Motor listrik itu tidak green, belum betul – betul ramah lingkungan resiko memperparah krisis listrik dan bahaya terbakar batrenya


Saat membaca komentar di artikel tentang motor listrik, penulis menjumpai ada bro yang bilang motor listrik itu perlu dikembangkan karena dianggap sebagai motor hijau atau ramah lingkungan. Penulis tidak setuju.

Menurut penulis motor listrik itu masih belum hijau dan walau perlu dikembangkan, sebaiknya jangan diimplementasikan dulu. Boleh lah dibuat semacam motor elite atau motor mewah, tapi jangan dipaksa untuk disebar luas pemakaiannya.

Motor listrik sebenarnya sudah banyak. Berikut ini ada daftar detil dari banyak motor dan mobil listrik baik yang diproduksi di Indonesia dan luar negeri:
MOTOR & SEPEDA LISTRIK

Penulis akan membahas mengapa motor listrik itu belum motor hijau, berdasarkan keunggulan yang sering dipakai sebagai alasan untuk motor listrik sebagai motor hijau.

Polusi suara

Motor listrik disebut sangat hening bila dibanding dengan motor bensin. Iya, dalam hal ini bisa dibilang motor listrik lebih hijau. Namun sebenarnya motor bensin pun kalau benar benar mengikuti acuan Euro 4 atau apapun itu, mestinya motor bensin juga akan senyap. Coba saja dengar suara knalpot standar dari motor sekarang, pasti sangat halus. Dan memang harusnya suara motor bensin itu sehalus itu suaranya.

Namun kenyataannya suara motor bensin keras. Sumber berisiknya suara berasal dari mesin dan rantai. Yang bikin rantai berisik seringkali penggunanya, rantai yang butuh pelumas kok malah dilarutkan pelumasnya pakai solar atau oli bekas.

Yang bikin berisik mesin itu selain kualitas komponen yang pas pasan, juga karena oli yang disarankan sama pabriknya kualitas dibawah standar. Sebagai contoh Honda Beat penulis, saat baru terima suara berisik banget. Jadi lebih halus setelah diberi tambahan oli bagus dan modif pro capacitor. Sekarang ini juga lebih halus lagi setelah oli mesin yang pakai PCMO (fastron) ditambahi minyak goreng.

Walau suara mesin Honda Beat penulis masih belum sesenyap suara Suzuki Spin penulis, paling tidak suara kendaraan sekarang sudah jauh lebih halus dan tidak bikin sakit telinga. Menurut penulis suara motor Honda Beat penulis sekarang sudah cukup hijau. Kalau dari sisi suara sudah tidak ada lagi alasan untuk pilih motor listrik.

 

Polusi udara

Motor listrik disebut bebas dari polusi udara. Memang betul itu bila kita tidak memperhitungkan asal listriknya darimana. Kalau listrik yang dipakai sumbernya dari batubara ya polusinya justru lebih parah.

Ini juga didukung oleh artikel berikut:
Seberapa Hijau Kendaraan Anda?

Menurut LowCVP, walau 80% emisi gas rumah kaca mobil atau kendaraan dihasilkan selama kendaraan tersebut dipakai, seiring dengan perkembangan teknologi, emisi gas buang tidak lagi efektif dan relevan menjadi ukuran kendaraan yang ramah lingkungan.

Meningkatnya pemakaian kendaraan listrik colok (plug-in electric vehicles) akan mengalihkan perhitungan emisi karbon dari mobil atau kendaraan lain ke pembangkit listrik, proses produksi kendaraan serta pembuangan limbah kendaraan dan bahan bakarnya. Sehingga produksi emisi setara CO2 (CO2e) yang dihasilkan oleh setiap penumpang kendaraan, perlu dihitung ulang memertimbangkan seluruh “siklus hidup” kendaraan.

 

Selain itu kendaraan sekarang juga sudah harus memenuhi standar emisi udara. Sehingga kendaraan produksi baru emisinya lebih bersih dan lebih ramah lingkungan. Sekarang ini beda dengan beberapa tahun lalu saat motor 2 tak masih banyak dijalan. Udara sekarang lebih bersih dan tidak lagi berkabut seperti dulu. Bila pertamina selaku penyedia bahan bakar utama bisa menyediakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan maka motor juga akan lebih hijau. Bahkan bisa jadi lebih hijau daripada pembangkit listriknya PLN.

