Lucunya klaim yang saling bertolak belakang dari Toyota soal keawetan pemakaian oli super encer


Oli Toyota ini lumayan populer. Bahkan ada juga yang pakai oli ini untuk motor. Penulis menemukan klaim yang saling bertolak belakang ini di website toyota dan postingan tentang oli sintetik toyota.

Berikut informasinya soal oli sintetik tersebut:
Oli 0W-20 Cocok untuk Iklim Panas, Toyota? Rangga Rahadiansyah – detikOto, Jumat, 28/08/2015 16:55 WIB

“TMA Lubricant 0W-20 merupakan bagian dari upaya kami untuk memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan dan menyesuaikan dengan teknologi kendaraan yang semakin berkembang dan mengarah pada teknologi yang ramah lingkungan,” kata Widyawati di booth Toyota di GIIAS 2015, ICE, BSD, Tangerang.

Dia menegaskan, oli ini sudah cocok untuk iklim di Indonesia. Sebab, sebelum diluncurkan TAM sudah melakukan riset dan pengujian oli ini.

“Semua produk mobil ataupun part atau chemical semua sudah dites untuk konsisi Indonesia. Jadi dipastikan cocok,” tegas Widyawati.

Jadi, tingkat keenceran pelumas menurut Widyawati bukan berdasarkan iklim. Tapi, oli yang semakin encer itu merupakan penyesuaian dengan teknologi mesin terkini.

Oli ini, kata Widyawati, memiliki masa pakai hingga 10.000 km atau 6 bulan. Harganya sebesar Rp 160.000 per liter.

Klaimnya walau encer tapi cocok dipakai di Indonesia.

Coba bandingkan dengan klaim berikut yang diposting di website resmi Astra Toyota beberapa bulan sebelumnya:
Pentingnya Menguji Kekentalan Dan Kualitas Oli Mobil, admin on Mei 22 ,2015

Salah satu cara melihat seberapa baik kualitas oli tersebut adalah dengan melihat kekentalan oli. Kekentalan oli berkaitan dengan kemampuan bekerja oli pada suhu yang ekstrim.

Anda bisa melihat tingkat daya tahan oli terhadap suhu dengan memperhatikan kemasan yang biasanya dinyatakan dengan Society of Automotive Engineers (SAE)

Jika suhu rendah di luar semakin dingin maka dibutuhkan oli yang lebih encer atau dengan kode 5W. Sedangkan semakin panas cuaca atau suhu di luar, maka dibutuhkan oli dengan tingkat kekentalan tinggi.

Pemakaian kekentalan oli yang tidak sesuai dengan suhu negara tersebut akan menyebabkan oli tidak bekerja sama sekali.

Klaimnya kekentalan harus disesuaikan dengan negaranya. Udara makin panas butuh oli makin kental.

 

Yang pertama bilang encer bisa dipakai di Indonesia. Yang kedua bilang di Indonesia harus pakai yang kental. Saling bertolak belakang.

Namun ini sepertinya bisa dijelaskan di artikel berikut:
“Aditif Super” pada Pelumas Full Synthetic Toyota

Ada proses produksi mengenai pelumas canggih “beraditif super” yang baru-baru ini diperkenalkan oleh PT Toyota Astra Motor (TAM) setelah sukses mengeluarkan jenis pelumas baru, yakni Toyota Motor Oil (TMO) Lubricants full Synthetic 0W-20. kandungan aditif Actifilm Technology Double Protecto dimana pihak Toyota Motor Corporation telah patenkan di Jepang.

Research and Development Pertamina Lubricants, Dian Agustriawati, menjelaskan mengenai aditif tersebut bahwa perlindungan ekstra dapat diberikan kepada mesin kendaraan bermotor dengan menggunakan Actifilm yang ada pada pelumas ini.

 

Jadi normalnya oli yang encer itu nggak cocok untuk Indonesia namun kalau sudah pakai aditif super jadi bisa cocok.

Rasanya perlu juga dibandingkan dengan kompetitor, mari kita lihat yang ditawarkan:
FASTRON SPECIAL GENUINE OIL SAE 10W-30

FASTRON SPECIAL GENUINE OIL SAE 10W-30 adalah minyak lumas mesin kendaraan bermutu tinggi yang diformulasikan dari base oil synthetic dan aditif berteknologi tinggi, untuk memenuhi standar kualitas pelumas tertinggi saat ini.

