Pengiritan yang bisa dicapai dengan memakai oli mesin dengan SAE grade 0W-20 ternyata kecil dan justru lebih besar pengaruh aditif friction modifier


Seperti yang sudah dibahas di artikel sebelumnya, tujuan utama pabrik kendaraan dan pabrik oli menawarkan oli lebih encer untuk kendaraan adalah untuk fuel economy. Biar kendaraannya makin irit. Namun seberapa banyak sih pengiritan yang bisa dicapai kalau kita pakai oli lebih encer?

Berikut referensi yang penulis dapatkan:
Dari pabrik oli ExxonMobil, dikatakan oli 0W-20 bisa membantu membuat lebih irit dari 0.2 hingga 2.3 persen.
Mobil 1™ Advanced Fuel Economy

Helps increase engine efficiency and improve fuel economy, based on 0.2-2.3 percent potential fuel economy improvement obtained by switching from higher viscosity oils to a 0W-20 or 0W-30 grade. Actual savings are dependent upon vehicle/engine type, outside temperature, driving conditions and your current motor oil viscosity.

Mobil 1 Advanced Fuel Economy 0W-20 Synthetic Motor Oil

Advanced Fuel Economy 0W-20 Synthetic Motor Oil helps increase engine efficiency and improve fuel economy up to 2 percent compared to grades most commonly used. Actual savings are dependent upon vehicle/engine type, outside temperature, driving conditions and your current motor oil viscosity

 

Sementara dari referensi lain dikatakan pengiritan antara 1 hingga 2%.
The Truth About Fuel-economy Oils
Fuel-economy oils have become popular over the last several years, especially the 0W20 and 5W20 oils. Most of these oils will provide at least a 1- to 2-percent increase in fuel economy over using the next viscosity grade.

Fuel Savings or Durability? Choose Both!

To be clear, all lower-viscosity oils deliver fuel savings, primarily due to the difference in HTHS (high-temperature/high-shear) viscosity. Switching to a heavy-duty 10W-30 oil from traditional 15W-40 diesel engine oil will generally improve fuel economy by up to 1% (when both oils are of the same type and general chemistry).
Fuel savings has nothing to do with durability, however. This is where Guardol ECT’s unique chemistry comes into play, giving fleets the fuel economy advantages of lighter viscosity oil without sacrificing durability. The outstanding wear protection you get from Guardol ECT 15W-40 is the very same level of protection you can expect from Guardol ECT 10W-30.

Cost, Effectiveness and Deployment of Fuel Economy Technologies for Light-Duty Vehicles

 

Bila memang pengiritan yang bisa dicapai dengan oli encer cuma sekecil itu, mengapa kok sampai ada pabrik yang bilang oli encernya bisa meningkatkan irit lebih tinggi dari itu? Seperti contohnya dari Castrol, yang bilang pengiritan bisa mencapai 4%:
Castrol Heavy Duty Lubricants – A GUIDE TO PRODUCTS AND SERVICES
fuel-economy-castrol

 

Penambahan terlihat berbeda dari klaim lain yang cuma sampai 2%. Mengapa bisa setinggi itu? Menurut penulis ini karena faktor aditif. Di katalog Castrol itu disebutkan perbandingan dilakukan antara oli sintetik dengan oli mineral. Jadi dimungkinkan kualitas olinya beda.

Artikel berikut memberikan contoh yang lebih jelas tentang perbedaan hasil pengiritan dari bila kekentalan dikurangi dan bila pakai aditif friction modifier.
Making cars more fuel efficient

Papers from the early-1980s have compared the performance of 5W-30 oils against 10W-30 and 10W-40 oil, and have found benefits in fuel economy in the 1.2 to 2.0% range.

Korcek and Nakada also provide preliminary data on the benefits of 5W-20 and 0W-20 oils over
5W-30 oils. Data in the paper suggest that a fuel economy benefit of 1 to 2% is possible, although the range shown is large due to differences in friction modifiers between the different oil formulations. A more direct comparison of two commercially available oils with popular vehicles is found in the paper by Tseregounis and McMillan22. The paper indicates that 5W-20 engine oils demonstrate 1.0-2.2% (average 1.5%) fuel economy gains over the 5W-30 oils on several GM vehicles.

