Drain interval lebih lama tidak lebih ramah lingkungan, oli mesin itu limbah beracun termasuk juga PAO


Saat membuat artikel tentang PAO perlindungannya bukan yang terbaik penulis menemukan ada pabrik oli yang mengklaim bahwa PAO itu punya lubricity atau daya pelicin yang paling baik padahal pabrik PAOnya sendiri tidak menyebutkan begitu. Di artikel tersebut dijelaskan baik secara teori (dari sumber akademis) atau uji lapangan (dari website 540 RAT) bahwa ternyata lubricity oli PAO bukan yang terbaik. Lubricity yang dimaksud adalah sifat cairan olinya, dan bukan aditif yang melindungi mesin saat oli dikuras macam aditif Lupromax atau nano energizer. Lubricity berkaitan dengan film strength. Untuk memperkuat film strength dari PAO, perlu ditambah dengan aditif dengan film strength tinggi yang bisa berupa bahan nabati (cara lama) atau ester (cara baru).

 

Beberapa waktu kemudian penulis juga menemukan kejanggalan lain dimana pabrik oli yang sama mengatakan bahwa bahan oli PAO itu bukan bahan beracun sementara pabrik PAOnya bilang PAO beracun. Karena penulis curiga, maka penulis mencoba mencari tahu sebenarnya bagaimana sifat beracun dari oli.

Ternyata hasilnya tidak sama dengan yang sekarang ini banyak di klaim orang orang. Oli PAO itu ternyata lebih cocok dikategorikan oli yang tidak ramah lingkungan. Pakai oli PAO tidak lebih ramah lingkungan dari pakai oli mineral.

Yang membuat oli berbahaya juga bukan dari bahan tapi dari pemakaian. Oli yang dikatakan tidak berbahaya pun akan menjadi berbahaya setelah dipakai. Ganti oli lebih lama tidak membuat oli lebih ramah lingkungan. Karena makin lama oli dipakai maka jadi makin beracun. Drain interval lebih lama tidak mengurangi racun dari olinya, justru malah menambah. Karena sumber racun utama bukan dari bahan oli tapi dari pemakaian.

Fakta ini membuat mengulur ngulur waktu penggantian oli bukan sesuatu yang baik bagi lingkungan. Apalagi bila dipaksakan saat suara mesin sudah kasar dan oli sudah tidak melindungi walau masih bening olinya.

Untuk review kembali, berikut klaim soal lubricity:

Synmax – Automotive Base Oil Presentation
kebohongan-synmax-soal-pao

 

Sementara Exxon Mobil, sebagai salah satu pabrik besar yang memproduksi PAO, menyebutkan:
ExxonMobil Chemical – Group IV Basestocks Polyalphaolefins
exxon-sifat-oli-pao

 

Terlihat bahwa pada daftar keunggulan PAO oleh Exxon Mobil, tidak tercantum soal lubricity atau film strength. Jadi klaim bahwa bahan oli PAO punya daya perlindungan lebih baik dari bahan oli mineral itu perlu diragukan.

 

Sifat racun dari bahan oli PAO

Klaim oli PAO tidak beracunnya sebagai berikut:
kebohongan-synmax-soal-pao2

 

Sementara Exxon mobil mengkategorikan PAO sebagai bahan beracun dengan status low.
exxon-sifat-oli-pao2

 

Kalau dari faktor penyebab kanker, PAO dianggap aman:
Are Lubricants Hazardous to Your Health?

Group 1: These are lubricants with sufficient evidence of carcinogenicity to humans.

Group 2: These are lubricants with no human data, but strong animal data exist that indicate possible or probable carcinogenicity.

Group 3: These are lubricants not classifiable as to carcinogenic to humans.

Group 4: These are lubricants that are probably not carcinogenic to humans.

 

Sementara dari Exxon Mobil menyebutkan sebagai berikut:
Product Safety Summary, SpectraSynTM 4 Polyalphaolefin (PAO)

4. Health Information
PAO products have been studied extensively and are generally recognized to have low acute toxicity if ingested, inhaled or after skin contact. PAO products are expected to present a low risk for chronic toxicity.

