Kalau oktan sudah sesuai, pakai bensin oktan lebih tinggi tenaganya tidak pasti tambah, dan alasan lain menghindari pakai pertalite


Artikel ini untuk menjawab para pembaca yang mengatakan bahwa pakai pertalite tenaga terasa bertambah di artikel berikut:
Jangan pakai pertalite bro! tenaga motor berkurang

Penulis di artikel tersebut menyarankan agar daripada pakai pertalite, mending pakai premium campur pertamax. Disitu banyak pembaca yang mengatakan pakai pertalite tarikan mesin lebih enak daripada bila pakai premium.

Pertama akan penulis coba mengemukakan argumentasi bahwa oktan itu tidak berbanding lurus dengan performa, bahwa oktan lebih tinggi itu tidak berarti performa akan juga naik namun dengan syarat kebutuhan oktan mesin terpenuhi.

Coba simak kutipan berikut ini:
Race Fuel 101: Lead and Leaded Racing Fuels

MO2X Unleaded has a 97 octane rating while the leaded version achieves a 112 octane rating. Though one is 15 octane numbers higher than the other, both share the same fuel combustion properties. Both fuels are oxygenated, both provide great throttle response, and racers have the choice of running an unleaded fuel if 97 octane is sufficient.

Disebutkan bahwa bensin MO2X yang oktannya lebih tinggi daya bakarnya sama persis dengan yang oktannya lebih rendah. Sehingga asal oktannya cukup, tenaganya sama.

Lalu di kutipan berikutnya, dari website resmi shell australia. Shell adalah produsen bensin yang sering dianggap lebih baik dari punya pertamina.
Shell Fuels
shell v power 98 vs uleaded 98

Shell V-Power is 98 octane premium fuel which is designed to improve performance and act instantly in your engine. Discover more about our premium fuel.

Shell Premium 98 has been specially developed to meet the increasing demand for high octane, premium fuels and contains Shell’s unique Fuel Economy Formula.

Disitu terlihat bahwa Shell Australia punya dua produk bensin yang oktannya sama – sama 98. Namun yang satu di desain khusus untuk performa. Itu adalah bukti bahwa pada oktan yang sama tenaga bisa beda. Jadi oktan itu tidak ada hubungannya dengan tenaga, tergantung sama produsennya.

Juga dari wiki
Octane rating, From Wikipedia, the free encyclopedia

Octane ratings are not indicators of the energy content of fuels. They are only a measure of the fuel’s tendency to burn in a controlled manner, rather than exploding in an uncontrolled manner. Where the octane number is raised by blending in ethanol, energy content per volume is reduced.

Disebutkan bahwa oktan tidak menentukan nilai energi pada bensin. Bila kenaikan oktan diperoleh dengan mencampur dengan ethanol, maka energi malah justru berkurang.

Dari Exxon:
Exxon › Home › Quality fuels › Our fuels › Octane ratings

Ordinarily, a vehicle will not benefit from using an octane higher than recommended in the owner’s manual.

Dikatakan kendaraan tidak akan mendapatkan manfaat pakai bensin yang oktannya lebih tinggi dari rekomendasi.

 

Terus mengapa kok sampai banyak yang bilang pertalite itu terasa lebih enak tarikannya daripada pakai premium? Itu karena motornya harusnya diminumi bensin yang oktannya tinggi. Bisa jadi kalau pakai pertamax tenaga akan lebih enak lagi.

Dari kutipan wiki:

However, burning fuel with a lower octane rating than that for which the engine is designed often results in a reduction of power output and efficiency. Use of gasoline with lower octane numbers may lead to the problem of engine knocking.

Disebutkan tenaga dan efisiensi berkurang kalau bensin kurang oktannya, dan juga bisa menyebabkan problem knocking. Knocking sendiri dijelaskan sebagai berikut:
Engine knocking, From Wikipedia, the free encyclopedia

Knocking in spark-ignition internal combustion engines occurs when combustion of the air/fuel mixture in the cylinder does not start off correctly in response to ignition by the spark plug, but one or more pockets of air/fuel mixture explode outside the envelope of the normal combustion front.

The fuel-air charge is meant to be ignited by the spark plug only, and at a precise point in the piston’s stroke. Knock occurs when the peak of the combustion process no longer occurs at the optimum moment for the four-stroke cycle. The shock wave creates the characteristic metallic “pinging” sound, and cylinder pressure increases dramatically. Effects of engine knocking range from inconsequential to completely destructive.