 

Polusi pemanasan global

Motor listrik dikatakan tidak menghasilkan panas seperti motor bensin. Terus terang penulis ragu terhadap hal itu. Motor listrik juga menghasilkan panas. Batre yang terpakai listriknya juga menghasilkan panas.

Belum lagi bila diperhitungkan sumber listriknya darimana:
Mobil Elektrik dan Pemanasan Global

Namun para peneliti juga menemukan potensi pencemaran dari kendaraan elektrik. Pencemaran ini berasal dari energi yang digunakan untuk sumber tenaga, masa pakai kendaraan, konsumsi energi dan masa penggantian baterai.

Jika jarak pakai kendaraan elektrik dinaikkan hingga 200.000 km, potensi pemanasan global yang bisa dikurangi akan naik menjadi 27-29% jika dibanding kendaraan berbahan bakar bensin dan 17-20% jika dibanding kendaraan berbahan bakar solar.

Namun jika jarak pakai yang dihitung mencapai 100.000 km, manfaat pengurangan potensi pemanasan global akan menyusut menjadi 9-14% jika dibanding kendaraan bensin dan hampir tidak ada perbedaan jika dibanding kendaraan berbahan bakar solar.

 

Off topic sebentar, menurut penulis, sumber pemanasan global atau regional sekarang ini sumbernya lebih ke polusi pesawat jet / exhaust contrails. Ini sudah banyak diteliti dan bahkan ada yang posting video yang menunjukkan bahwa suhu yang berasal dari asap jet pesawat lebih tinggi dari sekitarnya:

Selain membuat bumi lebih panas, trails juga merebut uap air dari awan sekitar sehingga menghambat hujan dan bila hujan maka terjadinya lebih ekstrem. Untuk mencoba mengatasi ini penulis mencoba memasyarakatkan cemenite. Dari yang sudah penulis coba dan beberapa yang lain laporkan, pemakaian cemenite bisa membantu mengurangi efek tersebut dan membuat cuaca lebih bersahabat. Cemenite bisa dibuat sendiri, bisa di google caranya. Karena cemenite juga bisa meningkatkan oktan/performa, cemenite dijadikan juga sebagai alat bonus untuk pembelian pro capacitor.

 

Polusi tanah atau air

Karena tidak menggunakan oli mesin dan radiator, motor listrik dikatakan tidak membuat polusi tanah atau air. Soal radiator memang benar mesin motor listrik tidak butuh radiator, namun batrenya butuh radiator, seperti yang sudah dilakukan oleh Tesla Motor. Namun memang masa pemakaian bisa jauh lebih lama. Bisa dilihat di patent untuk sistem pendinginan batre berikut, pakai glycol (bahan dari radiator coolant).
Tesla or GM: Who Has The Best Battery Thermal Management?
radiator-untuk-batre-kendaraan-listrik-tesla-1
radiator-untuk-batre-kendaraan-listrik-tesla-2

Soal oli mesin, memang mesin tidak pakai oli, namun tetap butuh pelumasan (pakai gemuk). Bagian lain juga butuh pelumasan. Motor listrik GESITS misalnya juga butuh oli untuk transmisi.

Selain itu, motor listrik juga masih mengandung bahan berbahaya, terutama dari batrenya:
Apakah Mobil Listrik Benar-benar ‘Hijau’?

TRONDHEIM — Sebuah studi yang dilakukan Norwegian University of Science and Technology (NUST) menemukan bahwa mobil listrik tidak lebih ramah lingkungan dibandingkan mobil konvensional.

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Journal of Industrial Ecology ini, mobil listrik berbasis baterai yang umum digunakan saat ini banyak mengotori lingkungan dari sejak masih dalam fase produksi hingga fase pemakaian.

Professor Anders Hammer Stromman dari NUST mengungkapkan bahwa produksi baterai dan mesin listrik menggunakan banyak mineral toksik seperti nikel, tembaga dan aluminium. Akibatnya, limbah yang dihasilkan pada produksi mobil listrik lebih berdampak negatif dibandingkan mobil petrol atau diesel.

