Tidak enaknya pakai motor trail untuk harian di jalan raya


Motor trail itu enak dipakai, lincah, bodi ramping, posisi duduk nyaman didukung tempat duduk rata dan panjang, jadi bisa geser geser duduknya atau enak dibuat boncengan walau nggak ada pegangan tangan. Namun ada beberapa kelemahan fatal yang bikin rugi bila pakai motor trail di jalan raya.

Ban bikin licin

Yang pertama soal ban. Ban motor trail itu didesain untuk medan tidak rata atau tidak stabil. Kalau dipakai di jalan rata maka ban itu jadi justru malah bikin licin. Di jalan kering licin, dijalan basah sangat bahaya. Ini karena kontak antara ban dengan jalan cuma sedikit karena kembangan yang jarang jarang. Nggak cuma bahaya dan bikin licin, tapi juga nggak awet dan bikin boros. Seperti di kutipan berikut ini:

Kelebihan dan Kekurangan Pakai Ban Pacul di Perkotaan

Sony Susmana, Direktur Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) menjelaskan lebih detail pengaruh dan sisi keamanan ban pacul di perkotaan. Benang merahnya, tidak aman dan tidak nyaman. “Sebenarnya boleh-boleh saja, tetapi ada tiga hal yang harus diperhatikan plus konsekuensinya,” tegas Sony kepada KompasOtomotif.

Pertama, grip kurang baik, apalagi di jalan basah. Laju ketika menggunakan ban all-terrain tidak bisa seperti pakai ban aspal, harus lebih pelan. Pengendara juga melebihkan tingkat kewaspadaan karena karet bundar kurang “menggigit”.

Kedua, desain atau pattern ban pacul dibuat bergerigi untuk permukaan tanah, yang tentu membuat rolling ressistant (daya gelinding) terhambat. Alhasil, perputaran ban yang seharusnya tanpa beban menjadi berat, akibatnya tidak eco riding alias lebih boros bahan bakar.

Ketiga, bersiaplah dengan suara yang lebih berisik, sebagai efek permukaan bergerigi.

Motor Trail Dipakai Harian, Perhatikan Komponen Ini

Masalahnya, karena beda peruntukkan, motor trail yang digunakan untuk harian ini justru cenderung akan mengalami kerusakan, utamanya di bagian ban. Hal ini disebabkan karakter ban yang tidak cocok untuk jalanan beraspal.

“Kalau ban standar pabrik yang dibuat harian, justru jadi kurang enak. Cepat aus juga. Tiga bulan juga sudah habis,” ujar Rudy, pemilik bengkel spesialis motor trail 234 Motor yang terletak di kawasan Limo Depok, Senin (21/12/2015).

 

Mungkin bagi yang sengaja bertahan untuk tetap pakai ban trail adalah biar bisa enak kalau harus sampai turun jalan bila kena macet. Rasanya itu kurang mengena. Karena rasanya jarang sekali ada pinggiran jalan yang cuma bisa dilewati trail. Seringkali pinggiran jalan memang sudah terkondisi sedemikian rupa sehingga motor matik pun bisa lewat dengan gampang. Lewat polisi tidur matik juga bisa, mendaki trotoar mati juga seringnya bisa. Kecuali mungkin kalau mau untuk lewat jembatan penyeberangan.

 

Soal ban mungkin gampang diganti, yang bikin makin nggak enak itu faktor berikutnya

Tenaga lemah

Walau kelasnya sport, motor trail sepertinya cuma dipandang sebelah mata sama pabrikan. Berbeda sama motor sport untuk jalan aspal, motor trail yang ada dipasaran tenaganya kalah dengan motor sport jalan raya.

Yang membuat penulis baru sadar pada lemahnya performa motor trail adalah ketika saat beberapa hari lalu sempat “jalan bareng” dengan Kawasaki KLX 150. Kebetulan motor Suzuki Spin penulis sedang dalam kondisi sip. Tenaga yang sempat lemot karena pertamax turbo sudah normal lagi setelah berganti pakai premium. Untung pulihnya cepat. Kondisi standar dengan setelan karbu paling irit dengan modif 3 pro capacitor di selang bensin dan 1 pro capacitor di kabel busi.

Motor Kawasaki KLXnya terlihat standar. Knalpot dan ban masih aslinya.

Saat itu sedang di palang kereta api. Setelah kereta api lewat dan palang nya diangkat, si KLXnya sempat jalan duluan. Karena penulis tujuannya cuma ngetes akselerasi menengah keatas (karena tenaga sebelumnya ngempos saat pakai pertamax turbo), penulis santai saja dan start pelan pelan.