FASTRON SPECIAL GENUINE OIL SAE 10W-30 direkomendasikan untuk kendaraan modern dari semua pabrikan mobil terkemuka, termasuk yang beroperasi pada kondisi ekstrim

FASTRON SYNTHETIC SAE 15W-50

FASTRON SYNTHETIC SAE 15W-50 adalah minyak lumas bensin berkualitas tinggi yang diformulasikan dengan base oil sintetik dan aditif berkualitas tinggi, termasuk diantaranya RN additive yang memberikan kinerja tertinggi di kelasnya.

FASTRON SYNTHETIC SAE 15W-50 direkomendasikan untuk kendaraan mesin bensin modern yang dilengkapi dengan sistem Direct Injection dan multikatup. FASTRON SYNTHETIC SAE 15W-50 digunakan pada kendaraan mesin bensin modern yang membutuhkan pelumas yang lebih encer dengan kualitas prima, khususnya mobil Jepang, Korea, dan Amerika.

Baik yang encer ataupun yang kental sama sama cocok. Yang lebih cocok tidak jelas yang mana.

Kekentalan oli terlihat tidak begitu penting jadinya. Lebih tergantung sama ramuan dari pabrikan. Kalau berdasarkan standar SAE, setiap kekentalan ada suhu amannya:

Kalau menurut Noria – Machine Lubrication informasinya begini:
Motor Oils – Fuel Economy vs. Wear

Thinner oils are being used these days for three reasons: They save fuel in test engines, the viscosity rules have changed, and manufacturers are recommending thinner grades. The auto manufacturers now recommend thinner oils for their vehicles than in the past. Years ago, SAE 10W-40 was the most commonly recommended viscosity grade, later migrating to SAE 10W-30. SAE 5W-30 is most popular now, but Ford and Honda recommend SAE 5W-20.

Thinner oils have less drag, and therefore less friction and wear. Right? Perhaps in the test engine or engines that experience normal operation. But somewhat thicker oils may offer more protection for more severe operations such as driving through mountains, pulling a boat, dusty conditions, short trips, high rpm, overloading, overheating and overcooling.

Any abrasive particles equal to or larger than the oil film thickness will cause wear. Filters are necessary to keep contaminants small. The other side of the equation is oil film thickness. Thicker oil films can accommodate larger contaminants.

Temperature has a big effect on viscosity and film thickness. As a point of reference, one SAE grade increase in viscosity is necessary to overcome the influence of a 20°F increase in engine temperature. At a given reference point, there is approximately a 20°F. difference between viscosity grades SAE 30, 40 and 50.

If an SAE 50 oil at 260°F is as thin as an SAE 20 oil at 190°F, imagine how thin the oil film becomes when you are using an SAE 5W-20 and your engine overheats. When an engine overheats, the oil film becomes dangerously thin and can rupture.

Antiwear additives are important in the absence of a hydrodynamic film, such as in the valve train. The antiwear additives are activated by frictional heat, which causes them to react with the hot surface and form a chemical barrier to wear.

In the past, oil formulators could make a premium product by simply adding more ZDDP. A similar move today would result in an oil formulation that would not support new car warranties. The auto manufacturers are concerned that phosphorus will deposit on surfaces of the catalytic converter and shorten its life. The industry was unsuccessful in designing an engine test for an oil’s catalytic converter deposit forming tendencies. Therefore, the auto manufacturers set an arbitrary limit for motor oil of 0.1 percent phosphorus.

Although thinner oils with less antiwear additive outperform more robust products in the 96-hour fuel economy test, it is not clear that such products save fuel over the useful life of the engine.

The best protection against wear is probably a product that is a little thicker (such as SAE 10W-30 or 15W-40) and has more antiwear additives than the oils that support the warranty. The best oil for your vehicle depends on your driving habits, the age of your engine and the climate you drive in, but it is not necessarily the type of oil specified in the owner’s manual or stamped on the dipstick.