Knocking should not be confused with pre-ignition – they are two separate events. However, pre-ignition is usually followed by knocking.

Disebutkan bahwa knocking terjadi karena bensin terbakar tidak pada waktunya sehingga terjadi bentrokan tenaga yang mengakibatkan bunyi “ping”. Ini membuat tekanan silinder meningkat drastis. Efeknya pada mesin antara tidak terasa sampai dengan betul betul merusak. Knocking bukanlah pre-ignition tapi seringkali diawali oleh pre-ignition.

Gampangannya, bila bensin terbakar sebelum waktunya, kalau ringan maka tenaga berkurang, kalau parah maka piston yang harusnya berputar maju jadi dipaksa untuk bergerak mundur. Kalau parah piston bisa patah, atau paling tidak engsel jadi oblak. Mungkin ini yang jadi penyebab banyak Vario mesinnya klatak klatak saat idle.

 

Bagaimana dengan Pertalite? Kita tahu bahwa Pertalite oktannya 90, Premium 88, Pertamax 92. Coba simak kutipan berikut:
Benarkah Premium Bebas Timbal ? 09/01/2016 by Luqmanul Hackim

Pada dasarnya, Premium dan Pertamax dibuat dari “Bahan” yang berbeda.

Premium dibuat dari Naphtha (Bukan Naphthalene), yang memiliki RON (Research Octane Number) 65 – 75 dan Sulphur Content 500 ppm Max.

Pertamax dibuat dari HOMC (High Octane Mogas Component) yang memiliki RON 91 – 98 dan Sulphur Content 50 ppm Max.

Pada dasarnya Petalite sama seperti Premium, hanya saja kandungan HOMC lebih banyak agar didapat RON 90 lalu ditambahkan Value Added berupa aditif EcoSave Technology sehingga Pertalite memiliki kulitas diatas Premium baik dari segi RON maupun Value Added berupa kebersihan Fuel System dan Ruang Bakar.

Untuk meningkatkan oktan, Pertamina menggunakan HOMC:

Karena MTBE dan TEL sudah tidak boleh digunakan lagi, maka digunakanlah campuran HOMC (High Octane Mogas Component) dan Ethanol sebanyak 3 – 5% maka sejak saat itu Pertamina berhenti memproduksi Leaded Gasoline hinga sekarang sehingga bisa disebut Unleaded Gasoline.

Dari kutipan wiki sebelumnya dikatakan bahwa penambahan ethanol mengurangi kandungan energi. Maka bisa jadi pertalite kandungan energinya lebih sedikit dari premium karena campurannya lebih banyak.

Aditif tambahan pada Pertalite juga bukan untuk menambah kandungan energi tapi untuk pembersih ruang bakar. Mungkin kira kira sama seperti kalau nambah sedikit Yamalube carbon cleaner atau semacamnya di bensin.

Kalau dari pengalaman penulis, menambah aditif semacam Yamalube carbon cleaner akan mengurangi tenaga. Mungkin tujuannya untuk membersihkan mesin, namun selagi bensin masih ada campuran carbon cleaner tersebut tenaganya jadi berkurang. Dan ini yang penulis rasakan saat mencoba pertalite. Mungkin karena setelan motor penulis dibuat sangat irit, saat pakai pertalite tenaga terasa berkurang. Setelah menulis artikel diatas, penulis juga mengulang percobaan beberapa kali, baik pakai modif pro capacitor ataupun tidak, tenaga saat pakai pertalite terasa berkurang.

Bila motor bro tarikan mesin terasa lebih enak pakai pertalite daripada pakai premium, maka sebaiknya coba juga pakai pertamax. Bila pakai pertamax ternyata tarikan lebih enak lagi, maka penulis sarankan untuk pakai pertamax saja, karena itu berarti motor bro cocoknya pakai pertamax. Pakai pertalite nanggung, karena resiko knocking masih tetap ada.