Setelah rpm mencapai menengah, penulis baru melakukan gas pol. Saat itu KLX sudah melaju agak jauh. Saat penulis melakukan akselerasi tersebut KLX terlihat bergerak akan menjauh. Namun saat motor sudah mentok kecepatannya, penulis baru sadar bahwa si KLX jaraknya tidak makin jauh. Selama hampir semenit berjalan bareng, jarak dari KLX tidak bertambah. Secara top speed terlihat jelas bahwa motor Kawasaki KLX itu nggak lebih kencang dari motor matik penulis.

Penulis jadi heran mengapa kok motor sekelas sport trail kok performanya tidak beda jauh dari matik? Padahal cc juga beda, sana 150, motor penulis cuma 125. Penulis awalnya berpikir mungkin top speed dibatasi agar akselerasi meningkat. Tapi herannya mengapa kok akselerasi dibanding matik 125 cc setelan paling irit juga cuma menang sedikit? Kalau memang performanya cuma segitu, terus apa untungnya pakai motor trail di jalan raya?

Penulis penasaran dan mencoba cari tahu.

Dan memang, top speed dari Kawasaki KLX 150 cuma 100km/jam. 11:12 dengan motor penulis yang beberapa waktu lalu penulis tes pakai GPS top speednya 98km/jam.

Dongkrak Kecepatan Maksimum KLX 150

Salam modifikasi, saya memiliki motor Kawasaki KLX 150. Kenapa motor ini top speednya hanya 100 km per jam. Bagaimana caranya biar topspeed bisa di atas 100 km per jam?

 

Data akselerasi Kawasaki KLX adalah sebagai berikut:
Test Ride Kawasaki KLX 150BF SE, Tanah dan Aspal Oke!

Data test
0-60 km/j: 5,8 detik
0-80 km/j: 10,8 detik
0-100 km/j: 21,7 detik
0-100 m: 8,1 detik (70,3 km/j)
0-201 m: 12,8 detik (83,6 km/j)
0-402 m: 20,9 detik (95,5 km/j)
Top speed spido: 105 km/j
Top speed Racelogic: 104,1 km/j
Konsumsi bensin: 31,8 km/lt

Coba bandingkan sama motor matik Honda Vario berikut, dari website yang sama, otomotifnet:
Test Ride Honda Vario 150 eSP, Ini Data Lengkap Akselerasi dan Konsumsi BBM-nya!

Data test
0-60 : 05.3 detik
0-80 : 09.7 detik
0-100 : 17.2 detik (66,7 km/jam)
100 m : 07.8 detik (71.7 km/jam)
201 m : 12.3 detik (89.3 km/jam)
402 : 19.8 detik (105.3 km/jam)
Top speed Racelogic : 110.8 km/jam
Top speed Spidometer : 115 km/jam Konsumsi
Bahan Bakar : 48 km/liter

 

Terlihat bahwa dari sisi akselerasi, top speed dan irit semuanya kalah sama motor matik.

 

Pakai motor trail di jalan itu licin, berisik, bahaya, nggak awet bannya, boros, lambat dan kalah cepat sama matik. Jadi untuk sehari hari mending jangan pakai motor trail. Medannya nggak cocok dan bikin sakit hati saja.

Kecuali kalau suka model bodi dan kenyamanannya. Bentuk memang lebih sporty sih.
kawasaki-klx-150

31 respons untuk β€˜Tidak enaknya pakai motor trail untuk harian di jalan raya’

  1. Yang bikin heran adalah pengendara trail selalu kesusu dibanding pengendara motor yang lain padahal tenaganya tidak superior. Pengendara sport/naked 150 cc yang lain justru bisa lebih kalem.

    Suka

  2. Dimalang, setiap sy berangkat kerja, bnyak jg yg pke trail bwt brangkat krja. Malah beberapa ada yg pakaian ,sepatu, jaket, tas, kya orang mw ngantor gt(tapi ya tdk terlalu formal bnget), tp motornya trail. Riding kaya org mw telat.
    Sy jg kdang heran, kalau diikuti dari blakang, mereka jrg jg turun dari aspal. (kebanyakan pke klx, ada yg sdh d modif knalpot, ada yg msh standart jg)
    Kalo menurut sy pribadi.. Klx dg ban pacul/tahu lbh diperuntukan bwt motor hoby, yg ridingnya jg gk dimedan aspal. Seperti review2 jenengan, malah lbh boros ban. Tapi yaaa tetep aja bnyk yg pke diaspal/bwt harian. Hehehe…..
    Mungkin bda lg kalo dtracker, krn dual purpose, msh bs bwt diaspal. Walau top speed gk tinggi, lmyanlah bwt membelah macet, akselarasi jg enak. Mw turun dari aspal jg oke.