Intinya oli yang bikin mesin awet itu oli yang kental. Oli encer bisa meningkatkan efisiensi mesin, namun kurang melindungi dalam situasi yang ekstrem.

Oli yang terbaik tergantung pada gaya berkendara, umur mesin dan iklim. Bisa jadi oli yang dibutuhkan berbeda dari yang disebutkan di buku manual ataupun tanda yang tertempel di mesin.

Update: Dengan aditif yang super canggih dan super mahal maka oli encer dengan kekentalan cuma 0W-20 bisa punya perlindungan yang sama dengan oli yang kental. Namun ada warningnya, filter oli harus juga lebih halus agar tidak ada partikel yang ukurannya lebih besar dari yang diinginkan. Kasarnya permukaan mesin juga harus didesain agar cocok dengan oli encer tersebut.

Particles: Friend or Foe? Understanding the Value of Particles in Oil Analysis

Any abrasive particles equal to or larger than the oil film thickness will cause wear. Filters are necessary to keep contaminants small. The other side of the equation is oil film thickness. Thicker oil films can accommodate larger contaminants.

The particle size and film thickness are important parameters that should be matched to the surface roughness of the lubricated component.

Special evidence, such as the scratch marks on the metal frets, suggested that uneven objects (particles) were responsible for abnormal wear of the liner and/or the crankshaft. The piece of silicone found indicated overuse of a silicone-containing substance like a sealant, which possibly was squeezed out between parts, cured and ripped off by the hot flowing oil. These silicone pieces could have blocked oil passages, resulting in a damaging situation of oil starvation.

Particles including silicon (quartz) and sand (aluminum silicate) as well as other debris discovered in the oil sample were responsible for the abnormally high wear. Since abrasive wear was the main cause of premature aging and resulted in severe damage to the parts in contact with these objects, the maintenance engineer wanted the reason for the initial ingress of those particles into the system to be investigated.

For the sampler, it was essential to ensure that as much evidence as possible was captured in the drawn sample. In this case, where the ultimate failure would have been catastrophic, the task could have been quite difficult, since all particles had settled to the bottom as the oil cooled. Thus, a typical sample drawn in the normal fashion may not have allowed all the evidence to be captured.

Bila kandungan aditif sama, versi untuk pemakaian long drain interval biasanya ditawarkan lebih kental, seperti contohnya oli castrol vecton.
Oli untuk long drain interval biasanya lebih kental

Dari pengujian long drain oli dipakai hingga 48 ribu mil.
castrol long drain test

Pengujian independen terhadap keausan dari banyak merek oli memberikan kesimpulan sebagai berikut:
540 RAT – TECH FACTS, NOT MYTHS, Q AND A, June 20, 2013, MOTOR OIL ENGINEERING TEST DATA

So, it’s quite clear by looking at these results, that high zinc levels, high detergent levels, and heavy viscosities do NOT play any particular roll in how well a motor oil does or does not provide wear protection. The only thing that matters is the base oil and its additive package “as a whole”. Looking at zinc levels, detergent levels, and viscosities on an oil’s spec sheet, will NOT help you choose a motor oil that provides the best wear protection. If that is all you go by, you will be kidding yourself about how good any particular oil is.

Dikatakan bahwa berdasarkan hasil dari banyak pengujian tersebut zinc tinggi, detergen tinggi, atau lebih kental tidak berpengaruh pada seberapa bagus daya perlindungan suatu oli. Yang lebih penting adalah kombinasi dari base oil dan paket aditif secara keseluruhan. Melihat data jumlah zinc, jumlah detergen atau kekentalan di data spesifikasi tidak akan bisa membantu kita menentukan oli mana yang perlindungan nya paling kuat terhadap aus.

 

Dari pihak pemrakarsa standar International Lubricant Standardization and Approval Committee (ILSAC) juga mengungkapkan kekhawatiran terhadap daya tahan terhadap aus dari oli yang encer:
Low Viscosity SAE 16 Oils Will Require Cutting-edge Additive Technology to Address Wear Challenges

To further contribute to higher fuel economy, a reduction in the oil’s high-temperature, high-shear (HTHS) viscosity limits has also been defined in SAE 16. Set at a minimum of 2.3 mPa⋅s at 150°C, this marks the first time ever that SAE has defined this limit below 2.6. Although it will help improve fuel efficiency throughout the entire oil drain interval, it opens the door for increased wear and tear on critical engine parts. This makes the development of new additives suitable for ultra-thin oils in high power density engines that much more critical.