Kenapa Mobil Listrik Jalan di Tempat di Indonesia Tapi Tancap Gas di Negeri Jiran

Tidak setuju adanya mobil listrik pun diutarakan Kepala Subdirektorat Uji Berkala Kendaraan Bermotor Kementerian Perhubungan Yusuf Nugroho menyebut baterai dari mobil bisa jadi limbah yang justru merugikan orang lain.

 

Coba dibayangkan bila batre cuma umur setahun atau dua tahun (seperti kalau HP dipakai tiap hari). Selain konsumen harus menyediakan dana lebih dari 5 juta setiap tahun untuk beli batre, batrenya juga akan bisa menimbulkan polusi serius.

Untuk mengurangi polusi ini sudah ada usaha daur ulang batre sehingga bisa dimanfaatkan lagi walau tidak sempurna, seperti yang dilakukan oleh kerjasama antara ITS dan Unair. Dari sisi motor bensin oli juga bisa didaur ulang untuk dipakai lagi sebagai oli seperti yang dilakukan oleh Evalube dan Agip.

 

Perlu penanganan serius untuk panas yang ditimbulkan oleh batre untuk mengurangi resiko terbakar dan peningkatan efisiensi kerja

Di kendaraan listrik komersial, faktor pendinginan batre mendapatkan perhatian sangat serius. Baik saat jalan ataupun saat di charge. Bisa dilihat diatas bahwa batre pun sampai ada radiatornya. Ini sangat perlu baik dari sisi efisiensi ataupun keamanan.

Dari sisi efisiensi, batre yang dingin memungkinkan pemakaian listrik yang lebih efisien, kapasitas tidak cepat berkurang. Begitu juga saat pengisian, suhu batre yang dingin akan memungkinkan charging yang lebih efisien dan cepat.

Dari sisi keamanan juga begitu. Masalah utama batre yang bisa menyebabkan bahaya terbakar dan berkurangnya kapasitas adalah gassing. Gassing adalah proses dimana gas hidrogen jadi terbentuk dari cairan kimia yang ada di dalam batre. Untuk mencegah gassing maka batre tidak boleh sampai di charge berlebihan dan suhu harus dijaga. Resiko gassing meningkat bila batre makin penuh isinya atau suhunya panas.

Batre itu agak rewel karena temperaturnya harus pas, terlalu dingin tidak bisa maksimal tenaganya, terlalu panas juga tidak maksimal. Terlalu dingin batre tidak akan berfungsi, terlalu panas resiko meledak.

Mungkin untuk di Indonesia tidak perlu perduli dengan soal dingin. Namun harus benar benar diperhatikan penanganan panas dari batre.

referensinya berikut ini:
Battery Thermal Management Systems of Electric Vehicles, Master’s Thesis in Automotive Engineering

Lithium-Ion cells work well when cells operate within limited voltage and temperature. Otherwise, damage will occur to the cells and will be irreversible. In over-voltage situations the charging voltage exceeds the bearable cell voltage, resulting in excessive current flows and at the same time, it causes two problems. Excessive currents gives rise to the reduction in the free Lithium ions and an irreversible capacity loss. Eventually it can result in a short-circuit between the electrodes.

Under-voltage also brings about problems which give rise to the breakdown of the electrode materials. The situation is dangerous for it can result in short-circuit between anode and cathode. Oxygen will be released and the battery suffers from capacity loss.

High temperature increases the reaction rate with higher power output, however, it also increases the heat dissipation and generates even higher temperatures. Unless heat is dissipated quicker than heat is generated, the temperature will be higher and finally a thermal runaway will result. This reaction is exo-thermal which drives the temperature higher. The pressure inside cells is built up by the gas and the temperature is beyond the flashpoint. However, the gas does not burn due to the lack of oxygen. Then, the separator is melted and short-circuits occur between the anode and cathode at 135 ºC. Finally, the metal-oxide cathode breaks down at 200 ºC and releases oxygen which allows the electrolyte and hydrogen gas to burn. This reaction is also exo-thermal and drives temperature and pressure still further.

