Ini alasan mengapa film strength jauh lebih penting daripada kadar moly atau ZDDP


Ini sekedar review ulang. Banyak orang yang kalau pilih oli masih mempertimbangkan kadar molynya berapa, kadar zddpnya berapa. Namun seringkali orang tidak perduli soal film strength. Padahal justru film strength ini yang jauh lebih penting.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa film strength itu jauh lebih penting daripada kandungan aditif molybdenum ataupun ZDDP:

Film strength adalah perlindungan pertama

Film strength itu terjemahannya adalah kekuatan lapisan, maksudnya bisa punya dua arti, yaitu lapisan cairan olinya atau lapisan dari padatan yang ditimbulkan oleh partikel yang terkandung di dalam oli. Artikel ini mengacu pada kekuatan dari lapisan cairan olinya. Film strength dijelaskan sebagai berikut:
LUBRICANTS AND LUBRICATION SYSTEMS

The ability of a lubricating oil to maintain lubrication between sliding or moving surfaces under pressure and at local high temperature areas is known as the oiliness or film strength of the oil.

Dikatakan bahwa kemampuan oli untuk menjaga pelumasan diantara permukaan yang bergeser atau bergerak dibawah tekanan dan pada lokasi temperatur tinggi setempat itu disebut oiliness atau film strength dari oli.

 

Salah satu yang benar benar mementingkan film strength adalah 540 rat. Menurut websitenya:
MOTOR OIL ENGINEERING TEST DATA by 540 RAT

an oil’s film strength is the last line of defense against metal to metal contact. In order to reach metal to metal contact, and subsequent wear or damage, you MUST penetrate the film strength of the oil. the ONLY THING that separates one oil’s ability to prevent wear from another oil’s ability to prevent wear, is the difference in their individual film strength capabilities.

Dikatakan bahwa film strength dari oli adalah pertahanan terakhir yang mencegah kontak antara logam dengan logam. Untuk bisa terjadi kontak antara logam dengan logam, dan aus atau kerusakan yang ditimbulkannya, maka mereka harus bisa mengalahkan film strength dari oli. Satu satunya yang bisa menentukan kemampuan oli satu sama lain untuk bisa mencegah aus adalah perbedaan dari kemampuan film strength mereka.

 

Hal yang paling menentukan film strength adalah kekentalan (viscosity), seperti ditegaskan di kutipan berikut:
LUBRICANTS AND LUBRICATION SYSTEMS

Film strength is the result of several oil properties, the most important being viscosity.

 

Pak Widman, yang katanya adalah pakar oli terkenal di Amerika, menjadikan kekentalan sebagai rekomendasi nomer 1.
Selection of the Right Motor Oil for the Corvair and other Engines By Richard Widman

1. Remember that the correct viscosity is your primary consideration. Increasing it beyond what it should be will cause more wear and heat. Reducing it below what is needed will cause additional bearing wear. Read your manual and use the “preferred” viscosity or the lowest viscosity that covers your temperature range.

Dikatakan bahwa kekentalan yang sesuai adalah pertimbangan yang paling utama. Terlalu kental akan menyebabkan aus dan panas, terlalu encer juga akan menyebabkan aus. Gunakan sesuai petunjuk atau berdasarkan kekentalan yang sesuai dengan kisaran suhu setempat.

Karena pentingnya pengaruh kekentalan pada film strength, maka hal hal yang mempengaruhi kekentalan menjadi perhatian juga, terutama untuk yang bisa mengurangi kekentalan. Contoh yang bisa mengurangi kekentalan oli adalah fuel dilution (bahan bakar mencemari oli mesin) atau pemakaian aditif penambah indek kekentalan yang tidak tahan shear.

 

Selain kekentalan, film strength juga bisa ditingkatkan dengan menggunakan aditif seperti ester atau fatty acid. Ini dirangkum dengan baik oleh pak Widman.

In general, motor oils are designed to be as slick as possible and to reduce friction as much as possible. These are generally esters (group V synthetic) and fatty acids whose molecules also attach to the metallic surfaces to reduce friction during sliding action. If the contact is heavy they are pulled off, allowing friction and wear unless there are enough anti-wear additives to take over.