While GF-6A oils (i.e., SAE 0W-20) will incorporate all the measures of protection required for use in gasoline direct injection (GDI) engines, along with other innovative automotive technologies that haven’t yet reached the market, it will be backwards compatible with all applications currently approved for GF-5. As a result, the viscosity of these oils will be low but not so low that they can’t protect against wear and corrosion in older engines.

GF-6B, on the other hand, forgoes the requirement to be backwards compatible with GF-5 applications and opens the door for the development of ultra-low viscosity lubricants (i.e., SAE 16) that will push the industry into areas of formulation that have never before been encountered. These lubricants will produce significant fuel economy benefits for many engine applications, but because of their low viscosity grade, there is the potential for wear or other durability related issues.

Dikatakan bahwa untuk meningkatkan irit, limit kekentalan HTHS diturunkan minimalnya menjadi 2.3 mPa⋅s at 150°C. Walau ini akan membantu bikin lebih irit, namun ini berpotensi meningkatkan aus dan kerusakan pada komponen penting dari mesin. Ini membuat perlunya pengembangan aditif baru yang cocok untuk oli sangat encer yang bisa dipergunakan di mesin dengan tenaga kuat.

GF-6A kekentalannya akan rendah namun tidak sampai merusak dan membuat korosi di mesin lama.

GF-6B, dikatakan dapat membuat peningkatan signifikan di fuel economy tapi karena terlalu encer akan berpotensi menimbulkan aus dan masalah lain yang berhubungan dengan durability.

Penjelasan tentang kekentalan HTHS bisa dibaca di artikel berikut;
Oli yang bagus untuk mesin itu tidak butuh viscosity index yang tinggi tinggi amat, banyak yang salah mengerti soal VI dan HTHS

Bagus tidaknya suatu oli tidak hanya bergantung pada satu faktor tapi dari paket hasil gabungan keseluruhan aditif dan base oil.

32 respons untuk ‘Lucunya klaim yang saling bertolak belakang dari Toyota soal keawetan pemakaian oli super encer

    • Artikel tersebut membahas W angka di sebelah kirinya, sementara saya lebih fokus ke angka sebelah kanannya.

      BTW, gambar terakhir di artikel sama dengan yang di link. Di suhu luar 40 derajat celcius (di jalan macet di Indonesia memungkinkan), tidak masuk range untuk oli yang belakangnya 30 (misalnya 5W30), yang cuma support sampai 35 derajat.

      Suka

      • Ya memang, karena angka sesudah W menurut artikel tsb tidaklah signifikan thd suhu sekitar, jadi apa yg dikatakan Toyota menurut ane adalah benar. Angka sesudah W lbh berdasarkan pada desain sebuah mesin dibuat utk oli encer ato kental.

        Suka

        • Ijinkan mengkutip artikel tsb, yg menurut ane klo angka sesudah W tdk signifikan.

          “To choose the right lubricant for your vehicles, use the viscosity grade(s) recommended by the original equipment manufacturer (OEM) for the life of the engine and especially during the engine’s warranty period. Viscosity grades are primarily recommended according to the expected ambient temperatures, particularly the starting temperatures.

          An engine oil’s operating temperature does not change significantly even in different ambient temperatures, so the recommended viscosity is quite consistent for various applications.”

          Suka

          • Poin terakhir agak rancu, “An engine oil’s operating temperature does not change significantly even in different ambient temperatures”.

            Menurut artikel berikut (dari http://www.machinerylubrication.com juga) kalau tujuannya untuk awet, pilih yang lebih kental:
            Motor Oils – Fuel Economy vs. Wear

            The best protection against wear is probably a product that is a little thicker (such as SAE 10W-30 or 15W-40) and has more antiwear additives than the oils that support the warranty. The best oil for your vehicle depends on your driving habits, the age of your engine and the climate you drive in, but it is not necessarily the type of oil specified in the owner’s manual or stamped on the dipstick.