Vaporizing or aerosolizing these products should be avoided. Excessive exposure can cause eye, skin or lung irritation. If prolonged or repeated skin contact is likely, the use of chemical resistant gloves is recommended. SpectraSyn 4 PAO is not regarded as a mutagen or carcinogen, and there is low concern for reproductive, developmental, or nervous system toxic effects.

Dari keterangan diatas, jelas bahwa walau PAO tidak menimbulkan kanker, tetap merupakan bahan beracun. Dimana bentuk uap dapat menyebabkan gangguan kesehatan lebih besar daripada bentuk cair.

 

Hal yang sama diungkapkan di produk oli dengan bahan PAO
Texastea MATERIAL SAFETY DATA SHEET 100% SYNTHETIC MOTOR OIL ENGINE

This product has a low vapor pressure and is not expected to present an inhalation hazard at ambient conditions. Caution should be taken to prevent aerosolization or misting of this product. Acute and chronic overexposures generated under unusual conditions may be irritating to the respiratory tract.

DURALIFE® PAO& POLYOL ESTER FULL SYNTHETIC WIND TURBINE GEAR OIL.

Inhalation of oil mists or vapors generated at elevated temperatures may cause respiratory irritation. Accidental ingestion can result in minor irritation of the digestive tract, nausea and diarrhea.

 

Sebagai perbandingan, produk oli yang diklaim 100% sintetik (bahan PAO) mengindikasikan oli nya sebagai no hazard. Kandungan base oil dikatakan antara 30-60%. Berikut yang disebutkan di datasheet versi kanada untuk produk signature
indikasi-toxic-oli-amsoil-no-hazard

Di datasheet versi amerika disebutkan ada 35% kandungan bahan yang sifat beracunnya tidak diketahui. Ini akan dibahas di bagian aditif.
amsoil-mengandung-35-bahan-yang-tidak-diketahui-toxicitynya

Oli synmax sendiri dikatakan mengandung low toxicity. Ini berbeda dari klaim sebelumnya.
tingkat-toxicity-dari-oli-sintetik-synmax

 

Dari kutipan kutipan diatas penulis menyimpulkan bahwa bahan dasar PAO punya sifat low toxicity, atau sedikit beracun. Jadi PAO masih termasuk beracun. Biasa dipakai untuk industri makanan karena bila terciprat dalam dosis kecil bahayanya juga kecil. Bahaya lebih besar bila dalam bentuk uap.

 

Sifat ramah lingkungan

Klasifikasi ramah lingkungan ini macam macam, ada yang dari sisi efisiensi, sehingga oli yang meningkatkan performa dikatakan lebih ramah lingkungan:
Oli Ramah Lingkungan Cirinya Lebih Encer

“Ini tuntutan mengimbangi mobil-mobil baru yang berkenaan peraturan pemerintah yang ramah lingkungan (LCGC), maka penggunaan olinya lebih encer sehingga ramah lingkungan, ini yang terbaru,” ujar dia saat ditemui di JIExpo, Kemayoran, Sabtu (21/9/2013).

Di artikel sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa peningkatan efisiensi karena pemakaian oli lebih encer adalah sekitar 2%, dengan syarat oli masih mampu melindungi. Bila tidak maka justru mengurangi performa (berdasar pengalaman pakai oli 10W30 yang kualitasnya dibawah standar, AHM MPX-2).

Dari sisi efisiensi atau daya pelicin, oli PAO justru tidak bagus daya pelicinnya. Oli PAO kalah dengan oli grup I dan minyak nabati. Kalau dilihat dari sisi ini, maka oli PAO termasuk tidak ramah lingkungan karena kalah dengan bahan lain.

 

Ramah lingkungan yang lain adalah bila oli lebih mudah terdegradasi. Dari sisi ini justru bahan oli PAO justru kalah bagus dengan oli mineral, apalagi bila dibanding dengan minyak nabati. Informasinya adalah sebagai berikut:
Synthetic Gear Lubricants Go Green

Yang berikut ada dua PAOnya, dengan kemampuan biodegradable berbeda:
Stevens Ecology – Biodegradability Testing of Ten Oils by OECD 301B / ASTM D5864
sampel-dari-oli-yang-diuji
tabel-kemampuan-degradasi-dari-oli-pao-dan-mineral

The Advantages and Disadvantages of Biodegradable Lubricants
daya-degradasi-oli-pao-dan-mineral

Employing tests developed by the American Society for Testing and Materials (ASTM) and the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), oil is inoculated with bacteria and kept under controlled conditions for 28 days. The percentage of oxygen consumption or carbon-dioxide evolution is monitored to determine the degree of biodegradability. Most vegetable oils have shown to biodegrade more than 70 percent within that period, as compared to petroleum oils biodegrading at nearly 15 to 35 percent. For a test to be considered readily biodegradable, there must be more than 60-percent degradation in 28 days.