Dikatakan bahwa secara umum oli didesain selicin mungkin dan bisa mengurangi hambatan sebanyak mungkin. Ini biasanya berupa ester atau fatty acid dimana molekulnya akan menempel pada permukaan logam untuk mengurangi gesekan pada saat terjadi sliding. Jika itu terjadi dengan kuat maka mereka akan lepas dan menyebabkan gesekan dan aus kecuali jika ada cukup aditif anti aus yang menggantikan.

Fatty acid yang dimaksud contohnya adalah stearic acid atau oleic acid yang kebetulan ada pada minyak goreng. Untuk bahan nabati lain bisa dilihat di artikel berikut:
Konsentrasi stearic acid dan oleic acid di beberapa minyak nabati sebagai friction modifier yang bisa meningkatkan film strength oli mesin

Artikel yang menjelaskan pengaruh fatty acid pada pelumas:
Implementasi dan dasar teori trik sesat minyak goreng sebagai aditif pelicin oli mesin matik dengan hasil mesin lebih halus dan enteng

Oleh karena perlindungan utama ditanggung oleh film strength, maka bila suatu oli punya film strength yang kuat, peranan anti aus jadi berkurang, jumlah anti aus yang terpakai bisa berkurang. Pak Widman juga menyebutkan hal yang sama:

Friction modifiers or better base oils reduce the dependence on ZDDP.

 

Ester dan fatty acid sering disebut juga sebagai friction modifier. Sayangnya penyebutan ini membuat rancu karena friction modifier juga sering dipakai untuk menjelaskan aditif extreme pressure.

Oleh pak Widman, zddp dan moly dikategorikan sebagai aditif anti aus. Bisa dibaca sendiri. Ini beberapa contoh kutipannya:

high metallic anti-wear additives (ZDDP, Moly, etc.)

In addition to its use as an anti-wear agent, ZDDP is used in the oils to reduce oxidation

High loads of moly can be good for anti-wear

 

Film strength melindungi tanpa harus menunggu tekanan dan panas tinggi

Aditif anti aus tidak bisa langsung bekerja, mereka membutuhkan panas dan suhu tinggi baru bisa mulai berfungsi.
Seperti disebutkan pak Widman berikut ini:

It should also be noted that ZDDP is activated by heat and pressure. Until an engine warms up the layer left from the day before is wiped off and not replaced. This is another reason not to race an engine until it is hot and to maintain a working thermostat in your cooling system.

Dikatakan bahwa harus diingat bahwa ZDDP diaktifkan oleh panas dan tekanan. Sebelum mesin panas, lapisan di hari sebelumnya akan tersapu bersih dan tidak ada yang mengganti. Ini alasan lain untuk tidak menggeber mesin sebelum panas dan menjaga thermostat di sistem pendinginan.

Perlindungan yang diberikan juga harus pas dengan suhu nya:
Fuels and Lubricants Handbook

The extend of EP protection in the equipment depends upon the conjuction temperature of the two metal surface in contact. It is important for the activation temperature of the EP additives to match the conjuction temperature in order to provide the neccesary protection. molybdenum disulfide (MoS2) are commonly used sulfur containing EP additives.

Dikatakan bahwa kemampuan perlindungan dari aditif EP (extreme pressure) tergantung pada suhu bagian logam yang bersinggungan. Suhu aktivasi dari aditif EP harus sesuai dengan suhu tersebut agar bisa baik perlindungannya. moly adalah aditif EP yang umum digunakan.

Jadi aditif EP baru akan mulai bekerja pada saat permukaan logam yang bersinggungan sudah mencapai suhu aktivasi dari aditif EPnya. Oleh karena itu efek dari aditif anti aus sering baru bisa dirasakan agak lama. Nano energizer misalnya, menyebutkan antara 200-500km:

 

Sepertinya jarak tempuh ini juga yang dipakai sebagai acuan efek dari pemakaian oli baru di grup yang menyarankan pemakaian HDEO/PCMO di motor;

 

Ini berbeda bila dengan perubahan film strength. Efek akan langsung terasa tanpa harus menunggu mesin sangat panas. Namun tetap ada kelemahan dari film strength. Film strength sangat dipengaruhi oleh kekentalan. Film strength akan bisa berkurang bila kekentalan berkurang akibat suhu oli menjadi panas atau bila oli mengalami shear akibat pemakaian rpm tinggi.