    Suka

    • Terimakasih sharingnya. Iya. Mungkin karena asumsi kalau di daerah perbukitan cocoknya pakai trail. Padahal kalau disimak, kemampuan naik gunung lebih tergantung sama tenaga, mestinya pilih motor yang lebih bertenaga. Atau bisa jadi mereka tertipu karena asumsinya motor trail lebih bertenaga.

      Setahu saya juga di malang jalan menanjak sekalipun sudah beraspal. Rasanya justru makin bahaya kalau menanjak di jalan aspal pakai ban tahu. Ban dual purpose sekalipun katanya masih kalah gripnya dengan ban khusus aspal.

      Dtracker 150 rasanya akselerasi sama lambatnya dengan KLX, kalah sama Vixion dan CB150R, setaranya dengan motor yang jauh lebih murah seperti Verza, Megapro dan Byson.

      Test Ride New Kawasaki D-Tracker 150, Data Akselerasi dan Konsumsi BBM Lengkap!

      Data test
      0-60 km/j: 5,9 detik
      0-80 km/j: 10,9 detik
      0-100 km/j: 22,6 detik (dikoreksi, aslinya tertulis 32,6)
      0-100 m: 7,9 detik (@70,3 km/j)
      0-201 m: 12,7 detik (@84,9 km/j)
      0-402 m: 20,7 detik (@95,1 km/j)
      Top speed spido: 110 km/j
      Top speed Racelogic: 102,4 km/j
      Konsumsi bensin: 33,5 km/lt

      Komparasi Honda New MegaPro FI dan Yamaha Byson, Handling dan Performa

      New MegaPro FI
      0-60 km/jam : 5,2 detik
      0-80 km/jam : 9,7 detik
      0-100 km/jam : 20,1 detik
      0-100 m : 7,8 detik
      0-201 m : 12,3 detik
      0-402 m : 20 detik
      Top speed : 111 km/jam
      Racelogic : 106 km/jam
      Konsumsi bensin : 40 km/lt

      Byson
      0-60 km/jam : 5,4 detik
      0-80 km/jam : 9,8 detik
      0-100 km/jam : 21,1 detik
      0-100 m : 7,8 detik
      0-201 m : 12,3 detik
      0-402 m : 20,1 detik
      Top speed : 110 km/jam
      Racelogic : 106,3 km/jam
      Konsumsi bensin : 32 km/lt

      Suka

  3. Saya harian pake KLX sejak 2010 dah KM 78ribuan dg spek standard, ban Semi pacul bawaan aselinya.
    Enaknya sih menurut saya ngga terlalu mikir jalan rusak karena suspensi empuk, dibawa juga ringan, dan asik juga kalo ngetest kedalaman air pas banjir ngeri2 sedap, soal top speed kalo emang mau balap ya harusnya pake motor sport lah.

    Trus riding feel nya beda sama sport yah serasa kayak petualang tiap hari walopun medannya di perkotaan hehe.

    Suka

  4. Artikel ini mengingatkan sya ttg kejadian lampau, temen sya meminjam motor klx temenya yg sama-sama msih kuliah, buat tes akselerasi, awalnya sih keliatan enak tpi gak lama kemudian rantainya putus…ane cukup heran padahal motornya msih baru, bisa dijelaskan suhu?

    Suka

  5. sportbike = ikan
    motocross = monyet

    jangan suruh ikan panjat pohon, jangan suruh monyet menyelam (tapi bukan berarti si monyet ngga bisa main air) haha Brapppp!!! Braaapppp!!!
    Ane udah 2th pake DT sejauh ini puassssss, cuma satu kurangnya kalo naik motor ginian jok sempit hahaaaa

    Suka

    • Yang terutama adalah dari pasokan bensinnya yang dimodif dikurangi tapi tidak terlalu berlebihan. Selain itu juga bisa dari mengurangi pasokan udara. Filter dan knalpot racing itu bikin boros. Setelah itu bisa dari membuat mesin bekerja lebih efisien.

      Untuk kendaraan injeksi yang sudah lama, perlu juga dilakukan carbon clean dan ganti sensor oksigen bila perlu.

      Untuk alat, saya mengandalkan pro capacitor.

