mono dengan link
  • Rangka : Diamon Truss Frame
  • Tipe pelumasan : Basah
  • lampu : full Led ( headlamp, tail lamp, lampu sein )

Spesifikasi Mesin Honda Sonic 150R . . . Hampir Square Engine Terbukti ! July 7, 2015

  • Panjang x lebar x tinggi (mm)    : 1.941 x 659 x 977 (mm)
  • Sumbu roda   : 1.275 mm
  • Tinggi jok : 754 mm
  • Ground clearance  : 140 mm
  • Berat  : 114,2 kg
  • Diameter x langkah : 57,3 x 57,8
  • Kapasitas: 148,2 cc ( mungkin maksutnya 149,2 )
  • Tipe mesin  : 4-tak, DOHC, berpendingin cairan
  • Perbandingan kompresi : 11,3:1
  • Power maksimum : 11,5 kW/9.000 rpm
  • Torsi maksium   : 13,5 Nm/8.500 rpm
  • Kapasitas tangki bensin  : 4,3 liter
  • Rem depan-belakang : Rem cakram
  • Ban depan-belakang   : 70/90-17 (depan) -80/90-17 (belakang)

Keduanya sepertinya menggunakan basis mesin yang sama yang sedikit berbeda dari mesin yang dipergunakan pada motor Honda CB150R sekarang. Peningkatan diperkirakan untuk mengejar penambahan tenaga/torsi di putaran rendah. RPM juga sepertinya diturunkan.

Ada faktor lain yang juga penting yang berkenaan dengan penggunaan bahan bakar, yaitu perubahan kompresi mesin. Kompresi mesin meningkat dari 11:1 menjadi 11,3:1. Dengan perubahan kompresi mesin ini maka kebutuhan bensin menjadi makin meningkat. Nilai kompresi ini rasanya termasuk paling tinggi dibanding dengan motor lain, bahkan dibandingkan dengan motor yang ccnya lebih besar sekalipun.

Dari teori, kompresi mesin yang lebih tinggi membutuhkan bensin yang oktannya lebih tinggi. Berikut tabel yang termuat di tmcblog:
Kalo Motor Kompresi Kecil, Pakai Premium atau Pertamax Pengaruhnnya kecil dengan Konsumsi bahan bakar January 8, 2015
fuelandcompressionratio

Dari tabel terlihat bahwa dengan kompresi mesin 11:1 sebenarnya bensin yang cocok adalah pertamax plus. Dari yang penulis ketahui, pengguna motor Honda CB150R kebanyakan pakai pertamax saja, RON92. Dengan kenaikan nilai kompresi, maka rasa – rasanya kebanyakan pengguna kedua motor baru Honda tidak akan bisa merasakan tenaga secara optimal, karena mereka kebanyakan menggunakan bensin yang oktannya terlalu rendah. Dengan kenaikan kompresi, maka kompatibilitas akan menjadi lebih rendah yang pada efeknya selain tenaga yang tidak optimal juga akan menambah beban pada komponen mesin karena mesin dengan bensin tidak sesuai tidak akan berjalan mulus.

Peminat atau pengguna dari generasi mesin yang baru ini harus lebih berhati – hati dalam pemakaian bahan bakar. Mungkin kenaikan hanya sekian persen tapi efek akan berlipat bila menggunakan bensin yang oktannya terpaut jauh, bila misalnya memaksakan memakai premium tanpa embelan apa – apa. Bisa juga dengan mengantisipasi dengan menggunakan alat penambah oktan seperti cemenite, pro capacitor atau cairan norival. Paling tidak akan mengurangi efek buruk penggunaan oktan bensin yang terlalu rendah.
Kalau sudah punya oktan booster, pakai pertamax rugi banget

Keputusan meningkatkan oktan menjadi beresiko bila masyarakat tidak tahu efek dari peningkatan kompresi itu juga meningkatkan kebutuhan terhadap oktan bensin. Ketidak pahaman bisa meningkatkan tingkat komplin atau ketidakpuasan di belakangan hari. Karena penggunaan premium di mesin kompresi tinggi bisa mengurangi durabilitas / kehalusan mesin. Efek menjadi lebih parah bila mesin dipaksa bekerja di rpm maksimal setiap hari dimana efek knocking (karena bensin kurang oktan) muncul lebih kuat. Atau mungkin inilah alasan mengurangi red line. Bisa jadi rpm maksimal dari Honda Sonic dan Honda CB150R baru akan lebih kecil dari Honda CB150R sekarang.