Most concerns with lower viscosity oils are associated with their effect on engine wear. Tanaka et al.23 from Honda address these concerns. They study the impact of using a 0W-20 oil enhanced with a relatively common molybdenum based friction modifier. In their study, they compare the 0W-20 oil to a standard 5W-30 oil, with the same additive blends, both for fuel economy benefit and engine durability. They conducted tests on a Honda engine and a Honda vehicle, and found an impact of 1.5% on fuel economy with no significant difference on engine durability.

Hoshino24 et al., researchers from Toyota, found that the fuel economy of in-use engines can be improved by 1.5% on average using SAE 5W-20 oils containing friction modifying additives, when compared with the fuel economy achieved with conventional SAE 5W-30 oil without these additives. They also found that, in new engines, fuel economy can be improved with the same SAE 5W-20 oil by 3.5%. An improvement of more than 1.5% was retained to 10 000 kilometres (relative to a conventional SAE 5W-30 oil). These tests were done on a Toyota vehicle with a 2.2L, 4 cylinder, DOHC engine.

Dikatakan bahwa data tahun 1980 menunjukkan bahwa peningkatan irit dari oli 5W-30 dibanding oli 10W-30 dan 10W-40 adalah 1.2 hingga 2.0 persen. Sementara itu di data lebih baru untuk peningkatan irit dari oli 5W-20 dan 0W-20 dibanding oli 5W-30 adalah 1 hingga 2 persen. Namun dikatakan perbedaan lebih karena beda dari aditif friction modifier. Pada perbandingan dari li yang ada dipasaran beda peningkatan irit dari oli mesin 5W-20 dibanding 5W-30 adalah 1.0 hingga 2.2 persen.

Dengan menambahkan aditif molybdenum pada oli 0W-20, peneliti Honda menemukan bahwa peningkatan irit bisa mencapai 1.5 persen bila dibanding dengan oli 5W-30 tanpa ada pengurangan signifikan di keawetan mesin.

Dengan aditif friction modifier peneliti Toyota menemukan bahwa peningkatan irit bisa mencapai rata rata 1.5% untuk oli 5W-20 dibanding dengan oli 5W-30 yang tanpa aditif friction modifier. Dan pada mesin baru peningkatan bisa mencapai 3.5 persen. Peningkatan bisa dijaga 1.5 persen hingga pemakaian sampai 10 ribu km. Pengujian dilakukan di kendaraan Toyota 2.2 liter DOHC.

 

Penjelasan dari mengapa friction modifier bisa menambah performa bisa disimak di kutipan berikut:
NEW GASOLINE PASSENGER CAR ENGINE OIL PERFORMANCE CATEGORY
pengaruh-friction-modifier-pada-fuel-economy

Dikatakan bahwa aditif Molybdenum memberikan pengurangan friksi yang sangat baik di tahap pelumasan boundary, namun bukan yang terbaik. Aditif friction modifier organic bisa memberikan hasil yang baik di tahap pelumasan mixed. Gambar menunjukkan pengujian di jepang mensimulasikan kondisi jalanan kota.

 
Contoh hasil koordinasi antara aditif molybdenum dan aditif organic:
R&D on New Friction Modifier for Lubricant for Fuel economy improvement
kombinasi-aditif-friction-modifier-molybdenum-dan-organic

kombinasi-aditif-friction-modifier-molybdenum-dan-organic2

kombinasi-aditif-friction-modifier-molybdenum-dan-organic3

 

Contoh hasil peningkatan irit karena pengurangan friksi karena aditif friction modifier bisa dilihat di grafik berikut:
Fuel Economy – The role of friction modifiers and VI improvers

Perbedaan antara peningkatan irit karena perubahan kekentalan dan penambahan aditif friction modifier bisa dilihat di grafik berikut:

Bisa dilihat bahwa peningkatan irit karena friction modifier bisa lebih besar dari peningkatan irit karena oli lebih encer. Dan ini ditunjukkan juga di contoh produk berikut ini:
Royal Purple Consumer Product Catalog 2014
royal-purple-friction-modifier

Dikatakan bahwa produk 5W-30 peningkatan iritnya bisa setara dengan yang dituntut dari peningkatan irit oli 5W-20.