 

Terlihat dari kutipan kutipan diatas bahwa bahan oli PAO mempunyai daya degradasi yang jelek. Ini sepertinya sudah merupakan sifat dari PAO karena PAO punya daya anti oksidasi yang bagus. Sifat anti oksidasi merupakan salah satu faktor yang bisa mencegah degradasi. Di satu sisi degradasi dapat membuat oli lebih tahan oksidasi saat dipakai, namun di sisi lain oksidasi membuat oli lebih tidak ramah lingkungan.

Menurut link berikut, yang mempengaruhi degradasi adalah panas, oksidasi dan reaksi terhadap air.

 

Karena sifat degradasi yang buruk dan adanya sifat beracun membuat oli PAO dikategorikan sebagai oli yang tidak ramah lingkungan
ESTER PROPILENA DIOLEAT SEBAGAI PRODUK DOMESTIK MINYAK LUMAS DASAR SINTETIK UNTUK OLI OTOMOTIF, Roza Adriany, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”

Minyak lumas dasar sintetik yang banyak beredar di Indonesia umumnya adalah polialfaolefin (PAO). Produk sintetik ini selain masih diimpor dan harganya sangat mahal, juga berbasis petrokimia yang tidak terbarukan dan tidak ramah lingkungan.

 

Sifat ramah lingkungan juga bisa dilihat dari sumber bahan yang dipakai. Sumber yang tidak terbarukan sering dikategorikan sebagai tidak ramah lingkungan. Di kutipan tersebut oli PAO juga dimasukkan sebagai oli dari bahan yang tidak terbarukan. Menurut penulis itu benar. Di Indonesia yang penulis tangkap dari diskusi grup oli, para membernya seakan akan menganggap bahwa oli PAO itu dari bahan terbarukan.

Contoh klaim, sengaja tanpa link.

Pelumas mineral berasal dari hasil distilasi minyak bumi, sementara pelumas sintetis berasal dari proses Fischer-Tropsch Process yang menggabungkan Hydrogen dan Carbon.

VHVI itu kan oli terbuat dari minyak bumi
PAO klo g sLah oli yang terbuat dari campuran kimia

Fastron Diesel, Oli sapu jagad.. karena di base stock oil Grup base III yang setara sama Duron E-XL, Duron XL, Amsoil 3000 Series Diesel.. masa pakai bisa lebih panjang dari Rimula karena Grup base III adalah Oli Sintetik 90% dari minyak bumi (kalo g salah 100% sintetik dari oli minyak bumi itu grup base III+) lain hal nya dengan Grup base IV (Pao) dan V (Ester)

Di kenyataannya, dari sisi proses produksi, bahan yang sama bisa menghasilkan bahan oli PAO ataupun bahan oli grup III.

Dari sisi bahan, pabrik PAO menggunakan bahan yang tidak terbarukan:

Dari sisi bahan pembuatannya, oli PAO itu sama saja dengan oli mineral, sama sama dari sumber tidak terbarukan. Mungkin memang tidak dari minyak bumi, tapi dibuatnya dari gas alam. Sama sama dari bahan tidak terbarukan. Sama sama tidak ramah lingkungan. Apa tidak curiga mengapa yang produksi bahan oli PAO itu kok perusahaan petroleum?

 

Jadi dari sisi perubahan efisiensi mesin, biodegradable dan bahan pembuatan, seharusnya oli PAO masuk dalam kategori bahan oli tidak ramah lingkungan.

 

Pengaruh aditif pada sifat ramah lingkungan

Seperti disebut sebelumnya, biodegradable sangat dipengaruhi dengan oksidasi. Sehingga dengan penambahan aditif anti oksidasi membuat oli menjadi lebih susah terdegradasi dan membuatnya lebih tidak ramah lingkungan.