Dengan peningkatan kompresi mesin seharusnya Honda memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Mungkin akan menimbulkan reaksi negatif dari konsumen, tapi konsumen harus tahu bahwa dengan kompresi yang lebih tinggi maka kebutuhan akan bensin dengan oktan tinggi meningkat. Para blogger juga bisa membantu dengan memberikan informasi kepada pelanggan/pembacanya.

Lampu depan LED kok terasa membosankan dan tidak menarik lagi ya?


Hanya beberapa bulan setelah munculnya motor – motor dengan lampu LED, penulis sekarang merasakan bahwa lampu LED itu tidak istimewa lagi. Malah sekarang terkesan membosankan. Warna yang putih kebiruan justru membuat tampilan motor jadi tidak menarik bila malam hari.

Lampu LED Honda Vario 150

Entah mengapa warna putih kebiruan itu membuat tampilan cenderung kusam bila dibandingkan dengan motor lampu kuning. Kesan juga terasa berbeda bila dibandingkan dengan lampu HID yang putih sekali. Rasanya ini ada hubungannya dengan spektrum cahaya lampu LED yang sangat tidak merata.

Sebagai contoh, lampu Philips untuk penerangan ruangan membutuhkan kombinasi dari beberapa LED untuk bisa menghasilkan cahaya yang nyaman di mata.

Warna dari LED yang cenderung kebiruan justru membuat kesannya murahan dan tidak elegan. Cahaya motor terkesan kusam dan gelap. Seperti di perbandingan berikut.

Bisa dilihat penjelasan lampu penerangan ruangan LED philips, dimana kenyamanan menjadi salah satu fitur:

Pencahayaan terang lampu LED Philips tidak hanya dapat menghemat energi hingga 85% jika dibandingkan bola lampu tradisional, namun juga ramah lingkungan dengan cahaya terang bernuansa putih alami yang nyaman untuk mata Anda.

 

Terlihat bahwa untuk mendapatkan efek pencahayaan yang lebih sempurna itu tidak mudah. Berbeda dengan implementasi di lampu depan sepeda motor yang pakai LED sewarna dengan warna kebiruan. Mungkin ini pula yang membuat Yamaha mengedit foto/video dari motornya yang menggunakan LED agar cahaya lebih tampak putih sempurna, tidak kebiruan.
Lampu LED Yamaha Soul GT

Sayang karena teknologi lampu LED untuk kendaraan masih tidak semaju teknologi lampu LED untuk penerangan ruangan. Kesan tentu akan berbeda bila lampu depan LED mempunyai spektrum yang lengkap. Penerapan teknologi penerangan ruangan ke lampu depan tentunya tidak sulit. Harga juga bukan hambatan karena lampu penerangan ruangan lebih murah. Harga satu lampu depan LED CREE COB bisa dapat beberapa lampu penerangan ruangan Philips LED.

Mungkin sekarang ini dalam hal penerapan lampu LED di motor penulis berbeda sendiri karena kebanyakan blogger memandang penerapan lampu LED sebagai suatu nilai tambah. Namun penulis yakin suatu saat akan tiba waktu dimana pengguna akan mempertimbangkan faktor kenyamanan, bukan hanya soal nilai wah nya.

Dari teaser terlihat bahwa lampu depan Honda Sonic 150R dan CB150R sudah pakai LED


Teaser dari Honda C150R dan Honda Sonic 150R memberikan kesan bahwa lampu depan keduanya sudah pakai LED. Terlihat bahwa warna pancaran lampu dari berwarna putih.

Teaser Honda Sonic 150R & Honda CB150R

Gambar diatas diambil dari video:

Dari iklan iklan sebelumnya lampu dari motor Honda diperlihatkan sesuai dengan aslinya. Berbeda dengan Yamaha yang lampunya sering diperlihatkan putih padahal aslinya kuning. Di reflektor juga tidak terlihat keberadaan bola lampu. Pemancaran cahaya juga biasnya mencerminkan pancaran dari lampu LED.

Namun untuk keadaan sesungguhnya bisa saja lampu LEDnya lebih kebiruan. Tinggal dilihat saja nanti.

