RPM digital mungkin kelihatan modern tapi secara fungsionalitas payah


Dua motor baru Honda ditawarkan menggunakan spedometer full digital. Yang penulis sayangkan adalah rpm yang juga dibuat digital. Bisa terlihat di artikel di tmcblog yang membahas tentang spedometer tersebut, berikut gambarnya:
Spedo Honda Sonic 150R

spedo Honda CB150R 2015

Karena rpm di produk Honda yang baru sudah digital dan produk Yamaha masih menggunakan analog maka perbedaan ini bisa jadi adu argumentasi tentang keunggulan dan kelemahan masing masing. Penulis akan memberikan pendapat pribadi terhadap hal itu.

Rpm yang digital memang terkesan modern. Selain itu juga sangat menghemat tempat. Informasi yang dibutuhkan pengendara bisa di campur di satu tempat dan tidak terpisah seperti pada analog. Namun sayang implementasi teknologi digital ini separuh separuh. Implementasi menggunakan cara murahan yang justru mengurangi fungsionalitas.

Implementasi murahan dicapai dengan menerapkan teknologi LCD tempo dulu seperti jaman video game hitam putih. Jarum rpm diganti dengan blok hitam yang mengurangi tingkat kedetilan perubahan rpm. Tiap blok mewakili perubahan per 250 rpm atau bahkan per 1000 rpm.

Pemakaian teknologi LCD tempo dulu membuat tampilan layar LCD lebih susah dibaca terutama pada siang hari dan lebih butuh waktu untuk mencermati angka. Apalagi karena seringkali angka menjadi pudar setelah beberapa bulan atau tahun. Ini tidak terjadi pada rpm analog. Angka bisa mudah dibaca walau siang hari dan yang namanya jarum juga tidak pernah pudar. Asal tidak aneh aneh ditutupi skotlet, angka rpm gampang terbaca.

vixion1

cb150r2

Penggunaan blok juga membuat gerak rpm tidak natural dan terputus putus. Untuk pengguna touring yang ingin memanfaatkan rpm rendah, teknologi LCD tempo dulu membuat pengguna susah untuk memanfaatkan rpm terendah karena biasanya penggunaan rpm rendah membutuhkan bisa membedakan per 100rpm. Mungkin bisa memanfaatkan suara knalpot atau mesin, namun sekarang ini lebih susah karena mesin berisiknya tidak mencerminkan rpm dan knalpot makin senyap.

Untuk pengguna racing atau sport juga lebih susah menebak rpm tertinggi yang optimal karena detil yang kurang. Bila dengan rpm analog pengguna bisa shifting atau cornering dengan ketelitian 100rpm atau kurang, dengan rpm digital ini lebih susah dilakukan.

Dengan rpm analog pengguna juga bisa mengestimasi bentuk kurva tenaga dengan melihat kecepatan pergerakan jarum. Pergerakan yang loncat loncat pada rpm digital membuat pengguna susah memperkirakan di rpm mana yang tenaganya optimal.

Kelemahan diatas sebenarnya bisa diatasi dengan menggunakan teknologi LCD yang baru, dimana tampilan bisa dibuat warna warni dengan tingkat kecerahan yang membuat tampilan jelas dibaca walau siang hari. Pengguna juga bisa memilih tampilan mana yang lebih disukai.
2015; 2015 Yamaha YZF-R1; Dashboard Detail; Sport Bike; Studio Shot; Yamaha; Yamaha YZF-R1

Atau seperti yang terilhat di video berikut ini:

 

Jadi menurut penulis teknologi LCD yang ditawarkan pada Honda Sonic 150R dan Honda CB150R 2015 bukanlah pertanda kemajuan tapi pertanda kemunduran. Rpm digital menjadi kelemahan produk. Rpm digital baru penulis anggap canggih bila sudah menggunakan LCD model hp android atau iPad.