 

Perlindungan anti aus bisa habis tapi bila terlalu banyak akan merusak.

Yang juga menjadi kelemahan aditif anti aus adalah aditif ini akan berkurang bila terpakai. Ini disebutkan oleh pak Widman sebagai berikut:

When the oil is displaced completely, the lubrication is provided by the anti-wear additives. These polar compounds are attached to the metal surfaces, although they can be stripped off by continued use in this mode (starved for oil) or fuel in the oil.

Dikatakan bahwa ketika oli sudah tersapu bersih, maka pelumasan akan jadi tugas dari aditif anti aus. molekul polar mereka akan menempel pada permukaan logam. Namun mereka dapat lepas dengan pemakaian terus menerus dalam kondisi ini, dimana permukaan logam tidak dilindungi oli, atau oleh bahan bakar di oli (fuel dilution kah?).

Jadi bila keseringan terjadi gesekan langsung antara logam dengan logam maka aditif anti aus akan cepat habis. Agar oli bisa dipakai lama, agar bisa long drain interval, maka biasanya aditif ini diperbanyak kadarnya. Film strength yang bagus akan bisa mencegah pengurangan kandungan aditif anti aus. Seperti disebut pak Widman berikut:

The lack of this friction modifier that would otherwise reduce the surface contact and dependence on the ZDDP increases the chance that the ZDDP will be stripped from the sliding surface and cause more wear.

Kurangnya aditif friction modifier (maksudnya ester dan fatty acid) yang seharusnya bisa mengurangi kemungkinan kontak permukaan dan ketergantungan pada zddp, membuat meningkatnya kemungkinan ZDDP mudah habis terkelupas dan menyebabkan aus.

Namun penambahan aditif anti aus ini punya efek samping. Disebutkan oleh pak Widman:

Low quality oil or excessively high metallic anti-wear additives (ZDDP, Moly, etc.) in the oil increase the deposits.

Since the additives are polar, they fight for surface area. The addition of extra ZDDP usually results in reduced cleanliness, higher engine temperatures and more deposits. Some studies have shown that going past 1400 ppm of phosphorus will increase wear over the long term, and going above 2000 ppm will begin to break down iron and result in camshaft spalling.

High loads of moly can be good for anti-wear, but also add to total ash content, fouling valves, and forming deposits.

ZDDP, when burned, leaves deposits on pistons, heads, ring grooves, valves, etc. Tests show that oils with 1% sulfated ash leave 58% less deposits in the engine than oils with 1.45% sulfated ash. Every ounce of additive that you add increases the ash content.

Dikatakan bahwa oli kualitas rendah dan aditif anti aus (ZDDP, Moly, dll) yang berlebihan akan meningkatkan deposit / kerak.

Karena aditif bersifat polar, mereka akan berebutan menempel ke daerah permukaan. ZDDP yang berlebihan biasanya akan mengurangi kebersihan, suhu mesin tinggi dan lebih banyak kerak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah fosfor lebih dari 1400ppm akan meningkatkan aus untuk selanjutnya, dan lebih dari 2000ppm akan bisa merontokkan besi dan menyebabkan kegagalan camshaft.

Kandungan moly yang banyak punya sifat anti aus yang bagus, tapi juga akan meningkatkan kandungan asd (spAsh?), kegagalan vavle dan pembentukan kerak.

ZDDP ketika terbakar akan meninggalkan kerak di piston, head, guratan ring, valve, dll. Uji menunjukkan bahwa oli dengan spash 1% akan meninggalkan kerak 58% lebih sedikit daripada oli dengan spash 1.45%. Setiap gram aditif yang ditambahkan akan meningkatkan spash.