Dikatakan bahwa batre lithium ion itu bekerja bagus di kisaran voltase dan temperatur tertentu saja. Bila tidak maka akan ada resiko kerusakan sel yang permanen. Pada kondisi kelebihan votlase saat ngecharge, sel akan kelebihan arus yang bisa menimbulkan dua masalah. Arus yang berlebihan kan menyebabkan berkurangnya ion lithium dan mengurangi kapasitas. Bila parah akan menyebabkan hubung singkat.

Voltase yang terlalu rendah juga akan memberikan masalah kerusakan elektrode. Bila parah akan menyebabkan hubung singkat antara anoda dan katoda. Oksigen akan terlepas dan menyebabkan berkurangnya kapasitas.

Temperatur tinggi meningkatkan reaksi yang juga akan meningkatkan disipasi panas dan memperparah peningkatan suhu juga. Bila panas tidak dibuang maka akan makin tinggi dan akhirnya bisa menyebabkan panas tidak terkontrol. BIla suhu mencapai 80ºC di dalam batre akan melepaskan gas hidrogen dan akan timbul tekanan. Namun karena tidak ada oksigen, gas tersebut tidak akan terbakar. Selama masih tertutup rapat akan aman.

Bila panas mencapai 135ºC maka pemisah bisa meleleh dan menghubung singkat anoda dan katoda. Bila panas mencapai 200ºC maka katoda akan terurai dan melepaskan oksigen. Oksigen ini akan bisa membuat gas yang sebelumnya terkumpul dan terbakar.

Bila faktor panas tidak diperhatikan, maka kasus mobil listrik terbakar bisa terulang lagi. Menurut penulis kejadian kejadian berikut terjadi karena faktor pemanasan batre tidak diperhatikan.

 

Penulis juga sebelumnya sudah membahas bahaya ini:

 

Seharusnya kalau masih dalam taraf belajar para pembuat kendaraan listrik lokal tidak main main dengan lithium ion tapi menggunakan teknologi batre yang lebih aman seperti misalnya yang berteknologi lead acid atau aki yang biasa dipakai di kendaraan selama ini, atau bisa juga pakai NiMH atau NiCd seperti yang biasa dipakai di mainan anak anak.

 

Sumber tenaga terbarukan

Motor listrik dikatakan lebih hijau karena memanfaatkan sumber tenaga dari listrik, sementara motor bensin memakai sumber tenaga yang bisa habis.

Iya, minyak bumi atau gas alam yang dipakai sebagai bahan pembuatan bensin bisa habis. Namun yang sering dilupakan adalah listrik yang sekarang ini disediakan kebanyakan juga dihasilkan dari sumber daya alam juga, seperti solar dan batu bara.

Penghasil listrik lain juga bukan tanpa masalah. Pembangkit listrik tenaga air sekarang makin susah karena cuaca yang makin tidak menentu. Pembangkit listrik tenaga surya juga masalah di ketahanan batre dan solar panelnya yang juga jadi sumber polusi. Pembangkit listrik tenaga panas bumi juga katanya bisa memicu atau mempersering gempa bumi. Pembangkit tenaga nuklir dianggap jauh lebih membahayakan. dst.

Belum lagi di Indonesia katanya bakal mengalami krisis listrik:
Krisis Listrik Bakal Lumpuhkan Indonesia

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman pada bulan April 2014 lalu mengatakan bahwa ancaman krisis listrik karena PLN tidak mampu menyediakan tambahan listrik setiap tahunnya sebesar 5.000 MW karena keterbatasan dana.

Indonesia Berpotensi Krisis Listrik di 2018, Selasa, 8 November 2016 – 07:50 wib

YOGYAKARTA – Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Hendri Saparini memperkirakan Indonesia akan mengalami krisis listrik sebesar 1.000 megawatt (mw) pada tahun 2018.

“Setiap tahun, tambahan kebutuhan listrik masyarakat sekitar 5.000 mw, sementara Perusahaan Listrik Negara (PLN) hanya mampu menyediakan pasokan listrik sekitar 4.000 mw setiap tahunnya,” ujar Hendri saat dihubungi dari Yogyakarta, Selasa (8/11/2016).