Kompetisi iklan Honda vs Yamaha sekarang mengarah ke arogansi


Sebelumnya penulis membuat banyak artikel yang membahas tentang kata – kata provokatif dan arogan dari iklan Yamaha:
Video iklan untuk motor baru Yamaha Vixion, Byson dan MT25 sudah keluar dengan semboyan sangat arogan dan tidak tepo sliro

Sayangnya sepertinya Honda sudah mulai terpancing dengan sekarang menggunakan kata kata dengan tendensi hampir sama walau tidak separah yang dilakukan Yamaha. Ini dimulai pada video teaser terbaru Honda, dimulai dari teaser Honda Sonic 150R:

Video tersebut menggunakan kata – kata:
“Siap jadi pusat perhatian?
Beraksi tanpa batas”

Kemudian video berikutnya yang merupakan teaser dari pembaharuan Honda CB150R streetfire:

Video tersebut menggunakan kata – kata:
“Siap pegang kendali?
Dan jadi sang penakluk”

Coba bandingkan dengan kata – kata yang dipergunakan di video Yamaha untuk Vixion, Byson dan MT-25, terlihat bahwa terkesan senada:

“kita adalah panah
menolak untuk menyerah
melawan tajamnya tikungan
menerjang derasnya badai
lampaui diri dan menangkan hari
kita adalah tonggak
berdiri tangguh tanpa takut
menantang setiap gelombang
menaklukkan segala ancaman
lampaui diri dan kokohkan hati
kita adalah gemuruh
bertahta diatas jalan
memimpin para pemenang
merajai para pemberani
lampaui diri dan tak tertandingi
Yamaha, ini waktunya kita, ini jalan kita”

Kata – kata diatas menjadi lebih provokatif saat kita melihat semboyan di websitenya:

 

Yang menarik Honda menggunakan kata “penakluk”, sementara Yamaha menggunakan kata “penguasa”, keduanya mempunyai arti yang sama, yang dalam bahasa inggris adalah “conquer”.

Sungguh sayang karena walau tidak sampai ikut ikutan provokatif, ternyata Honda masih terprovokasi oleh iklan Yamaha. Walau penulis sudah menduga bahwa semboyan dan iklan Yamaha itu akan mengundang reaksi keras dari masyarakat, penulis tidak menduga bahwa Honda pun juga terprovokasi. Semoga iklan Honda berikutnya tetap tidak ikut ikutan provokatif.

Sungguh disayangkan bahwa Yamaha memutuskan untuk menggunakan kata – kata yang sangat provokatif. Bila Honda sampai terprovokasi maka kearoganan iklan akan semakin menjadi – jadi. Dan itu bukan pertanda bagus. Semoga kejadian ini tidak akan menjadi pertanda makin membesarnya provokasi antara Yamaha dan Honda.

Pada taraf korporasi mungkin iklan seperti ini hanya akan menjadi bahan guyonan, yang ditakutkan adalah konflik yang terjadi pada fan base atau penggemar dari masing masing merek. Sales daerah juga bisa makin tidak terkontrol dalam konflik ini.

Semoga akan ada penengah dalam hal ini. Mungkin lembaga sensor Indonesia perlu melakukan intervensi.

Sebagai perbandingan, coba simak video iklan Honda CB150R berikut ini. Dari penalaran bisa dicerna bahwa video bersifat tidak provokatif. Kata kata yang terucap adalah “Makin Menantang, Tantang nyalimu”

Atau video berikut yang menggunakan kata kata “Tantang nyalimu”.

Bisa disimak juga iklan lama Yamaha Vixion, walau ada kata kata “yang lain tidak bisa ngikutin” kesannya tidak terasa provokatif karena itu sudah biasa dilakukan :

Kita bisa lihat sendiri bahwa iklan bagus tidak perlu ada provokasinya. Provokasi adalah hal yang tidak perlu yang justru bisa mengurangi simpati pada produk.

Bila ada yang merasakan kekhawatiran penulis berlebihan, coba dipikir mengapa kok Honda sampai mengeluarkan iklan yang tidak seperti iklan Honda sebelumnya?

Apakah Honda Vario 150 sudah cukup untuk bersaing dengan Yamaha Nmax atau haruskah Honda PCX diproduksi lokal?


Mas Iwan Banaran baru baru ini memuat artikel tentang adanya kemungkinan Honda PCX akan diproduksi secara lokal:
Untuk ganjal Yamaha NMax 150….AHM akhirnya tertarik lokalkan PCX150 ??. Waahhh…. July 10, 2015

Bro dan sis sekalian….persaingan memang luar biasa efeknya. Jika dulu AHM kekeuh enggan melokalkan PCX150…..kini tiba-tiba muncul “sounding” yang menyatakan sebaliknya. Dimuat oleh media Kompas…..ungkapan tersebut sempat dilontarkan oleh salah satu internal AHM yang mengatakan ketertarikan mereka melokalkan PCX150. Waahhhh…..