 

Efek samping itu menjadi alasan pak Widman untuk melarang penambahan aditif aftermarket:

34. Forget aftermarket additives: As demonstrated earlier in this paper, when you buy a good oil, it has the proper compromise between cleanliness and anti-wear. With the right test equipment and conditions you might find a combination of ingredients that might reduce wear, but it will be at the expense of sludge and carbon. It will do you little good to reduce wear and rebuild the engine because it is fouled with carbon or the oil stops circulating because of the sludge.

The exception to this rule is an occasional cleaning additive, for one cycle. I do not recommend the “maintenance dose” of one or two ounces of cleaning additive per oil change that some additive manufacturers recommend. They are displacing anti-wear additives on the surface area.

Additives that claim to stick to the metal areas and therefore continue lubricating when there is no oil probably end up burning onto the surfaces, resulting in polished cylinders and lack of seal and oil control, with excess carbon build-up. They do not tell you what happens to them in the combustion process; and the upper cylinder and rings are exposed to very high temperatures.

Good rings clean off the remaining lubricant from the cylinder walls to avoid its burning and filling the hashes of the walls or getting burned in the combustion chamber.

Dikatakan untuk menghindari aditif aftermaket. Di dokumen tersebut sudah ditunjukkan bahwa oli yang bagus punya proporsi yang pas antara pembersih dan anti aus. Dengan alat uji dan kondisi yang tepat mungkin anda bisa menemukan resep yang bisa mengurangi aus, tapi dengan resiko terjadinya sludge dan karbon. Tidak ada gunanya mengurangi aus bila harus bongkar mesin karena dikotori karbon dan oli berhenti bersirkulasi karena sludge.

Pengecualian untuk hal ini adalah aditif pembersih sesekali, untuk satu siklus. Pak Widman tidak menyarankan dosis perawatan yaitu satu atau dua ounce dari aditif pembersih untuk setiap kali ganti oli. Itu akan menghambat kerja aditif anti aur dalam melapisi permukaan.

Aditif yang diklaim menempel pada permukaan logam dan memberikan pelumasan saat tidak ada oli kemungkinan akan berakhir terbakar pada permukaan, sehingga menimbulkan abrasi pada silinder dan berkurangnya kendali oli dan seal, dengan kerak karbon yag berlebihan. Sales aditif tidak menjelaskan apa yang terjadi pada aditif pada saat proses pembakaran, di bagian atas silinder dan ring yang terkena suhu sangat tinggi.

Ring yang baik akan membersihkan sisa sisa pelumas dari dinding silinder untuk mencegah mereka terbakar yang akan menutupi celah dinding atau mencegah mereka terbakar di ruang pembakaran.

 

Cerita efek dari aditif ini membuat penulis teringat sharingan dari oli yang katanya aditif anti ausnya top. Kekuatan saat diuji pakai one arm banding jauh melebihi oli oli terkenal. Tapi para konsumennya pada sharing foto foto kerusakan mesin. Ada yang kena masalah sludge, ada yang baret silindernya. Sesuai dengan cerita pak Widman diatas.



 

Film strength yang bagus akan mengurangi hambatan lebih banyak daripada aditif anti aus

Seperti dijelaskan sebelumnya, film strength menentukan sifat licin oli. Jadi film strength makin kuat akan makin licin. Ini karena dengan film strength yang kuat akan mencegah permukaan logam bersinggungan. Gesekan yang terjadi akan lebih kecil bila dibanding dengan saat logam langsung bersinggungan.

Saat masih ada oli diantara permukaan logam, friction modifier akan banyak berperan/melicinkan. Bila oli sudah tidak bisa lagi melapisi permukaan logam, anti aus akan banyak berperan/melicinkan.

Ini diilustrasikan seperti ini, FM aditive mengacu pada ester dan fatty acid, EP aditive mengacu pada Moly dan ZDDP:
New base oils pose a challenge for solubility and lubricity

 

Illustrasi berikut menunjukkan hasil uji dari organic friction modifier yang mestinya mengacu pada ester dan fatty acid, moly friction modifier pada molydenum disulfide.
NEW GASOLINE PASSENGER CAR ENGINE OIL PERFORMANCE CATEGORY

 

Jadi, dari poin poin diatas bisa disimpulkan bahwa dalam memilih oli yang baik lebih baik mementingkan film strength. Ciri dari oli dengan film strength yang baik adalah suara mesin tidak berisik.