            Suka

          • Artikel yg penulis berikan ditulis saat ilsac gf-3 muncul, dimana pada saat itu marak akan kekhawatiran yg berlebihan ttng “wear” pada mesin dgn oli encer. Nah pada saat itulah banyak muncul mitos ttng oli, salah satunya,
            1. Utk mencegah “wear” dibutuhkan zat aditif zzdp yg tinggi.
            2. Oli api sm, sn tdk cocok digunakan pada mesin yg masih menggunakan roller arm flat tappet, karena zat zzdp pada oli sm, sn dibatasi.

            Kondisi sekarang sudah ilsac gf-5. Yg tentu saja sudah tdk relevan sekarang.
            Jika penulis membaca seluruh artikel yg telah diberikan oleh pembaca “motosport engenering” maka penulis akan tahu, bahwa oli encer sekarang sudah di formulasikan dgn antiwear yg sangat bagus, terbukti dgn bnyknya oli encer menduduki peringkat atas dalam artikel tsb.

            Suka

            • Ok, mungkin teknologi aditif sudah bisa mengatasi keterbatasan tersebut, sehingga walau encer tapi tetap bisa melindungi sebaik oli kental dengan aditif yang canggih. Resikonya harga jadi mahal.

              Artikel 2015 yang membahas kekentalan isinya sebagai berikut, masih tetap berpendapat lebih kental lebih melindungi selama tidak berlebihan kentalnya.
              How to Determine Engine Oil Quality

              viscosity can be defined as a form of molecular friction. Of all the engine oil’s physical and chemical qualities, its viscosity and viscometric behavior during use are often considered the most important.

              The higher the viscosity, the greater the attraction of the oil molecules and the greater the wear protection. A lubricant’s viscosity has always been associated with wear protection.

              Today, the grades are set for engine operating temperatures and for winter temperatures at which the oil affects starting and pumping.

              In the early years of automotive engines, oils were simply formulated and obeyed Newton’s equation for viscosity – the more force used to make the fluid flow (shear stress), the faster it would flow (shear rate). However, they were no longer Newtonian in flow characteristics, as the viscosity was found to decrease with increasing shear rate.

              Suka

  1. pembacaan nilai didepan W adalah winter, bukan weight. Jadi Jika anda bilang oli saat 5W encer dan 30 kental anda salah, karena W bukan Weight. Cairan apa yang makin panas makin kental? Jika tidak percaya silahkan dicoba sendiri dirumah, angka yang dibelakang W menunjukan saat kondisi hot temperature oli menjadi misalkan SAE 30, pembacaan SAE tidak semudah yang difikirkan. Untuk mendapatkan SAE 5W/0W diambil dari base stock yang mendekati, yaitu SAE 20 Lalu agar dapat tetap stabil di SAE 30 ditambahkan improver/aditif, saat temperature hot SAE 30 jika mengalami thermal breakdown akan menjadi SAE seperti base stocknya 20/TIDAK JAUH DARI SAE 30. Jika oli dengan rentang SAE yang jauh maka semakin banyak improver yang digunakan. CMIIW

    Suka

    • Mungkin lebih cocok pakai contoh. Berikut kinematic viscosity di suhu 40 derajat dan 100 derajat oli pertamina, dari website penjual oli pertamina:
      FASTRON SYNTHETIC FORCE SAE 20W-50 = 177.6 + 19.8
      FASTRON SYNTHETIC SAE 15W-50 = 120.5 + 17.52

      FASTRON SYNTHETIC SAE 10W-40 = 90.31 + 14.35
      Enduro 4T Racing SAE 10W-40 = 104.9 + 15.69

      FASTRON SYNTHETIC SAE 5W-30 = 62.92 + 10.76
      Enduro Matic SAE 10W-30 = 70.35 + 11.71

      MESRAN SAE 10 = 37.7 + 6.24
      MESRAN SAE 20 = 66.03 + 8.53
      MESRAN SAE 30 = 88.98 + 10.42
      MESRAN SAE 40 = 129.8 + 13.46
      MESRAN SAE 50 = 196.7 + 17.53

      Terlihat bahwa kesamaan terlihat terutama di kinematic viscosity di suhu 100 derajat untuk yang angka belakangnya sama. Sementara kinematic viscosity di suhu 40 derajat yang angka Wnya kecil terlihat lebih kecil untuk yang angka kanannya sama.