Selain itu, aditif dari oli sendiri merupakan bahan yang lebih susah terdegradasi. Seperti disebutkan di kutipan berikut:
Lubricant Additive Impacts on Human Health and the Environment

Although lubricant additives do not pose a significant health risk to humans, lubricant additives do not readily biodegrade and may persistent in the environment.

Disebutkan yang menjadi masalah utama adalah aditif yang terkandung pada oli tidak mudah terdegradasi sehingga bisa mencemari lingkungan.

Zat yang terkandung pada aditif diantaranya:
zat-aditif-yang-terkandung-pada-oli

 

Oli bekas, racun yang muncul karena pemakaian

Yang membuat oli berbahaya itu terutama bila setelah oli dipakai. Berdasarkan kutipan Lubricant Additive Impacts on Human Health and the Environment, dijelaskan bahwa oli bekas mengandung partikel berbahaya yang bisa berupa logam yang ditimbulkan oleh keausan mesin, aditif yang terurai / terpakai, timbulnya asam pada oli, adanya kontaminasi bahan bakar atau cairan pendingin, dan yang paling berbahaya adalah timbulnya molekul poly-aromatic hydrocarbons (PAHs).

Berikut bila zat yang tekandung pada oli bekas dipisahkan berdasar pada unsurnya:
Oil Contamination & Analysis

Boron (B) – Anti-freeze, fuel with biocides
Sodium (Na) – Seawater, dust, anti-freeze
Silicon (Si) – Sand, dust, dirt, glycol-additives
Barium (Ba) – Oil additives, diesel additives
Aluminium (Al) – Pistons, bearings, bushings, cylinder liners, dirt, dust
Chromium (Cr) – Piston rings, cylinder liners, valve lifters, camshaft, anti-freeze
Copper (Cu) – Bearings, bushings, cooling tubes, copper paste
Iron (Fe) – Miscellaneous machine parts
Lead (Pb) – Bearings
Tin (Sn) – Tin-covered pistons, bearings
Molybdenum (Mo) – Cylinder liners, piston rings
Nickel (Ni) – Camshaft, rods
Titanium (Ti) – Rubber gaskets
Silver (Ag) – Bearings (needle bearings)

Kandungan zat zat tersebut bisa menjadi pencemar logam berbahaya bagi lingkungan. Sementara itu asam dapat meningkatkan keasaman tanah dan mengurangi kesuburan dan produktivitas.

 

Sementara itu PAH timbul karena proses pembakaran. Bisa disimak di kutipan berikut:
POLYAROMATIC HYDROCARBONS IN USED MOTOR OILS

While fresh motor oil containing the package is not a hazardous waste, UMO do constitute hazardous wastes. Fossil fuel combustion gives rise to polymeric systems – condensed aromatic hydrocarbons PAH (polycyclic aromatic hydrocarbons) that tend to occupy the surface of cylinders, pistons and piston rings, form hard films and scratch surfaces. The role of motor oils is to remove and wash away such products as well as restoring and maintaining the original condition. PAH are very dangerous to health because some are known to be mutagenic and carcinogenic. Oil loses its functional parameters especially through exhaustion of additives, chemical changes and concentrating of impurities. UMO impurities include decomposed additives, products of imperfect fuel combustion, abraded material etc. The PAH content in a new motor oil is relatively low but increases with motor operating time. UMO can contain 670 times more PAH than new motor oils . The PAH content of UMO from petrol motors can be 180 times higher than that of new oil. The benzo(a)pyrene content of new motor oil can be up to 0.266 mg/kg but that of UMO from petrol cars can be up to 216 mg/kg, i.e. 1000 times higher. This is caused by accu-mulation of the PAH from fueled petrol and especially of the PAH formed during imperfect fuel combustion. UMO are hazardous wastes particularly due to PAH content. In the past, PCB were also involved but at present are not so relevant. Another hazardous UMO compo-nent is particulate matter (PM), originating from abrasion and additives. Particulate matter, however, can be eliminated. PAH thus remain a significant environmental contaminant

Dikatakan bahwa walau oli baru tidak termasuk limbah berbahaya, oli bekas termasuk limbah berbahaya.