Presiden Jokowi Malu, Ekonomi Melaju Tapi Biarpet di Mana-Mana

“Mereka memuji kita tapi saya masih malu, kalau mereka tahu di provinsi-provinsi kita masih banyak lampu yang mati karena pasokan listrik yang kurang,” ujar Presiden, seperti dikutip dari keterangan Tim Komunikasi Presiden, Sabtu (11/6/2016).

Jokowi Berharap Rencana Energi Nasional Mampu Atasi Krisis Energi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkeinginan Rencana Umum Energi Nasional (REUN) dapat menjadi solusi bagi krisis energi yang akan mendera Indonesia.

 

Nah kalau semua orang pakai listrik. Bukannya listrik dari makin krisis? Apalagi bila semua orang pada ngisi listrik pada malam hari, bisa makin parah byar petnya.

 

Efisiensi

Motor listrik dikatakan lebih efisien. Seperti contohnya GESITS dikatakan 100km bisa dicapai dengan biaya setara seliter bensin.
Motor Listrik GESITS Test Jalan 1200 KM Jawa Bali, Nih Hasil Evaluasi Sementara… Jarak 100 KM Setara “Seliter Bensin” November 11, 2016

 

Mungkin iya dalam implementasi tersebut listrik yang terpakai setara 1 liter bensin. Entah apakah itu yang dihitung listrik yang terpakai dari batre atau listrik yang terpakai pada saat mengisi batre. Kedua perhitungan ini sangat berbeda karena efisiensi pengisian batre tidak 100%. Artinya, listrik yang dipakai untuk mengisi batre akan lebih besar dari yang tersimpan di batre.

Juga konsumsi 1:100 itu dengan motor dengan tenaga berapa? Apa akselerasi dan top speed bisa paling tidak setara dengan motor matik lain?

Dari sisi motor bensin, penulis yakin perusahaan motor mampu membuat motor dengan konsumsi bensin 1:100. Rasanya yang menjadi penghambat utama adalah konsumen. Masyarakat lebih memilih motor bertenaga daripada motor irit. Boleh irit asal tenaganya tidak kalah dengan motor yang boros. Buktinya motor yang fokusnya irit kalah laku dengan motor yang fokusnya tenaga. Kalau nanti pabrik motor beneran produksi motor dengan konsumsi bensin 1:100, nggak dijamin produk tersebut bakalan laku.

 

Harus kita sadari bahwa biaya listrik yang kita bayar tiap bulannya ada subsidinya. Mestinya nanti stasiun pengisian batre motor listrik tarifnya pakai tarif listrik industri yang lebih mahal.

Kita juga harus memperhitungkan efisiensi dari pembangkit daya listrik PLN. Apa benar pembangkit listrik tenaga solar dari PLN bisa lebih efisien dari motor bensin?

Seandainya pas lampu mati, tentunya mengisi batre motor listrik harus pakai genset. Apa kira kira bahan bakar yang dipakai oleh genset untuk mengisi batre motor listrik bisa lebih irit daripada motor bensin? Kalau pas motornya dua, bakalan lebih irit mana, ngisi bensinnya untuk genset atau ngisi bensinnya untuk motor?

 

Efisiensi motor juga bisa berkurang. Di sisi motor listrik yang berkurang adalah kapasitas batrenya, makin lama makin ngedrop. Masa pengisian bisa tetap namun masa pakai berkurang. Di motor ini juga terjadi terutama di motor injeksi yang pakai sensor O2 (mungkin ini sebab orang India lebih suka motor karbu).

 

Kesimpulan

Jadi motor listrik masih belum motor hijau. Batre jadi sumber racun yang baru, dan listrik yang dihasilkan PLN masih belum ramah lingkungan. Bila motor listrik populer, maka bisa akan memperparah krisis listrik yang katanya bakalan terjadi. Kalau sering lampu mati juga jadi susah mengisi batre motor listrik.