      Yang tidak multigrade terlihat kinematic viscosity di suhu 40 derajat jauh lebih besar dari yang multigrade.

      Suka

  2. menurut opini saya benar menggunakan SAE lebih tinggi memang lebih baik karena lebih tahan terhadap pressure, tapi apa yang membuatnya tidak berlaku lagi adalah technology aditif yang terus berkembang + mesin generasi sekarang dibuat sangat presisi, berkompresi tinggi, dilengkapi turbo(optional), Nah dengan demikian panas yang dihasilkan akan tinggi sehingga membuat kerapatan antara piston dengan cylinder wall nya sangat tipis/sangat rapat, oli dengan SAE tinggi tidak dapat menjangkau ini dan beberapa faktor lainnya seperti oli berSAE tinggi akan lebih berat dipumping + lambat mengalir sedangkan turbo butuh sirkulasi pendinginan yang optimal hal ini dapat diraih dengan SAE yang lebih kecil. Salah satu Rahasia F1 sangat bertenaga walaupun ccnya kecil karena kerapatan partikelnya sangat rapat dan celah antar part sangat kecil dan sangat tidak mungkin dilumasi dengan SAE tinggi. CMIIW

    Suka

    • Ane setuju dgn pembaca “motosport engenering”.
      Ane pernah lihat film dokumentasi ttng teknologi mesin F1. Dimana dalam film tsb, utk menyalakan mesin F1, oli dipanaskan terlebih dahulu sblm dimasukkan kedalam crankcase mesin, yg kemudian di pompa ke seluruh bagian mesin melalui pompa oli eksternal, kemudian setelah itu mesin F1 baru bisa dinyalakan secara aman. Karena jika mesinnya langsung dinyalakan akan menimbulkan” wear” yg sangat signifikan, sehingga dapat dipastikan mesin tsb tdk akan dapat mengikuti perlombaan secara kompetitif lagi.
      Jd bisa dibayangkan betapa presisi / rapat nya mesin F1 tsb.

      NB: ane mohon maaf jika ada yg salah, karena ane sudah agak lama melihat film tsb, jadi ingatan ane mngkn ada yg kurang tepat.

      Suka

    • Setuju. namun sepertinya yang menjadi penghalang adalah harga dan teknologi mesinnya. Karena ada warning bahwa ukuran partikel yang lebih besar dari lapisan oli bisa menyebabkan aus.

      Filter oli dan permukaan mesin juga harus sudah didesain untuk oli encer tersebut.

      Any abrasive particles equal to or larger than the oil film thickness will cause wear. Filters are necessary to keep contaminants small. The other side of the equation is oil film thickness. Thicker oil films can accommodate larger contaminants.

      The particle size and film thickness are important parameters that should be matched to the surface roughness of the lubricated component.

      Suka

  3. Mitos/strategi marketing saya bilang Jika mesin mesin prototype untuk race menggunakan SAE multigrade, kenapa? race tidak membutuhkan SAE multigrade karena mesin selalu berada on the limit, oli yang mereka pakai selalu diformulasikan khusus dan tidak pernah di lempar ke pasaran, kecuali oli F1 yang berada jauh dibelakang era sekarang. Dan just info oil filter yang sangat baik memegang peranan cukup besar dalam long drainnya oli dan menjaga kualitas oli, presentasenya bisa hingga 70%.

    Suka

  4. Wah, ternyata artikel ini sudah mendapat update dari penulis. Jempol buat penulis, inilah salah satu sebabnya blog ini menduduki urutan teratas dalam bookmark ane. Jarang sekali lho, ada blogger yg meng-update artikelnya, sesudah artikel tsb ditulis.