Oli mulai berkurang kemampuannya terutama dengan habisnya aditif, perubahan kimia dan bertambahnya kontaminasi. Kontaminasi pada oli bekas salah satunya karena terurainya aditif, pembakaran tidak sempurna, dan material yang aus.

Pembakaran bahan bakar terutama yang tidak sempurna meningkatkan timbulnya sistem polimerik yaitu kondensasi hidrokarbon aromatik PAH (polycyclic aromatic hydrocarbon). PAH cenderung menempati permukaan dari silinder, piston dan ring dari piston, membentuk lapisan film yang keras dan lapisan gores. Fungsi dari oli motor salah satunya adalah untuk melepas dan menghilangkan lapisan tersebut sehingga bisa mengembalikan dan menjaga kondisi agar bisa tetap prima. Oli akan melarutkan dan mengumpulkan PAH tersebut.

Kandungan PAH pada oli baru relatif sedikit, namun akan meningkat seiring waktu pemakaian kendaraan. Di kendaraan berbahan bakar bensin, kandungan benzo(a)pyrene di oli baru bisa mencapai 0.266mg/kg. Di oli bekas, kandungan bisa mencapai 216mg/kg, 1000 kali dari saat masih baru.

PAH sangat berbahaya bagi kesehatan karena diketahui bisa menyebabkan mutasi dan kanker. Oli bekas menjadi berbahaya terutama karena kandungan PAH tersebut. Kandungan partikel juga berbahaya namun kandungan partikel relatif lebih mudah dihilangkan. Sehingga PAH menjadi faktor utama pencemar lingkungan dari oli bekas.

 

Efek pencemaran dari PAH dijelaskan sebagai berikut:
Kandungan Senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) di Teluk JakartaFasmi Ahmad Stasiun Penelitian Lapangan LIPI Ternate.

PAH mengandung lebih dari 100 senyawa kimia berbeda yang terbentuk selama pembakaran tidak sempurna dari batubara, minyak dan gas, sampah, dan zat organik lainnya (McGrath et al., 2007).

Senyawa PAH yang mengendap ke dasar perairan sangat beracun bagi organism perairan. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa PAH yang berasal dari kegiatan manusia dapat menyebabkan kanker dan efek mutagenik pada organisme (Zakaria dan Mahat, 2006). Senyawa PAH dapat terakumulasi dalam tubuh hewan tingkat rendah hingga mencapai kadar yang tinggi, karena sukar dicerna dalam tubuhnya (Uthe, 1991). Falahuddin (2012) melaporkan adanya akumulasi senyawa PAH dalam kerang hijau yang hidup di Teluk Jakarta,

BIODEGRADASI LIMBAH OLI BEKAS OLEH Lycinibacillus sphaericus TCP C 2.1, Witono Basuki, Peneliti Pusat Teknologi Bioindustri, Badan pengkajian dan penerapan Teknologi

PAH bersifat mutagenik dan karsinogenik. Senyawa PAH bila masuk ke dalam darah akan diserap oleh jaringan lemak dan mengalami oksidasi dalam hati membentuk fenol. Berikutnya akan terjadi reaksi konjugasi membentuk glukoronida yang larut dalam air, kemudian masuk ke ginjal. Senyawa antara yang terbentuk adalah epoksida yang beracun dan dapat menyebab-kan kerusakan pada tulang sumsum. Keracunan PAH yang kronis dapat menyebab-kan kelainan pada darah, termasuk menurunnya sel darah putih, zat beku darah, dan sel darah merah yang menyebabkan anemia. Akibatnya, akan merangsang timbulnya preleukemia, kemudian leukemia yang pada akhirnya menyebabkan kanker.

 

Jadi bila ditimbang dari sisi zat beracun yang timbul dari pemakaian, maka pemakaian oli lebih lama akan membuat oli mengandung lebih banyak zat pencemar. Makin lama dipakai oli makin berbahaya. Makin lama dipakai oli makin tidak ramah lingkungan. Jadi salah bila dikatakan pemakaian oli lebih lama bisa lebih ramah lingkungan. Kutipan juga menyebutkan bahwa oli baru tidak termasuk hazard waste.