Entah apakah pengguna bisa menambahkan rpm analog atau tidak. Pada mobil rpm analog bisa ditambahkan dengan memanfaatkan fasilitas standard OBD 2. Pada motor karbu rpm analog memanfaatkan informasi dari CDI. Penulis tidak tahu apakah rpm analog bisa ditambahkan pada sistem injeksi yang sudah pakai ECU.

12 respons untuk ‘RPM digital mungkin kelihatan modern tapi secara fungsionalitas payah

  1. Itu cuma masalah selera pribadi aja, ga usah sampe menggiring opini segala, jelek lah atau apalah. Sudah banyak ko yang motor yang menggunakan speedometer digital

    Suka

    • Bukan soal jelek tapi bagus, akan tetapi dinilai dari fungsionalitasnya. Sayangnya yang diterapkan bukan teknologi digital yang canggih tapi teknologi LED jaman dulu. Dibikin seakan – akan canggih padahal murahan.

      Suka

  2. biasa saja lah, ga usah lebay. ane memang belum pernah pakai motor berspido digital keluaran terbaru, tapi ane dulu pernah pakai fxr (pinjaman) yg spidonya full digital juga asyik2 saja. cuma masalah kebiasaan saja. lagipula kalau di jalan biasanya pakai feeling buat ngerasain putaran mesin jadi jarang lihat rpm secara langsung.
    malahan menurut ane yg aneh justru kenapa baru pada protes sekarang pas ada motor merk tertentu yg pakai spido full digital? kenapa ga protes dari dulu2? kok kesannya ada pengiringan opini kalau merk anu pakai fitur ini berarti pasti jelek dan penurunan kualitas? tanya kenapa?

    Suka

    • Kalau spedo digitalnya refresh ratenya tinggi ya masih bisa diterima. tapi kalau updatenya lelet dan nggak akurat ya menjengkelkan. Nggak layak dibilang modern karena kalau disamakan dengan HP teknologinya seperti jaman hp jadul, jauh banget kalau dibandingkan layar hp android. Baru layak dibilang modern kalau sudah seperti hp android.

      Kalau alasannya harga, di mobil harga OBD2 cuma 250 ribu, terus hp androidnya 350 ribu, total 600 ribu. Kalau mau canggih tinggal pasang di motor yang support OBD2. Dijamin tampilan jauh lebih sangar dari yang ada sekarang. Tapi saking pelitnya pabrik mengeluarkan spedo digital pakai teknologi puluhan tahun lalu, teknologi jaman sepeda motor belum pakai CDI.

      Soal silau, lihat saja Yamaha Xabre, untuk apa kok sampai perlu ada setelan untuk merubah kecerahan LCD. Kalau analog mau dalam kondisi apapun bisa gampang dilihat asal cahaya cukup.

      Suka

  3. Mengapa menggunakan lcd jadul dan hitam putih?
    Alasannya simple kok mas, LCD berwarna lebih sulit terbaca di cahaya yang terang (siang hari).
    Oleh karena itu menggunakan LCD Block yg lebih bisa di baca saat berada dibawah sinar matahari. Itu aja mas, karena saya dan kawan2 di mikrokontroller masih menggunakan jenis lcd ini untuk pembuatan mainan2 aneh dan ga berguna (bagi masyarakat yang melihatnya)

    Suka

    • Sip.

      Sebenarnya teknologi LCD yang bisa dibaca saat siang hari juga ada, namanya sunlight readable dan optically bonded:

      Pakai yang teknologi LCD hitam putih pun kadang masih susah dibaca, buktinya di xabre ada setelan untuk terang gelapnya. Jauh lebih cocok pakai teknologi yang jauh lebih kuno lagi yaitu yang semacam 7 segmen, yang nggak pakai LCD tapi pakai LED. Semacam dengan yang di mobil mazda dulu:

      LCD model gameboy lama menang di murahnya.

      Suka

Tinggalkan Balasan ke Fajar Bekti Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.