Pakai pertalite juga masih tidak bebas dari timbal, berbeda dari bila pakai pertamax. Efek timbal ke mesin menjadi kerak yang juga menyumbat sensor dan catalytic converter. Mungkin kandungan kecil sekali, tapi yang jelas tetap ada. Mungkin tidak seperti bila pakai bensin racing leaded yang bisa bikin sensor O2 rusak setelah satu race, tapi umur sensor O2 jelas lebih panjang bila pakai pertamax. Kalau sensor O2 rusak, maka bensin jadi boros.
Ternyata pertalite dan pertamax masih ada timbalnya bro, timbal bisa merusak sensor O2 yang jadinya bikin mesin boros

Bila ingin ngirit dan harus pakai pertalite atau premium, maka sebaiknya jangan gas pol atau jangan dipakai kencang berlama lama. Mungkin ada yang bilang mesin tidak rusak, namun tetap saja kalau lakher piston oblak maka mesin jadi nggak enak didengar saat idle.

Kalau pingin alternatif nambah oktan, bisa di coba trik yang ada di DIY penambah tenaga/irit. Motor penulis yang Honda Beat pakai cemenite (untuk oktan) dan pro capacitor (untuk tambah tenaga) dengan bensin premium sampai sekarang suara mesinnya lumayan halus, sepertinya walau pakai premium tidak sampai bikin suara mesin klatakan seperti Beat yang lain. Jejer dengan Honda Beat lain seperti tidak terdengar suara mesinnya.

Harus diingat bahwa bila oktan bensin kurang tinggi, pakai open filter atau filter free flow atau knalpot racing atau di port & polish justru jadi makin parah.

Tambahan:
Silahkan baca juga komentar yang sangat informatif dari bro Luqmanul Hackim di bawah ini.

Bila aditif ecosave itu tujuannya membersihkan kerak karena timbal juga, dengan bensin yang masih mengandung timbal seharusnya pertamina juga mengikutkan aditif yang membersihkan timbal di premium juga.

33 respons untuk ‘Kalau oktan sudah sesuai, pakai bensin oktan lebih tinggi tenaganya tidak pasti tambah, dan alasan lain menghindari pakai pertalite

  1. Update mash bro,,,

    Ane dapat konfirmasi dari Pertamina perihal Bio Pertamax yang mengandung Ethanol sekitar 5% seperti yang ane tulis di artikel.

    Begini jawaban Pertamina (Emailnya masi ada di Inbox ane, kalo mau ane forward):

    “Dapat kami sampaikan bahwa Pertamina sudah tidak memproduksi lagi untuk jenis bahan bakar bio premium, bio pertamax sedangkan untuk bio solar masih diproduksi namun hanya tersedia dibeberapa spbu saja, ketersediaan bio solar tergantung dari pihak spbu apakah mau menyediakan bio solar atau hanya solar saja.”

    https://luqmanulhackim.wordpress.com/2016/01/09/bio-premium-dan-bio-pertamax-92-sudah-discontinued/

    Itulah alasan kenapa di SPBU sekarang tidak ada lagi tulisan “Bio Pertamax 92”, sekarang cuma “Pertamax 92” saja,,, artinya sudah tidak mengandung Bio Ethanol lagi,,, jadi Informasi yang telah lalu yang menyebutkan Pertamax 92 menggunakan Ethanol sebagai Octane Booster itu sudah tidak relevant lagi, dan Toluene sebagai Octane Booster Pertamax Plus juga kurang tepat karena Toluene adalah salah satu komponen kimia yang pasti ada pada Gasoline/Bensin, bahkan Pertamax 92 dan Premium mengandung Toluene, lagipula Toluene adalah Karsinogenik/Penyebab Kanker, mana mungkin dijadikan Octane Booster?, karena MTBE saja yang sama-sama Karsinogenik dilarang keras sejak dulu.

    Soal Pertalite berat daripada Bensin Oplosan (Premium + Pertamax 92) itu bisa disebabkan Additive EcoSave yang walau bagaimanapun pasti mempengaruhi Chemical dari Bensin itu sendiri, gimana-gimananya sulit dijelaskan. Dengan mengoplos Premium + Pertamax 92, itu artinya kita menghasilkan Pertalite hanya saja kadar EcoSave yang lebih sedikit, dikarenakan Premium tidak mengandung EcoSave.

    Tahu tidak bagaimana Pertamina membuat Pertalite ?