Oli sintetik memang film strengthnya lebih baik, namun dari referensi yang penulis baru temukan, disebutkan bahwa bahan oli sintetik PAO itu oli sintetik yang paling payah film strengthnya, paling payah lubricitynya dibanding oli sintetik lain, sehingga harus ditambah dengan bahan oli sintetik ester. Sedang penulis susun artikelnya.

Untuk membandingkan film strength bisa juga lihat referensi 540 Rat diatas.

Karena ada beberapa referensi akademis yang bilang bahwa vegetable oil itu punya film strength lebih baik dari mineral oil, penulis jadi mencoba menggunakan minyak goreng sebagai aditif. Dan hasilnya memang mesin jadi lebih halus, tarikan juga lebih enteng. Tidak perlu menunggu 500km, efek langsung terasa semenjak mesin menyala. Karena memang yang meningkat bukan aditif anti ausnya tapi film strengthnya. Sekarang ini sudah banyak yang mencoba ini dan merasakan manfaat yang sama.

Selain itu penulis juga meningkatkan film strength pakai cemenite dan pro capacitor. Awalnya heran juga mengapa mesin jadi lebih senyap semenjak pakai keduanya. Tapi akhirnya sekarang kasar halus suara motor jadi salah satu sarana pengukuran energi cemenite atau pro capacitor atau alat orgone lainnya. Bila dipasang hasilnya makin halus suara mesin maka diteruskan, bila makin kasar maka dihancurkan.

 

Penjelasan soal aditif anti aus sebelumnya bisa dibaca di:

79 respons untuk ‘Ini alasan mengapa film strength jauh lebih penting daripada kadar moly atau ZDDP

  1. Jadi sebelum membeli gimana kita bisa tau oli itu punya film strength yng baik..? apa bisa di lihat di data sheet oli tsb..? atau harus di masukin mesin dulu baru bisa ketauan..?

    Suka

    • Iya, yang di datasheet itu angka anti aus, bukan film strength. Yang ada data cuma 540 Rat saja. Kalau tidak tercantum disitu memang terpaksa harus dicoba sendiri.

      Suka

        • Iya, tapi sebenarnya lumayan kalau pakai acuan websitenya 540 RAT. rata rata film strength oli HDEO biasanya setara oli motor. Oli mobil lebih tinggi. Oli PAO kalah sama oli GTL.

          Suka

          • Menurut bapak kira2 oli apa yng bagus buat motor 250cc 2cyl..? Yng pnya film strength baik + mnjaga suhu dan performa mesin lbih baik, mngkin penulis punya saran..? saya sih slama ini pake motul ester 5100. 🙂

            Suka

            • Rasanya 5100 sudah bagus. kalau mau versi lebih tinggi sebaiknya motul 300v yang 4t, di datanya 540 rat nilainya termasuk tinggi. sayangnya nggak ada info film strength 5100 jadi tidak ada perbandingan. ada beberapa yang warning slip kopling untuk 300v tapi.

              PAO itu unggul di anti oksidasi, kalah di film strength. Jadi kalau pakai 5100 tidak mengalami masalah oli cepat hitam atau lumpur oli, sebaiknya tetap 5100 saja. Tidak perlu terlalu memaksakan long drain.

              Suka

            • Ok mkasih pak buat sarannya.
              Slama ini sih saya gk prnh mngalami mslah slama pakai motul 5100. 👍🏻
              Iya saya jg wktu pas di bengkel langganan saya jg mekaniknya bilang jng pake yng 300v ktanya g cocok buat harian.

              Suka

            • Shell advance ultra pureplus, liqui moly street 4t, Amsoil mcf, motul h-tech 100 4t, bisa dijadikan referensi tuh.

              Suka

            • Iya, namun namanya proteksi macam macam. Proteksi terhadap aus cuma salah satu. Yang lain ada juga misalnya proteksi terhadap oksidasi, terhadap kerak, terhadap endapan, terhadap karat, terhadap korosi, dll.