 

Penjelasan tentang efek friction modifier, apa itu tahap pelumasan boundary/mixed/hydrodinamic bisa dibaca secara lengkap di artikel berikut:
Mengenal dasar pelumasan, ada saat dimana perlindungan tidak ditentukan oleh anti wear

 

Kutipan kutipan diatas menunjukkan bahwa yang menentukan peningkatan irit dari oli encer itu bukan cuma karena olinya lebih encer tapi juga dari keberadaan aditif friction modifier. Dan friction modifier nggak cuma satu jenis saja, namun lebih baik bila dua jenis, yaitu aditif friction modifier molybdenum untuk tahap pelumasan boundary dan aditif friction modifier organic untuk tahap pelumasan mixed. Dengan begitu oli bisa lebih licin dan bisa tetap melindungi walau lebih encer. Kalau tanpa aditif friction modifier maka bisa jadi oli encer justru bikin boros bila tahap pelumasan boundary lebih sering terjadi. Selain boros juga lebih mudah aus.

Dengan kombinasi lebih encer dan friction modifier, maka peningkatan irit bisa mencapai 4%. Termasuk lumayan. Sayangnya yang punya motor dengan kopling basah tidak bisa menikmati ini. Seperti disebut di kutipan tersebut dan artikel sebelumnya, untuk motor nggak boleh terlalu licin sehingga perlu menghindari oli dengan aditif pelicin. Oli yang butuh pelicin biasanya adalah oli encer, sehingga untuk motor dengan kopling basah sebaiknya hindari oli encer.

 

Namun tidak perlu terlalu kecewa, karena peningkatan irit seperti itu mudah dicapai. Di motor dengan kopling basah punya keunggulan yang tidak dipunyai motor matik, yaitu memanfaatkan rpm rendah / gigi tinggi dikala cruising. peningkatan irit yang bisa dicapai dengan cara ini bisa lebih dari 25%.

Kalau menurut penulis irit sebaiknya tidak dicapai dari olinya, tapi dari yang lain. Untuk oli pilih yang paling melindungi tanpa membebani. Penulis pilih yang nggak encer tapi juga tidak terlalu kental.

Pakai bensin yang lebih pas oktannya juga akan meningkatkan irit. Seperti pernah dibahas sebelumnya peningkatan tenaga dari pertalite ke pertamax bisa mencapai 6 persen.

Merawat kendaraan dengan benar juga akan bisa membuat kendaraan tidak jadi boros. Mau tidak mau memang kalau kendaraannya injeksi dengan sensor oksigen akan jadi lebih boros, namun dengan perawatan dan kebersihan maka sensor bisa lebih awet.

Atau bisa juga pakai modif. Yang pakai cemenite dan pro capacitor biasanya bisa lebih irit antara 8 sampai 16 persen bila untuk mobil bensin. Bisa lebih irit lebih banyak lagi bila untuk mobil diesel atau motor apalagi bila setelannya irit.

 

Kesimpulannya: Yang punya matik bolehlah coba oli encer, namun pastikan olinya berkualitas tinggi sehingga perlindungan mesin tetap dapat. Kalau pakainya oli encer jelek ya sama saja bohong, selain tidak dapat iritnya, malah bisa jadi jadi aus mesinnya. Kalau olinya jelek atau sudah jadi jelek (karena pemakaian), maka bukan lebih irit namun jadi lebih boros. Oli kental yang jelek tidak melindungi, oli encer yang jelek tidak bikin irit.

Peningkatan irit itu bukan encernya yang penting, tapi aditif friction modifiernya. Nggak cuma molybdenum saja tapi aditif organic juga penting. Dan jangan berharap terlalu banyak di soal peningkatan irit kecuali bila sekarang masih pakai oli “yang penting SAEnya cocok” atau “oli disarankan bengkel resmi”.

Beda merek oli beda kualitas. Beda oli bagus dan oli jelek itu sangat besar.