    Oya, sekedar info saja. Tahun depan kemungkinan sertifikasi ILSAC GF-6 akan muncul, dimana oli ILSAC GF-6 akan ber-sae dibawah 0w20. Kemungkinan berkisar antara 0w16, 0w8, 0w4.

    http://www.gf-6.com/gf-6-specification-details

    Suka

      • Dan kmngkinan penerapan ilsac gf 6 gk bsa juga dlm wktu dekat untukpasar indonesia, mengingat habit pngnedara diindonesia kurang peduli dengan spek oli.
        Penerapan standar oem dengan visko 0w20 saja nmpaknya baru mulai sethun blkngn ini ya, cmiiw.
        Smoga dengan adanya blog2 bgini jdi nmbh wawasan buat pmpemilik kndraan di Indonesia, keep writing author.
        Hehehe

        Suka

        • Terima kasih.

          Untuk standar ilsac, rasanya tidak banyak berpengaruh. Karena standar API saja banyak yang tidak sampai di approve dan cuma sebatas meet dan exceed saja. Tidak ada yang sampai taraf pasang logo ilsac.

          Suka

          • Klo yg ditempel sudah exceed berti melebihi standarnya api om, setaunane bgtu, lain kalau meet. Itu mereka tes sendri brdsarkan acuan tes api, exceedpun juga bgtu, hanya hasol pngujian pabrikan melebihi standar yang dterapkan api

            Suka

            • Bila tidak ada kata kata approved, ada kemungkinan beberapa faktor tidak lulus uji. Jadi mungkin memang benar beberapa faktor hasilnya melebihi standar API, tapi karena oli kompleks, tidak memungkinkan semua faktor bisa melebihi.

              Di soal kekentalan oli saja, kalau mau performa maka terpaksa mengurangi perlindungan. Faktor penting yang diuji disebutkan di artikel berikut:
              Menentukan kualitas oli mana bisa pakai spesifikasi datasheet?

              Disukai oleh 1 orang

            • Betul tu, mmng harus balik merujuk ke soal datasheet dan basenya. Tapi spngtahuan ane, untuk oli dengan base terbaik walaupun dengan sae rendahpun ttp mmliki perlindungan baik ko gan, cntohnya 0w20 skrg yg bnyak dpasaran dengan haega yang waah, jika basenya sudah baik macem pao, mngkin soal perlindungan ttp lbh baik sekalipun dengan mineral 20w50,

              Suka

            • Kalau setahu saya, base yang baik itu lebih awet dari pemakaian. Kalau soal perlindungan, masih tergantung dari aditifnya juga. Buktinya GF-6 kendalanya adalah aditif masih harus di riset dulu karena oli dibuat lebih encer.

              Base oil dan aditif sayangnya tidak dicantumkan detailnya di datasheet.

              Disukai oleh 1 orang

            • Nahnituu, nilai HTHS juga kurang trbuka ya pabrikan gan. Di PDS juga gk lampirkN basenya apa, grup brapa, benr tuu,. Ujungnya balik ke, “enakan” oli anu,. Pake perasaan lagi dehh ujung-ujungnya,

              Suka

  5. jadinya rekomen ga si bro si TMO ini di gunakan baik di mobil atau di motor? selama ini saya make oli fastron techno di nmax pingin coba oli bawaan toyot* ini. apakah kualitasnya jelek kok sampe setiap service mobil di autro 2000 bekasi dan sunter staf bengkelnya selalu nawarin shell kalo ga total.

    Suka

    • Rasanya oli TMO encer cuma cocok untuk mobil. Motor buatan Indonesia rasanya pada tidak cocok pakai oli encer.

      Oli TMO encer silahkan untuk mobil yang buatan baru tapi jangan dipakai di motor. TMO 10W40 katanya ambilnya dari pertamina, kemungkinan sama dengan fastron.

      Kalau dari sisi keawetan memang harusnya oli encer nggak bagus. Kan oli encer itu dipaksakan karena teorinya biar performa nambah. Tapi dari sisi pabrik olinya juga banyak yang merasa susah bikin oli encer yang bisa melindungi mesin sebagus oli kental. Kendalanya nggak cuma teknologi oli tapi juga jadi mahal olinya.

      Kalau untuk motor, oli encer malah justru bisa mengurangi performa. Jadi awet nggak dapat, irit juga nggak dapat. Rugi pakai oli encer di motor. Tapi kalau jalannya nggak pernah kencang pakai oli encer bisa terasa meningkatkan performa.

      Suka

Bagaimana menurut bro?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.