      Disukai oleh 1 orang

  6. Yang di tawarkan motor trail itu kekuatan rangka dan suspensinya bro, jalan rusak / gelombang masih tetep stabil motornya… kalo motor selain trail bisa kepental” / harus hati” takut velg peang atau shock bocor… Untuk mesin yang enak buat di jalan raya menurut ane yang versi 250cc… kalo yang 150 emg rada kurang buat mesinnya…

    Suka

    • Menurut saya, walau jalan rusak dan bergelombang, bila jalannya aspal, maka bannya juga harus untuk aspal. Soal ketahanan tetap tergantung kualitas pembuatan. Velg masih bisa peang dan shock masih bisa bocor. Rider petualang offroad beneran biasanya menghindari motor offroad yang skoknya upside down.

      Untuk mesin mungkin karena motor offroad itu memang nggak dirancang untuk kencang tapi untuk kuat narik di rpm rendah.

      Suka

  7. Lumayan om. Yang penting Kawasaki KLX 150 bisa dipakai buat main di tanah. Nggak peduli berapa top-speednya, karena motor ini bukan motor balap. Asalkan tarikan mesinnya responsif dan cepat menurut saya sudah lebih dari cukup.

    Suka

  8. Ganti ban aspal dan ganti gear dijamin nyaman, walau gak kenceng tapi sensasinya mantap. Enak bgt, gak cepet pegel dan enteng. Buat jalan rusak juga enak bgt, apalagi buat nerjang banjir. Saya ada new cb sama dtracker. Mnurut saya lebih cpt pegel pakai ncb.

    Suka

  9. Saya penggemar fotografi yang sering keluar masuk jalan raya kota hingga off road di pedesaan. Selama ini saya kesulitan membawa matic saya jika mulai melewati daerah di luar jalan raya. Adakah Motor Trail yang bisa berfungsi untuk keduanya ??? Terima kasih sebelumnya jika ada informasi dari rekan2.

    Suka

    • Menurut saya yang membuat motor matik susah dibawa off road adalah diameter roda yang kecil dan kemudian susah untuk dipakai di kecepatan sangat rendah. Uniknya motor yang cocok di bawa di rpm sangat rendah itu adalah motor bebek. Motor laki justru lebih susah.

      Bila ingin hemat, menurut saya motor bebek lebih cocok. rasio gigi dikurangi bila perlu.

      Selain itu yang cocok adalah motor dengan mesin SOHC 2 Valve. Motor trail termasuk pada kategori ini. Sayangnya kadang orang salah modif sehingga tenaga di rpm rendah sekali jadi berkurang, sehingga kalau di rpm rendah jadi mengandalkan setengah kopling, sesuatu yang seharusnya tabu dilakukan kalau ingin selamat di perjalanan.

      Ban ada yang cocok untuk dipakai di aspal dan di offroad, disebut dual sport. Namun dual sport ternyata juga bervariasi. Jadi memilih jadi tergantung medan. Kalau lebih sering di aspal, menurut saya lebih baik memilih ban dual sport yang gapnya lumayan rapat.

      MUngkin suatu saat bakalan buat artikel berdasarkan berikut ini:
      Choosing the Right Dual-Sport Tires

      Disukai oleh 1 orang

  10. kalau bicara enak tidak enak dan performa itu jangan sekali dua kali pakai. tapi tahunan jarak pendek maupun jauh.

    gw udah makai motor trail KLX hampir 8 tahun di jalan raya setiap hari. < tolong dicatat.
    gak pernah ngedlosor jatoh goblok kayak motor matic yang kau banggakan itu.

    performa motor trail di jalan raya itu bukan buat kebut2-an tapi stabilitas. ganti bannya jadi dual purpose street enduro. nyaman dan oke berkendara di jalan aspal

    fucfact stabilitas motor trail menyelamatkan gw beberapa kali, ketika gak sengaja nabrak trotoar malem2, dan jalanan licin karena tanah.

    sedang pakai motor matic ngerem mendadak aja nyusruk.

    Suka

    • Motor trail memang lebih stabil seperti halnya motor laki lain. Dan setuju sekali bahwa kemampuan mengendalikan motor jauh lebih diuji di motor matic. Sehingga orang pakai teknik ngerem salah pun lebih aman naik motor laki.

      Ngerem mendadak terus nyusruk pakai matik itu biasanya karena teknik mengerem yang salah. Harusnya ngerem itu didahului rem belakang. Baru kalau bodi motor sudah condong ke depan rem depan mulai dipakai.

      Iya, memang kalau di jalan nggak layak pakai ban pacul. Tapi saya rasa, ban pacul pun tidak bisa menyelamatkan dari licin karena lumpur. Saya pernah punya bebek yang pakai ban pacul soalnya. Malah lebih mudah ngepot di tikungan.

      Suka

Tinggalkan Balasan ke sucahyoaji Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.