    Jadi begini caranya:

    1. Sejatinya Pertalite = Bensin Oplosan Resmi Pertamina, Kadang dioplos di Depo Pertamina, lebih sering dioplos di SPBU langsung.
    2. Ane liat sendiri proses pengoplosannya di SPBU, yakni disediakan Tangki Bawah Tanah Khusus Pertalite.
    2. Dimasukkan Premium dan Pertamax 92 dalam Tangki Bawah Tanah di SPBU tersebut dengan rasio 50:50. Rasio ini bisa saja berbeda, tau sendiri kan yang namanya oplosan itu riskan ?, mending yang pasti Oktan udah dari Sononya deh (Pertamax Series).
    3. Ditambahkan Additive EcoSave Technology secara Post-Mixed (Dicampur bukan saat pengolahan di Kilang Minyak, melainkan di SPBU saat pengoplosan Premium + Pertamax 92). Additive EcoSave Technology adalah berupa Concentrate, salah satu komponennya adalah PEA (Polyetheramine), pihak SPBU lebih biasa menyebutnya “Thera”. Dari situ ane jadi tau bahwa EcoSave Technology itu menggunakan Bahan Aktif yang sama dengan Chevron Fuel System Cleaner/Yamaha Carbon Cleaner yakni PEA.

    Itulah kenapa warna Pertalite Hijau yang merupakan campuran Biru dan Kuning 😀

    Menurut ane inilah alasan kenapa review Pertalite berbeda-beda, karena Quality Controlnya menurut ane sulit dikontrol, misalnya Rasio campuran Premium dan Pertamax 92, bisa saja lebih banyak Premiumnya, bisa saja kadar EcoSave tidak sesuai yakni kebanyakan, dll yang namanya oplosan, biar resmi pun tetap saja oplosan. Jadikan ini alasan untuk tidak memilih Pertalite versi ane.

    Ini bisa dikonfirmasi sendiri di SPBU, mereka umumnya terbuka kok gan,, tanya saja termos stainless steel yang petugas SPBU bawa saat pengisian ulang tangki bawah tanah Pertalite itu namanya apa,,, kalu ente beruntung si petugas itu tau, dia bakal menjawab “Itu Thera mas”. Artinya itu PEA = Polye Thera Mine, padahal sebenarnya disebut Poly Ether Amine, tapi mereka menyebutnya Thera, hahaha …. Ane awalnya gk mudeng juga apaan sih Thera ?, tapi karena itu dicampur ke tangki bawah tanah Pertalite, apa lagi kalau bukan EcoSave Concentrate yang mengandung PEA ?, bahkan ane curiga yang ditambahan itu cuma PEA saja, tidak bahan aditif lainnya yakni fungsi detergancy dan demulsifier. Siapa tau ?, satu lagi alasan buat tidak memilih Pertalite versi ane.

    BTW, itu ane dapati di SPBU di Kalimatan Selatan ya bro, gk tau kalo di Jakarta, mungkin di Jakarta ngoplosnya di Depo Pertamina, kalau di Daerah-daerah cuma EcoSave Concentrate yang didistribusikan, Premium dan Pertamax 92 nya oplos sendiri di SPBU.

    Nah EcoSave Concentrate itu yang tidak bisa didapatkan oleh konsumen yang mengoplos sendiri Premium + Pertamax 92. Dan jika merasakan Pertalite VS Premium Oplos Pertamax 92 lebih baik Oplosan, berarti EcoSave Technology ngefek bro, yakni membersihkan Fuel System motor ente yang kelamaan pakai Premium. Efeknya akan hilang juga dengan sendirinya.

    Sebaiknya Mixture / Settingan angin disesuaikan yakni dibikin lebih Lean/Kering. Kalo motor injeksi close loop bisa pakai O2 Manipulator, kalo Open Loop bisa setting CO atau pakai Fuel Controller kalo gk bisa setting CO.

    Silahkan baca Artikel bagus dibawah ini mengenai Sulphur Content, faktor Sulphur Content ini yang bikin saya memilih Pertamax 92 pada Vario 125i saya yang menggunakan Oli Mesin Fully Synthetic API SN/ILSAC GF-5 Energy Concervation SAE 0W-20, karena saya tidak mau ambil resiko menggunakan Pertalite yang masih mengandung Naptha yang Sulphur Contentnya masih tinggi.

    http://achmad-roni.blogspot.co.id/2015/02/korelasi-sulfur-bbm-dengan-tbn-pada-oli.html

    Suka

    • Terima kasih banyak informasinya. mantap sekali. saya sekarang lagi coba pertalite+pertamax plus dengan rasio 2:1, tenaga juga terasa tidak seenak saat pakai premium.