Sebelumnya penulis sudah membahas tentang prospek dari Honda Vario 150 bila dibanding dengan Yamaha NMax.
Sering dibandingkan dengan Honda PCX, sebenarnya apa Yamaha NMax memang lebih unggul dari Vario 150?

Yamahanmax2

Dalam artikel tersebut penulis berpendapat bahwa bobot dari Yamaha NMax yang lebih berat dari Honda Vario 150 menjadi faktor penghambatnya. Juga dari performa hampir setara dan harga yang beda jauh.

Dari selentingan tentang kemungkinan Honda PCX akan diproduksi lokal sepertinya ada kesan bahwa kehadiran dari Honda Vario 150 itu tidak mengganggu penjualan dari NMax. Mungkin angka penjualan dari NMax ini dianggap signifikan sehingga Honda merasa perlu untuk menghadirkan PCX dengan kualitas Honda Indonesia dan harga lokal. Walau belum pasti apakah Honda mampu menghadirkan Honda PCX dengan harga setara dengan NMax.

Bila melihat populasi Vario 150 dibanding populasi Yamaha NMax di sekitar tempat tinggal penulis maka bisa dikatakan bahwa Vario 150 sangat mendominasi. Jarang sekali terlihat Yamaha NMax di jalan, sementara gampang sekali menemui Honda Vario 150 walau kehadirannya lebih telat.

Berbeda dari perkiraan penulis, ternyata yang menjadi penghalang lakunya Yamaha Nmax sepertinya adalah suspensi yang keras. Fasilitas suspensi yang keras ini banyak dibahas oleh blogger yang sebenarnya berminat membeli NMax. Sepertinya sudah menjadi image masyarakat bahwa motor dengan bodi besar itu suspensinya empuk. Sayang sekali bila Yamaha gagal untuk memenuhi keinginan tersebut. Ini juga menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia tidak terlalu perduli dengan kestabilan di kecepatan tinggi. Walau memang ada juga blogger yang memuji kestabilan di kecepatan tinggi namun sepertinya pengguna motor di Indonesia lebih banyak menggunakan motor untuk kecepatan rendah atau menengah.
Keputusan pabrikan untuk mengorbankan kenyamanan kecepatan rendah demi kestabilan kecepatan tinggi adalah kesalahan besar

Dari soal harga, mungkin Yamaha sudah terlalu mepet menurunkan harga dari NMax sehingga suspensi pun terpaksa pakai yang murahan.
Alasan mengapa skok bagus bisa bikin melewati polisi tidur di kecepatan tinggi tidak mental

Ini terbukti bahwa belakangan Yamaha memberikan konsumen opsi skok lebih empuk dengan menambah harga yang lumayan:
Aksesori Yamaha NMAX, Ada Sokbreker Belakang Yang Lebih Empuk! Selasa, 23 Juni 2015

Selain merilis NMAX non ABS, Yamaha juga sekaligus mengumumkan kalau aksesori untuk NMAX kini sudah dijual. Buat yang mengeluh sokbreker belakang NMAX keras, kini ada obatnya!
Daftar harga aksesori Yamaha NMAX:
– Foot panel : Rp 550.000
– Soft rear absorber (sokbreker belakang) : Rp 560.000 (1 set)
– Rear rack & top case (SHAD) : Rp 1.050.000
– Knuckle cover : Rp 375.000
– Middle screen (windscreen) : Rp 1.500.000
– GPS holder : Rp 450.000

Dari artikel tersebut sudah jelas bahwa Yamaha pun sudah tahu bahwa skoknya terlalu keras. Saking parahnya sampai konsumen diberi pilihan walau harus merogoh kocek lagi. Kesan in berbeda dari Yamaha Nmax yang ditawarkan di Eropa. Di website resmi Yamaha Eropa dikatakan bahwa:

Riding the sporty new Yamaha NMAX, your daily trip into the city is about to become something to enjoy rather than endure.

Dengan memakai Nmax maka seharusnya perjalanan menjadi sesuatu yang bisa dinikmati dan bukan sesuatu yang butuh kesabaran. Namun pada nyatanya konsumen di Indonesia punya pendapat berbeda. Banyak yang merasa tersiksa saat mencoba mengendarai NMax. Apalagi karena di Indonesia jalan seringkali tidak mulus.