              Suka

  2. Saya pernah baca artikel cuma lupa dimana, di bagian piston motor ada semacam pelapis pada dinding piston yg katanya itu zat molybdeum, zat ini sebenarnya bisa di aplikasikan dalam bentuk cair dan padat kah?

    Saya juga mau tanya, kira kira opini penulis untuk masa depan oli akan seperti apa?, Karena kan oli ini sumber daya alam yang tidak bisa di perbarui, apakah ada perkiraan untuk pabrikan membuat pelumas nabati, seperti Pertamina meditran sx bio?, Saya juga blm banyak tahu tuh meditran sx bio apakah ada kandungan nabati atau tidak

    Suka

    • Yang saya tahu, pelapis permanen itu nikasil dan alusil. Kalau molybdenum rasanya cuma sementara saja, sehingga ditambahkannya ke oli mesin. Bisa dibaca di artikel berikut:
      Lebih bagus mana antara Diasil Cylinder Yamaha dibanding SCEMnya Suzuki?

      molybdenum itu padatan yang dilarutkan ke olinya. Kena panas dan tekanan kemudian jadi padatan. Sehingga iklan iklannya seperti gambar berikut:

      Sebenarnya sudah ada rencana oli dari bahan nabati, namun sepertinya tidak diawali oleh perusahaan oli sekarang yang kebanyakan adalah perusahaan petroleum. Kalau di Indonesia atau malaysia katanya mau mengembangkan minyak kelapa sawit. Contoh:

      Oli nabati sudah ada tapi sepertinya masih jauh lebih mahal. Di malaysia lebih ekstrem, oli mesin pakai minyak goreng ditambah aditif STP.

      Meditran SX Bio itu oli mineral yang ditambahi aditif sehingga bisa mengurangi kerusakan mesin karena pemakaian bio solar
      Alasan mengapa bio solar bisa merusak mesin adalah juga karena bisa mempengaruhi oli mesin

      Suka

  3. Mengenai film strength dan Zddp, saya pernah baca artikel dr sebuah blog juga, udah lama sih. Dikatakan bahwa mesin yang pakai teknologi baru minim gesekan (cth: roller rocker arm, nikasil / alusil, dsj.) lebih cocok memakai oli yang kandungan ZDDP atau anti wear nya rendah karena teknologi minim gesekan lebih membutuhkan oli yang bisa melapisi logam yang bersentuhan secara terus menerus, sementara ZDDP yang tinggi lebih cocok utk teknologi lama yang masih banyak gesekan agar logam2nya tidak cepat aus/terkikis.

    Suka

    • Sepertinya teknologi tersebut diciptakan untuk bisa memungkinkan mesin pakai oli yang lebih encer, tujuannya lebih agar bisa meningkatkan efisiensi. Dengan itu, maka kebutuhan film strength berkurang, sehingga zddp nggak butuh banyak. Sayangnya banyak yang asal ikut ikut tidak ngecek dulu teknologi mesinnya. Sehingga saat pakai oli encer bukannya makin kencang tapi malah makin pelan.

      Suka

  4. Mohon saran pak, mobil saya nissan grand livina tahun 2008, usia sudah 10 tahun. Ada rencana pengen ganti oli mesin buat mudik, selama ini selalu pake oli pabrikan nissan dengan viskositas 10w-30. Pengen ganti antara deltalube 10w-30 atau fastron. perlukah viskositasnya saya naikan menjadi 10w-40? dari opsi 3 oli diatas mana yang lebih bagus film strngthnya? atau bapak ada rekomendasi oli lain? terima kasih saya tunggu informasinya

    Suka

    • Kalau untuk mobil biasanya sudah dirancang agar cocok menggunakan oli encer. Kadang malah harus menggunakan oli encer. Bila selama ini belum pernah mencoba 10W40, sebaiknya jangan mencoba 10W40 untuk mudik. Walau mungkin 10W40 lebih cocok untuk perjalanan jauh/lama/macet, takutnya ECUnya protes misal waktu habis bermalam di tempat dingin.

      Merek oli yang saya rekomendasikan sekarang ini adalah total dan motul. Fastron hanya bila keduanya nggak ada.

      btw, kekentalan oli yang tidak ada SNI atau label API nya, bisa jadi beda dengan yang tertera di bungkus.