Jadi cocoknya motor listrik itu tetap dikembangkan sehingga batre bisa lebih ramah lingkungan. PLN juga migrasi ke listrik yang lebih ramah lingkungan, yang kalau bisa tidak menaikkan tarif lisrik (Listrik terbarukan itu mahal!) Silahkan motor listrik dijual sebagai barang mewah agar tidak memperparah krisis listrik.

10 respons untuk ‘Motor listrik itu tidak green, belum betul – betul ramah lingkungan resiko memperparah krisis listrik dan bahaya terbakar batrenya

  1. Setuju, implementasi motor listrik di Indonesia tanggung, soalnya infrastrukturnya (listrik, red) belum siap. Memang, untuk beberapa daerah Jawa, Jabodetabek, dan sekitarnya listriknya stabil. Tetapi di Kalimantan yang byar pet listriknya, bagaimana? Bukan membela AISI, just pendapat ane

    Suka

  2. Betul juga Mas, Makanya pabrikan sepeda motor sekelas AHM tampaknya tenang tatkala Garasindo serius akan memproduksi motor listrik GESITS

    Suka

    • Rasanya mereka mengikuti tren saja. Kalau di jepang sudah keluar motor listrik dan di Indonesia populer, maka akan rilis motor listrik juga.

      Yang repot trennya sekarang motor listrik teknologi tinggi yang pakai batre ringan kapasitas tinggi. Resiko jadi makin besar.

      Disukai oleh 1 orang

  3. efisiensi mesin bakar tertutup seperti mesin bensin dan solar hanya 40% (efisiensi termal)
    sedang mesin pembangkit listrik tenaga uap bisa 70%
    namun efisiensi ini berubah2, karena gak setiap waktu energi listrik yang diproduksi pln dipakai semuanya. ada peak time seperti sore hari dan ada idle time seperti pagi hari, namun mesin turbin pln kan selalu konstan jadi ada banyak energi yang dibuang pada saat idle time

    kalau pengisian baterai motor listrik dilakukan pada saat idle time, maka gak ada pengaruh yang signifikan bagi pln, misal charging pada tengah malam-pagi hari
    nissan leaf dan tesla juga sudah membuktikan bahwa 90% lebih baterainya telah bertahan 5 tahun tanpa masalah atau penggantian, dalam arti motor listrik nanti juga diharapkan bisa bertahan 5 tahun, hampir tanpa perawatan atau suku cadang.

    baterai sekarang memang masih memakai lithium ion yang tidak ramah lingkungan, tapi baterai jenis baru seperti aluminium ion juga telah mulai dikembangkan, yang katanya bisa lebih awet sampai 5 ribu cycle charging tanpa pengurangan kapasitas (lithium ion sekitar 500 cycle kapasitas berkurang 20%)

    inti dari permasalahan motor listrik, yaitu baterainya.yang mana masih tidak ramah lingkungan dan kapasitas yang kurang besar. kalau permasalahan baterai ini terpecahkan, maka motor listrik bisa booming.

    Suka

    • Iya. Pada motor listrik, selain efisiensi pembangkit, juga perlu diperhitungkan efisiensi charging. Sekitar 85%:
      An Assessment of Level 1 and Level 2 Electric Vehicle Charging Efficiency

      This observation was made in the data analysis provided by FleetCarma in An Investigation of Level 1 vs. Level 2 Charging Events in Plug-In Vehicles. Unpublished manuscript. December 2012. Available upon request from the author.

      Untuk umur batre, cuaca panas bisa membuat umur batre berkurang banyak. Ini terutama terjadi pada kendaraan listrik yang batrenya nggak pakai pendingin aktif. Seperti contohnya yang pernah terjadi di Nissan Leaf:
      Are Air-Cooled Batteries Hurting Nissan Leaf Range?

      For months, Nissan Leaf owners in Arizona have complained about degrading battery capacity from high heat. Now, a group of Leaf owners have performed a test that appears to add credence to those claims.

      A group of Nissan Leaf owners on Saturday performed a controlled range test in Phoenix to measure how far 12 of the electric sedans can go compared to the car’s new battery range. The data, published yesterday on the EV enthusiast site Inside EVs, show significant loss of range for many of the cars tested. They were model year 2011 and 2012 Leafs.