 

Aturan pemerintah soal oli bekas

Oleh pemerintah oli bekas dianggap sebagai limbah yang berbahaya. Limbah oli mesin disebut sebagai limbah B3 kode B105d dengan kategori bahaya 2.
LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUNTABEL 1. DAFTAR LIMBAH B3 DARI SUMBER TIDAK SPESIFIK
pelumas-termasuk-limbah-b3
pelumas-termasuk-limbah-b32

 

Walau dibilang sebagai limbah, oli bekas termasuk bahan yang nilainya tidak sedikit. Pengolahan limbah oli bahkan termasuk bisnis yang menggiurkan:
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Bisnis yang Menggiurkan

Oli bekas mesin motor, mobil, alat berat, mesin-mesin pabrik, dapat di olah kembali dengan cara penyulingan, sehingga mendapatkan bahan yang dapat dijadikan menjadi produk baru al : oli baru (ada beberapa jenis oli dipasaran yang terbuat dari bahan oli bekas, dan itu sama baiknya jika diolah dari minyak mentah seperti yang dihasilkan oleh perusahaan minyak pelumas yang sudah terkenal), oli bekas juga dapat diolah balik menjadi Bio Chemical oils (Bahan bakar untuk Diesel, Boiler, Alat berat, dll). Harga oli bekas dipasaran sekarang berkisar Rp 2.000,- 3.000 per liter, tergantung kualitas dan tempat pengambilannya, itu artinya dlm satu drum oli bekas bisa di hargai antara Rp 400 ribu s/d Rp 600 ribu per drum.

Cara mengolah limbah oli juga relatif mudah. Di internet banyak yang sharing cara mengolah limbah oli bekas untuk menjadi bahan berguna, seperti contohnya:
Ubah Limbah Oli Bekas Jadi Bahan Bakar Cair

”Proses pyrolisis sendiri memerlukan alat berupa kondensor dan fakum penyedot. Saat proses pyrolisis berlangsung, Suhu tinggi sangat diperlukan dan perlu dijaga untuk memecah ikatan karbon (cracking) dari struktur makro molekul terurai menjadi molekul yang lebih kecil dan hidrokarbon rantai pendek. Produk yang dihasilkan dari proses pyrolisis pada limbah oli bekas ini berupa fraksi gas, residu padat dan fraksi minyak,” Ujar dosen lulusan S2 di Yuan Ze University, Taoyuan, Taiwan.

Walau gampang, kita tidak bisa sembarangan melakukan pengolahan limbah oli bekas. Untuk bikin pengolahan limbah oli itu harus punya ijin:
ANCAMAN PIDANA DALAM PENGELOLAAN OLI BEKAS TANPA IZIN

Didalam Pasal 59 (4) UUPPLH dinyatakan bahwa: “ Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

berdasarkan ketentuan Pasal 102 UUPPLH, dinyatakan bahwa, setiap orang yang melakukan pengelolaan limbahB3 tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Hal ini telah pula ditetapkan dalam Pasal 63 PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun (PPLB3), yang berbunyi:
“Barang siapa yang melanggar ketentuan Pasal 3, Pasal 4, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 30, Pasal 32, Pasal 34, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 39, dan Pasal 60 yang mengakibatkan dan/atau dapat menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup diancam dengan pidana sebagaimana diatur pada Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45, asal 46, dan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.”

Bila tanpa ijin maka bisa seperti berikut ini, digerebek polisi
Polisi Gerebek Lokasi Penampungan Oli Bekas Beracun

JAKARTA- Jajaran Polda Metro Jaya menggerebek lokasi penampungan dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di kawasan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto tempat tersebut menampung oli bekas dari kapal-kapal yang beroperasi di Tanjung Priok.

Kata Rikwanto, tempat penampungan oli bekas itu dikelola PT HB, PT PM, PT GB, PT BS, dan PT JY. Modus para pengusaha tersebut yaitu membeli oli bekas dari kapal laut, lalu ditampung di tangki-tangki. “Usai ditampung sebanyak mungkin, mereka menjualnya ke pabrik di daerah Jakarta, Sukabumi, dan Bogor untuk bahan bakar tungku atau perapian proses produksi,” kata Rikwanto, Selasa (19/8/2014).

 

Kesimpulannya, PAO itu termasuk bahan beracun. Racunnya termasuk ringan dan lebih berbahaya dalam bentuk gas.