      Suka

        • Yang saya tahu oli mesin pabrikan itu biasanya rebranding. Untuk kualitas tergantung lokalnya. Oli pabrikan Indonesia nggak sama dengan misalnya di Inggris. Ada juga yang bilang oli pabrikan itu versi rendahnya oli bermerek.

          Oli untuk kendaraan sudah agak lama sebaiknya nggak yang full sintetis tapi semi sintetis atau mineral. Tipe long mileage kalau ada. Biasanya mineral semacam 4000 MOTION 10W-30 Atau alternatifnya fastron techno 10W30. Selain itu rasanya cuma tersedia sintetik.

          Kalau tidak ada rembesan oli di mesin, bisa coba yang full sintetik semacam 8100 ECO-CLEAN+ 5W-30 atau 8100 ECO-NERGY 5W-30 atau QUARTZ 9000 FUTURE SN 5W30.

          Ganti oli disesuaikan kondisi (cek warna dan kehalusan mesin).

          Suka

          • Ternyata oli nissan buatan dari idemitsu dengan visko 10w-30 api SM dan 5-30 api SN. kalo dibanding dengan motion 10w-30 dan fastron prefer yang mana pak? saya liat di web total, untuk kendaraan diatas 10 tahun viskonya pake yang 10w-40. Jadi bingung pak, bisa dibantu penjelasannya?

            Suka

            • Untuk perbandingan merek tersebut maaf, saya tidak bisa memberikan rekomendasi. Menurut saya fastron techno bisa jadi standar minimalnya.

              Menurut saya kekentalan itu tergantung dari pemakaian juga. Kalau lebih sering rpm tinggi atau macet tentu pakai oli kental tidak masalah. Karena suhu mesin yang lebih tinggi akan membuat oli yang kental jadi seencer oli yang encer.

              Tahun pembuatan menurut saya tidak bisa dipakai menjadi ukuran. Karena setiap pabrik beda beda. 10 tahun yang lalu pun ada pabrik mobil yang menyarankan menggunakan oli 10W30 atau bahkan 0W20.

              Kekentalan oli sebaiknya mengecek juga perilaku mesin dan cara pemakaian.

              Suka

  5. Ini pengalaman buruk saya memakai oli MCO encer pada tahun 2011. Motor Supra X 125 thn 2006.
    Sebelum mudik saya ganti oli dengan Pertamina Enduro Racing. Jarak yg bakal ditempuh sekitar 400 km.
    Berangkatnya aman-aman saja. Seminggu di kampung, ke sana kemari paling 100 km.
    Nah pas pulang, 100 km terakhir mesin menjadi sangat kasar dan power loss.
    Besoknya oli saya kuras ternyata sisa 200 mL.
    Kenalpot berasap.
    Terpaksa turun mesin.
    400 km habis bensin sekitar 7 lt.

    Setahun sebelumnya memakai oli yg lebih murah sedikit namun lebih kental yaitu Enduro yg biasa, konsumsi bensin sekitar 8 lt.
    Motor aman.

    Suka

      • Tahun 2015 saya Pulkam, kali ini memakai Smash Titan dgn oli Eneos SAE 40 (Ini motor dengan torsi terbaik yang pernah saya pakai, badak!)
        Oli saya ganti sebelum Pulkam.
        Pas pulang setengah perjalanan (200km), motor menjadi loss power, jadi harus sering-sering singgah untuk mendinginkan mesin. Sampai di kampung oli langsung saya ganti dgn MDMX. Sampai pas pulang balik tidak ada timbul gejala seperti pakai MCO.
        Walau cuma satu sampel, inilah momen yg meyakinkan saya kalau PCMO/HDEO itu lebih baik daripada MCO (dgn kisaran harga yg sama atau bahkan yg lebih murah).

        Suka

    • Saya hampir tidak pernah settle dgn satu jenis oli, kecuali di Suzuki Arashi 2007.
      Ini motor bandel banget , gak kalah dgn Jupiter Z Burhan, bahkan dgn BBM seirit Supra X 125.