 

Selama NMax masih dianggap sebagai motor dengan suspensi keras maka kehadiran dari Honda PCX lokal sepertinya tidak dibutuhkan oleh Honda. Apalagi karena sepertinya susah untuk menghadirkan PCX dengan harga yang setara. Lebih baik bila Honda memaksimalkan Vario 150 dengan memperbaiki kelemahan yang ada. Mungkin akan bisa lebih propektif bila Honda merilis Vario dengan roda yang gambot.

Untuk perbandingan, ini pendapat penulis untuk Vario 150:
Sebenarnya, ergonomi Honda Vario 150 itu disesuaikan untuk ukuran tubuh bagaimana sih bro?

Berdasar redline ada kemungkinan Honda Sonic 150R pakai komponen dengan kualitas lebih rendah dari CB150R


Artikel dari mas Taufik dari tmcblog menyebutkan bahwa walau spesifikasi hampir sama, limit rpm dari Honda Sonic 150R berbeda dari Honda CB150R:
Mesin sama . . . Lalu Kenapa Redline dari Upcoming Honda Sonic 150R dan Honda CB150R bisa beda ? July 9, 2015

melihat bocoran detail dari Panel Meter Honda Sonic 150R dan Panel meter upcoming Honda CB150R baru . . .secara kita ketahui mesin keduanya disinyalir akan sama yakni mesin 1 silinder 149,16 cc dengan dimensi bore x stroke disinyalir Hampir sama ( hampir square ) namun kenapa redline Honda sonic 150R dan Redline Honda CB150R berbeda? FYI dari bocoran foto di bawah ini terlihat Redline Honda Sonic 150R di 9500 rpm dan Redline Honda CB150R di 10.000 rpm

Di lapangan, rpm maksimal dari Honda CB150R adalah 11500 rpm, atau menjadi 12000 rpm bila menggunakan pro capacitor di selang bensin dan kabel busi. Belum bisa dipastikan apakah dengan tanda redline lebih kecil rpm maksimal dari Honda Sonic 150R juga lebih kecil dari Honda CB150R. Rpm maksimal ini biasanya diatur oleh ECU. Limit bisa diatur sesuai dengan keinginan pabrik/tuner.

Bila benar rpm maksimal lebih kecil, maka ini bisa karena:
-) Untuk sengaja membuat performa dari Honda Sonic 150R tidak terlalu bersaing dengan performa dari Honda CB150R atau Honda CBR150R. Ini karena kemungkinan Honda Sonic 150R dijual dengan harga lebih murah. Sudah umum bahwa motor yang lebih murah dibuat lebih jelek performanya.

-) Untuk bisa mempergunakan komponen yang lebih murah untuk menekan harga. Komponen yang lebih murah membuat mesin tidak bisa bekerja pada rpm tinggi, oleh karena itu rpm maksimal perlu dikurangi. Menekan harga sangat penting karena Honda Sonic sepertinya akan dipasarkan di segmen harga 20 jutaan bersaing dengan Suzuki Satria dan Yamaha MX King.

-) Atau bisa jadi ini karena untuk menambah keawetan komponen karena kompresi mesin yang lebih tinggi. Normalnya kompresi mesin yang lebih tinggi membutuhkan kualitas komponen yang lebih tinggi, namun sepertinya Astra Honda mengakali dengan mengurangi rpm.

Kompresi mesin Honda Sonic 150R dikatakan seperti berikut:
Spesifikasi Mesin Honda Sonic 150R . . . Hampir Square Engine Terbukti ! July 7, 2015

  • Panjang x lebar x tinggi (mm) : 1.941 x 659 x 977 (mm)
  • Sumbu roda : 1.275 mm
  • Tinggi jok : 754 mm
  • Ground clearance : 140 mm
  • Berat : 114,2 kg
  • Diameter x langkah : 57,3 x 57,8
  • Kapasitas: 148,2 cc ( mungkin maksutnya 149,2 )
  • Tipe mesin : 4-tak, DOHC, berpendingin cairan
  • Perbandingan kompresi : 11,3:1
  • Power maksimum : 11,5 kW/9.000 rpm
  • Torsi maksium : 13,5 Nm/8.500 rpm
  • Kapasitas tangki bensin : 4,3 liter
  • Rem depan-belakang : Rem cakram
  • Ban depan-belakang : 70/90-17 (depan) -80/90-17 (belakang)

Sementara kompresi mesin Honda CB150R streetfire yang tertera di website resmi adalah 11:1, rasio kompresi mesin Honda Sonic 150R lebih tinggi 0,3 dibanding Honda CB150R.

 

Semua ini hanya kira – kira, mungkin beberapa hari ke depan akan ada pernyataan resmi dari Honda mengapa kok redline berbeda.