      Soal kandungan sulfur yang akhirnya jadi H2SO4, sepertinya memang mesin Honda yang masih pakai besi baja akan lebih rentan korosi daripada mesin Yamaha yang sudah pakai aluminium dioplos silikon atau Suzuki yang pakai aluminium lapis nikel. apa itu yang bikin knalpot bolong ya?

      Suka

      • Pertalite + Pertamax Plus itu Oplosan paling sempurnah gan,,, RON dapet 92,5, dan EcoSave Technology juga dapat, karena Pertalite dan Pertamax Plus mengandung kadar optimal EcoSave Technology.

        Soal tenaga yang terasa tidak seenak Premium, perlu dipertanyakan apakah Pertamax itu Eco Fuel atau Performance Fuel ?, soalnya banyak yg compare Pertamax dengan produk Shell lebih bertenaga Shell kan yah 😀

        Kan Pertamax selalu dipromosikan sebagai bensin yang bikin konsumsi bahan bakar lebih irit kan ?, konsekuensi irit ya apa lagi kalo gk power yang jadi korban 😀

        Kalau analisa ane sih, Pertamax Series itu lebih dioptimalkan untuk Eco Friendly, sesuai Future Plant Pertamina yakni “Pertamina Green Product”,,, kalau saja Bio Fuel (Bio Ethanol dan FAME biaya produksinya murah, Pertamina PASTI akan produksi Bio Fuel, tapi karena mahal, jadinya Bio Fuel distop oleh Pertamina. Penghasil Bio Ethanol lebih memilih bikin Miras daripada Bio Ethanol untuk kebutuhan Bio Fuel, karena Miras gak perlu semurni Bio Fuel, Bio Ethanol untuk Bio Fuel itu harus semurni mungkin yakni 95% kalau perlu 99% muri Ethanol (1 – 5% itu air). Buat bikin Bio Ethanol semurni itu gk murah,, sedangkan Issue harga BBM di Indonesia sangat-sangat sensitif. Orang Indonesia tidak peduli soal Eco-Eco’an gitu, yang penting harga bensin murah, makanya banyak yg nekat pakai Premium di Motor/Mobil CR 10,5 ke atas kan ?.

        Ini beda dengan di Amerika sana, Bio Fuel jadi primadona, bahkan Oli Daur Ulang/Recycle jadi primadona disana, karena orang sana itu care dengan lingkungan. Lah kita ?, Evalube aja dijelek-jelekin oleh orang Indonesia sendiri kok,, oli daur ulang seakan hina banget,,,

        Iya gan, Kandungan Sulphur di Premium yang tinggi juga jadi penyebab knalpot keropos gan,,, gk cuma itu, bisa juga merusak sensor di fuel pump, yakni sensor meteran kapasitas bensin di tangki. Bahkan di beberapa kasus dapat merusak Fuel Pump Unit itu sendiri.

        Bensin gk cuma soal RON saja sih gan, jadinya rumit juga,,, kalo ente lebih nyaman pakai Premium, why not ?, toh RON bisa dinaikkan dengan berbagai cara, bisa pakai fuel additive post-mixed berbahan minyak atsiri, cemenite (kata ente, ane belum nyoba), dll kan ?

        Justru gan, pakai Premium + Octane Booster justru lebih enak di beberapa motor dibandingkan Pertamax murni atau pertamax + octane booster, jadi menurut ane bisa jadi, bukan masalah RON berbanding dengan Rasio Kompresi, melainkan soal formula racikan Pertamax itu sendiri yang lebih ke Eco Fuel daripada Performance Fuel.

        Suka

        • Terima kasih banyak penjelasannya.

          Iya, soal bio fuel kalau dari sisi petaninya sih pertamina yang nggak mau terima produk mereka. Rasanya ujung ujungnya prasarana yang kurang, programnya kurang matang dan sekarang sudah pada kapok. Rasanya harus pertamina yang buka lahan untuk tanaman bio fuel baru bisa jalan.
          Alkohol, bahan bakar ramah lingkungan yang lebih bertenaga dan lebih murah dari bensin, kenapa belum tersedia?

          Soal tenaga sekarang pakai campuran pertalite dan pertamax plus tenaga mesin Suzuki Spin jadi kalah sama Honda Beat ESP yang pakai premium. Padahal sebelumnya walau iritnya sudah jadi hampir sama dengan Beat, tenaga masih menang Spin saat masih pakai premium juga.