35 respons untuk ‘Pengiritan yang bisa dicapai dengan memakai oli mesin dengan SAE grade 0W-20 ternyata kecil dan justru lebih besar pengaruh aditif friction modifier

  1. Dulu pernah baca di forum tentang octane booster, bahwa 90% kerusakan mesin kendaraan disebabkan karena bbm tidak terbakar habis. Apabila mesin mampu membakar bbm sampai habis maka dapat irit bensin serta umur sparepart mesin tambah panjang. Penambahan 3% acetone (kadar 99%) dari volume bbm membuat molekul bensin menjadi lebih kecil. 10% (kadar maksimal) methanol ke dalam bbm berfungsi sebagai oksigenat yaitu penambah oksigen dan tangki bbm terbuat dari non metal agar tidak karat.

    Suka

    • Menurut saya BBM terbakar habis pun belum tentu nggak bikin rusak karena tipe kerusakan macam macam. Contoh kalau bunga api diperbesar jadi muncul masalah misfire. Kalau pakai HHO, pembakaran lebih sempurna justru jadi bikin ECU bingung dan malah jadi boros. Knalpot di plongkan, intake diperbesar pembakaran harusnya lebih sempurna, tapi jadi malah muncul problem pre ignition yang bisa bikin mesin rontok, dll. Dikasih NOS pembakaran lebih sempurna, tapi mesin jadi meledak. Dikasih turbo tapi tekanan berlebihan malah jadi merusak.

      Kalau acetone, memang populer juga kalau di luar negeri, namun saya rasa bukan karena molekul jadi lebih kecil, lebih ke reaksi kimia. Yang pakai aditif nggak cuma konsumen, pabrik BBMnya pun juga pakai aditif penambah oktan. Cuma masalahnya pertamina termasuk pelit.

      Untuk aditif kalau nggak pakai bahan aman bisa beracun atau bisa membuntu injector atau merusak sensor.

      Suka

    • Kalau di forum free energy, plasma spark bisa dipelajari di topik water spark plug. Dimana nyala api dibuat sangat besar untuk bisa meledakkan kabut air.

      Di grup tersebut diposting bermacam macam cara untuk memperbesar bunga api. Di grup tersebut dijumpai masalah yaitu saat bunga api makin besar, maka bunga api cenderung butuh untuk bisa lewat jalan alternatif. Oleh karena itu di grup tersebut disarankan untuk pakai busi kaki banyak atau sekalian yang tanpa kaki, macam busi F1/motogp.

      Ini pernah saya coba sendiri:

      Waktu itu saya tidak sadar bunga api sangat besar. Coil yang sama bila dipasang di mobil bunga apinya kecil. Namun dari situ saya jadi tahu bahwa bunga api di busi yang kakinya cuma satu kadang tidak menyala. Ini terasanya di rpm rendah jadi nyendal ngendal. Sementara di kaki tiga terlihat menyala semua, bukti bahwa bunga api tidak cari jalan terpendek tapi melalui semua jalan.

      Contoh rangkaian bisa dilihat di video berikut, sangat sederhana. Mungkin kalau di motor, tinggal nambah dioda dari kutub positive menuju kabel high voltagenya coil, masih nggak berani coba sih.

      Firestorm spark plug, bisa dilihat bunga apinya pindah pindah:

      Suka

  2. Tadinya saya tertarik untuk beli modul plasma ignition buat motor. Namun karena butuh busi berkaki tiga jadi saya batal untuk membelinya. Tapi bagaimana dengan voltage stabilizer yang dipasang ke accu ? Soalnya saya pernah pake dan ngaruh ke bensin jadi irit. Sekarang alatnya rusak gara-gara asalnya pake accu kering selama 2,5 tahun terus soak karena faktor umur lalu ganti accu basah sampai sekarang. Dan sekarang motornya tidak seirit seperti pake voltage stabilizer.

    Suka

    • Menarik juga bila voltage stabilizer bisa bikin motor lebih irit. Baru tahu, berapa banyak penambahannya? Menurut saya voltage stabilizer efeknya di sistem pengapian yang makin modern akan makin berkurang. Karena kalau sampai bisa ada efeknya berarti sistem pengapian kurang canggih.