Oli menjadi jauh lebih beracun setelah pemakaian. Bisa karena aditif yang terurai, terbentuknya asam, atau timbulnya partikel karena keausan mesin. Yang paling bahaya adalah racun yang timbul karena pembakaran tidak sempurna yaitu zat PAH. PAH ini bisa menyebabkan mutasi dan kanker.

Makin lama oli dipakai, maka oli makin beracun. Jadi makin lama oli dipakai maka oli makin tidak ramah lingkungan.

Oli dengan sifat anti oksidasi yang baik mungkin terkesan membuat oli lebih awet. Namun itu membuat oli lebih tidak ramah lingkungan. Racun juga akan tetap terkumpul. Sehingga walau bening oli tetap menjadi lebih beracun.

 

Melihat dari penyebab sifat racun dari oli, maka langkah yang sebaiknya dilakukan adalah dengan tidak terlalu memperpanjang masa pakai oli. Segera ganti bila terdeteksi oli sudah tidak mampu melindungi. Misalkan bila oksidasi sudah parah (warna oli hitam). Bila oli sudah jadi terlalu encer atau terlalu kental. Bila aditif sudah habis, suara mesin sudah mulai kasar. Bila performa mesin sudah mulai terganggu. Dst.

Ini bisa jadi alasan untuk memilih oli yang perlindungannya bagus, yaitu oli yang tidak bikin suara mesin kasar dan yang bisa meningkatkan efisiensi mesin. Oli yang perlindungannya bagus akan mengurangi resiko timbulnya aus. Peningkatan efisiensi juga mengurangi resiko terjadinya pembakaran tidak sempurna, penyebab dari timbulnya PAH.

Oli yang kurang bagus tidak bisa melindungi dengan baik sehingga suara mesin akan kasar dan performa turun. Ini penulis ceritakan di artikel berikut:

Walau saat itu oli masih bening, dengan mengganti oli lebih baik terasa mesin jauh lebih halus dan performa meningkat.

 

Ini jadi memperkuat dorongan untuk pakai minyak goreng sebagai aditif :). Bahan lebih ramah lingkungan, lebih aman dari PAO, lebih biodegradable, dari bahan terbarukan tidak seperti PAO, film strength lebih baik sehingga mencegah aus tanpa perlu menghabiskan aditif anti aus / extreme protection, shear stability meningkat sehingga oli bisa mencegah aus lebih lama, dst.

Setelah pakai aditif minyak goreng mesin jadi lebih halus lagi. Beberapa bro yang sudah coba juga bilang selain mesin lebih halus tarikan juga lebih enak. Berdasar testimoni, menggunakan minyak goreng sebagai aditif bisa memperbaiki kemampuan perlindungan oli walau olinya sudah HDEO, PCMO atau amsoil sekalipun.

Kalau untuk penambahan aditif lain, artikel berikut bisa jadi pertimbangan:

Ini juga membuat penulis berminat lebih gencar promosi cemenite dan pro capacitor. Selain meningkatkan efisiensi mesin (lebih irit/bertenaga), meningkatkan film strength (membuat mesin lebih halus), juga membuat pembakaran lebih sempurna (busi lebih putih, api kompor gas lebih biru), mengurangi resiko terbentuknya PAH.

25 respons untuk ‘Drain interval lebih lama tidak lebih ramah lingkungan, oli mesin itu limbah beracun termasuk juga PAO

  1. […] Namun nama Bio itu sepertinya tidak berarti lebih ramah lingkungan, namun sepertinya sebagai pasangan dari oli Bio Solar. Karena oli dengan sifat anti oksidasi lebih baik justru lebih tidak ramah lingkungan: – Drain interval lebih lama tidak lebih ramah lingkungan, oli mesin itu limbah beracun termasuk juga P… […]

    Suka

  2. Mas bro, ane udh ganti oli nih NJMX”11 pake Yamalube Super Sport plus 100 mL MG Sunco, kira2 pergantian oli’y sama ky biasa ato beda? Ane sih motor’y dipake short trip, jd ganti oli’y tiap 5 bln sekali ( kilometer kira2 sekitar 2000an).

    Suka

Bagaimana menurut bro?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.