          Iya, sepertinya paduan aditif + premium lebih ok, semoga saja penjual aditif tidak curang dan tidak pakai bahan berbahaya. Beberapa orang pemakai teknologi cemenite dengan bensin premium juga bilang tarikan mesin lebih enak dan jadi lebih irit daripada kalau pakai pertamax, padahal mereka pemakai mobil. Contoh yang ingat di datsun go, dari 1:8-9 saat pakai pertamax jadi bisa 1:11. Lalu di livina dari sebelumnya cuma bisa dibawah 1:16 saat pakai pertamax jadi bisa diatas 1:17 pakai premium.

          Suka

      • Pernah pakai Pertamax Racing ?

        Nah itu Performance Fuel nya Pertamina, meski RON 100, tapi CR 11 pun bisa pake, tapi idealnya pakai ECU Standalone atau minimal pakai PIggyback. Camshaft diubah juga, jangan pakai standard.

        Sesuai namanya, Pertamax Racing itu beneran joss banget buat yg nyari Performance :D, ane cuma pernah pake sekali isi full tank,, di motor standard ane,, itu aja udh lebih mantap daripada Pertamax 92 dan Plus, apalagi kalo dilakukan modifikasi mesin dan fuel system, wow.

        Ada sebenernya cara buat naikin performance Pertamax, tapi jangan anggap ane promosi ya, just share aja,,, pakai Additive Fuel Enhancer merk Nori*al Drag Evo. Additive itu bisa naikin RON, MON, dan Entalphy pada Bensin.

        Kalau dibandingkan,,, Pertamax 92 + Nori*al lebih enak daripada Premium murni, tapi Premium + Nori*al lebih enak lagi daripada Pertamax 92 + Nori*val.

        Pertamax 92 + Nori*al Drag Evo dengan dosis 2 tetes maka RON naik jadi 100, dengan nilai Entalphy yang lebih tinggi daripada Pertamax 92 murni. In my opinion, Performancenya setara dengan Pertamax Racing murni.

        Ane menduga, nilai Entalphy Premium lebih tinggi daripada Pertamax 92 gan, makanya lebih enak Premium :D, relatif juga sih tergantung motornya, ada motor yang butuh Entalphy tinggi agar dapat performance yg joss, ada motor yg tidak butuh Entalphy tinggi untuk dapat performance yg bagus. Makanya ada yg ngerasa pakai Pertalite/Pertamax sama saja kok, tapi ada yang merasa Premium lebih enak.

        Suka

        • Wah mantap uji pertamax racingnya, berguna sekali informasinya. Mungkin bisa dijadikan perbandingan V-Power RON 98. Lucunya biar di shell indonesia iklan V-Power, di pomnya nggak jualan.

          Terima kasih sharingan norivalnya. Informasinya justru lebih berguna daripada yang diposting di website mereka :). Jadi mengerti perbedaan tipe dengan jelas.

          Terus terang penasaran ingin membandingkan langsung norival dengan teknologi cemenite :).

          Suka

  2. Shell adalah produsen bensin yang sering dianggap lebih baik dari punya pertamina
    (Kenyataan)

    Melihat tulisan tersebut mengingatkan saya shell vs pertamina baik dsri segi kualitas bahan bakar sampai kualitas pelayanannya
    shell indonesia yg memang memakai bahan mentah dari pertamina
    Tetapi SOP di shell lebih bagus
    Dan SDM yg bekerja di shell juga baik,
    Sehingga kualitas bahan bakarnya juga lebih menjadi lebih baik dari pertamina.

    Suka

    • setau saya waktu masih jualan bbm (hsd) shell untuk industri di jawatimur, papernya berasal dari singapore mas. setelah ngobrol2 dengan si principal, saya baru tau kalau shell yg saya jual itu bener2 import.

      Suka

  3. Lha, terus ane harus pake benshin apaan bwt mio j ane min? Pake Premium getaran mesinnya udah kayak mesin cuci. Pake Pertalite getarannya ga sehebat premium, tapi tenaga berkurang. Pake pertamax…kata admin masih ada timbalnya.

    Terus apa itu sensor O2? Gimana cara memperbaiki sensor O2?

    Suka

  4. Menurut saya premium lebih bagus timbang pertalite,wl nilai ron pd prtlite lbh tinggi tp kotor dimesin,tp pertamax paling bagus…

    Suka

Bagaimana menurut bro?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.