      Sudah pernah dicoba bongkar alatnya?

      Suka

  3. Nambahlah diatas 10% cuman voltage stabilizer dipasang accu basah malah cepat mati. Isinya persis seperti sketsa rangkaian voltage stabilizer di saft7.com

    Suka

  4. Suzuki nex karbu awal 2012. Voltage stabilizer bekerja maksimal bila pengapian sudah racing dan bbm yang tepat dengan rasio kompresi motornya. Dalam hal ini saya pakai koil kawahara dan busi 1 tingkat lebih panas dimodif jadi side gap dan ring busi dilepas sisanya standar.

    Suka

  5. […] Dikatakan bahwa campuran dengan minyak nabati sudah ada sebelum adanya campuran sintetik ester. Keunggulan oli nabati adalah sumbernya terbarukan, lubricity dan anti wear sangat bagus, stabilitas panas sangat bagus, specific heat tinggi, flash point tinggi, dan tidak ada HSE. Kelemahan utama adalah kestabilan oksidasi.… […]

    Suka

  6. […] Yang bisa meningkatkan performa tidak hanya dari encernya tapi juga keberadaan aditif macam ester atau asam yang terkandung di minyak goreng kelapa sawit. Keduanya juga akan meningkatkan daya perlindungan dari oli. Pengiritan yang bisa dicapai dengan memakai oli mesin dengan SAE grade 0W-20 ternyata kecil dan just… […]

    Suka

  7. halo pak sucahyo. mau ganti oli gugling nemu artikele njenengan lg..tp kasus sy yg dulu sudah terselesaikan lho jawabne simpel ternyata egr mobil kotor atau apa itu namanya banyak residu gemuk atau carbon. tapi gimik2 macem hks kompresor turboventilator dan kabel gronding masih nempel ben ndak mubazir aja.
    jadi critane oli di manualbook itu bilange sae 5w-30 tapi ini kmaren pakai kastrol 10w-40 alesane sudah lebih 50ribu dan bengkele habis stok yg 5w. nah mau ganti oli lagi penake 5w30 yg merek apa nggih sik penguapane dikit? ndak perlu ditambah oli aditiv to?
    trs tanyak soal pro kapasitore njenengan sik dipasang di sensor oli itu apakah di kabel kenock sensor yg tipis itu? suwun

    Suka

    • sip bila masalahnya ketemu solusinya 🙂

      Kalau saya sendiri tidak masalah oli lebih mudah menguap, yang penting rajin monitor dan bila berkurang maka ditambah hingga pas. Bila ingin yang lebih tidak menguap mending yang 10W30 saja, semacam fastron techno 10W30.

      Merek yang memperhatikan nilai penguapan itu amsoil dan mobil 1. Iya, nggak perlu aditif. Atau barangkali mau coba tambah minyak goreng 🙂 . yang penting jangan aditif yang butuh mesin panas baru ngefek.

      pro capacitor di sensor oli itu tujuannya memanfaatkan efek dari implementasi thehullefect. Sensornya sepertinya adalah sensor suhu oli. biasanya terletak di blok mesin bagian bawah. Mobil buatan toyota/daihatsu yang biasanya lebih terasa bedanya.

      Suka

  8. bahkan sekarang ada oli yang lebih encer lagi ya, yaitu SAE 0W-16, gila aja ini oli apa ya tahan kalo buat geber2an long trip keluar kota dan atau macetnya jalan raya di DKI atau Surabaya? katanya munculnya oli dengan SAE terencer itu disebabkan karena “ulah” Honda ya? alias mereka bikin mesin yang memang mensyaratkan penggunaan oli se-encer itu?

    Suka

    • Itu pernyataan jebakan. Ada benarnya bila kita hanya memperhatikan penggunaan kecepatan tinggi. Tapi kan motor harus dipakai jalan pelan juga. Kalau dipakai jalan pelan, oli encer nggak layak.

      Dipakai kencang layak + dipakai pelan nggak layak = nggak layak

      Suka

Bagaimana menurut bro?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.