      The battery capacity complaints, which are documented in detail on driver forms, appear to be centered in places with hot climates, such as Arizona and Texas.

      It’s well known that temperature extremes—either very hot or very cold–degrade batteries, along with other factors such as driving and charging patterns.

      The Nissan Leaf relies on air cooling to maintain battery temperature, which is different from other automakers’ battery-powered cars. For their electric vehicles, Tesla Motors, General Motors, and Ford all have more sophisticated–and expensive–active thermal management systems, where a liquid is circulated around batteries to keep them close to their optimal performance temperature.

      Dikatakan bahwa banyak pemilik Nissan Leaf yang mengeluh batre kapasitasnya berkurang banyak di tempat yang panas. Mereka lalu melakukan pengujian dan memang benar kapasitas batre jadi berkurang banyak di daerah yang panas.

      Nissan leaf dikatakan menggunakan pendingin pasif sehingga efek tidak bisa sebagus yang pakai pendingin aktif.

      Saking traumanya pemilik Nissan Leaf, sampai untuk parkir saja katanya disuruh memilih tempat yang teduh.
      Active cooling your leaf battery

      Shade is your friend. Tree, building, just anything that keeps off the direct sun. Park your car in an area that is cool. Park on a hot road? that heat will radiate to the batteries too.

      When does battery cooling kick in and what’s the rad and fans for

      Yep as above, the Leaf is not “designed/intended” to be a long range car and heat buildup is a problem. The ENV-200 has active (air) cooling, and perhaps future iterations of Leaf will have it too.

      I have found if you need to do multiple rapids in a day you simply have to drive slower. Running at 70 mph the pack continues to heat up while driving, but running at 60mph the pack cools while driving.

       

      Selain soal ramah lingkungan, kapasitas dan rawan panas diatas, ada resiko kebakaran juga yang terutama pada implementasi lithium polymer. Hubungannya juga dengan suhu, baik di pemakaian dan pengisian. Oleh karena itu semoga motor listrik di Indonesia juga memanfaatkan teknologi pendingin aktif bila pakai batre lithium.

      Semoga juga nanti untuk tempat pengisian batre harus tahu untuk menempatkan batre di depan kipas angin di tempat teduh atau hembusan AC .

      Semoga jangan sampai ada yang nekat mengisi motor listrik selagi motornya diparkir di panas panas. Semoga penjual motor listriknya memberikan edukasi semacam ini.

      Suka

  4. tanya Kawasaki Heavy Industries saja masalah tenaga listrik bro. tu buktinya Kawasaki buat kereta KRL sampe Shinkansen pake listrik bahkan ada kereta pake baterai giga cell tanpa cairan.

    Suka

    • Terima kasih infonya, menarik juga setelah saya cari referensinya. Bisa dibaca di link berikut:

      Battery Energy Storage System – GIGACELL Features

      Meet GIGACELL, the next-generation high-capacity nickel-metal hydride battery.
      With great capabilities in rapid charging and discharging, it can be installed onboard streetcars (LRV), inside the battery power system (BPS) for railways, or can be used for stabilizing output electricity generated from natural energies such as wind and solar power. Designed to be friendly to the environment, it is a battery committed to the efficient use of energy, and the reduction of CO2 emissions.

      Conventional cylindrical nickel-metal hydride batteries consist of rolled materials with separators between each set of positive and negative electrodes. Because of this structure, it is difficult to cool down the interior heat during rapid charges / discharges. Furthermore, scalability was limited since connections between cells created energy loss.

      The bipolar design of the GIGACELL prevents overheating of the battery, with a cooling fan effectively sending air through the structure. It also holds down energy loss between cells, actualizing greater capacity.

      Jadi Gigacell merupakan teknologi terbaru dari NiMh yang tujuannya utamanya terutama untuk lebih ramah lingkungan dan membuat batre lebih tahan panas, awet dan bisa cepat di charge sehingga lebih cocok untuk dipakai di kendaraan.

      Sepertinya implementasi Gigacell ini lebih mementingkan pendinginan dan fleksibilitas jadi mungkin secara berat atau densitas energi kalah dengan lithium ion.

      Suka

Bagaimana menurut bro?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.