      Saya settle dgn MSX, ganti oli di 5000-6000 km. BBM Pertamax.
      Gak tau dah ini apa HDEO MSX yg awet atau logam motornya yg kuat.

      *Sekarang Arashinya dah pensiun, jalan jauh bikin sakit badan (getar). Ganti Vario 125.

      Suka

        • Getaran dari mesin sampai ke setang (kalau RPM tinggi).

          Jadi kalo saya sering jalan jauh (2×100 km) dan pengen long drain apa lebih baik pakai HDEO daripada PCMO?
          Saya per bulan 2000 – 3000 km.

          Suka

          • terima kasih infonya. Kalau cuma di rpm tinggi lebih bagus dari Suzuki Nex II yang getaran terasa mulai rpm rendah (walau lebih mendingan dari Honda Beat).

            Kalau jalan jauh menurut saya lebih baik pilih oli kental yang film strengthnya tinggi. Oli yang punya film strength tinggi itu oli mineral Grup I macam mesran super atau meditran. Prima xp atau meditran sx kalau nggak salah sudah grup II.

            Tapi untuk masa penggantian oli yang termasuk pendek tersebut rasanya nggak jauh beda antara HDEO atau PCMO kalau dari awetnya oli. Sebaiknya perhatikan juga waktu dipakai kencang jadi jauh lebih encer atau tidak.

            Rekomendasi saya fastron techno 15W50 + minyak goreng. Atau Motul 5100 + ester.

            Suka

      • Dulu selalu pakai Mesran di Honda Win.
        Kalau buat oli matic baru, cocok gak ya? Xixixi..
        Saya mau oli itu yg bisa menambah kenyamanan ketika berkendara, jadi bisa enjoy jalan jauh tambah lagi olinya bisa long drained.
        Di Supra X dulu pernah saya pakai oli MDMX, PFD, PFT hijau, MSX, Enduro, dan PetroSA.
        Yg paling terasa enaknya pas pakai MDMX dan PetroSA.

        Ingat PetroSA saya jadi pengen coba Adnoc Voyager, hehe.

        Suka

        • Quote:
          “PETRO SA memiliki SAE 15w50 (1lt) dan 20w50 (0.8lt) yang sangat kental dan cocok untuk iklim Indonesia”

          Baru sadar ternyata oli yg paling berkesan dua2nya oli kental, hehe.

          Suka

        • Saya pakai di suzuki spin pakai yang mesran. Jauh lebih enak dari oli motor macam yamalube, AHM atau SGM. Saya ganti oli per 5 ribu km.

          Iya, oli penambah kenyamanan. saya sekarang selalu tambahkan minyak goreng juga demi kenyamanan. Sumpek dengarkan mesin berisik.

          Suka

  6. Wah,saya baru tau nih, tentang dunia Oli,
    rekomendasi oli untuk mtr Nmax, pakai yg 10w-40 atau 15w-50 ya mas?
    dan apakah motor matic pakai oli diesel,cntoh fastron diesel,apakah akan menimbulkan kerak?

    Suka

    • 10W40 yang bagus boleh. atau kalau sering perjalanan jauh, macet atau dipakai kencang 15W50.

      fastron diesel tidak menimbulkan kerak bila ganti oli nggak telat. Biasanya fokus oli diesel itu di pembersihan dan bukan pelicinan.

      Suka

  7. Saya mau mencoba oli kental SAE 50.
    Oli apa ya yang paling tahan lama? Minimal 4000 km, bagus kalo bisa 6000 km. Atau bisa cukup 3000 km asal dipakai enak banget.

    Yg pertama saya akan mencoba Castrol GTX, lalu mungkin PFT, Prima XP, Mobil Spesial, atau nanti kalau ada melihat oli SAE 50 di toko oli.
    Kalau gak ada yang memuaskan mungkin saya akan mencoba kembali ke jalan yang benar. Hehe.

    Suka

    • Sip. Oli yang paling tahan lama sepertinya untuk merek lokal adalah Fastron Techno Ungu. GTX belum pernah coba. Daripada prima xp, menurut saya lebih sip mesran super.

      Suka

      • Kesan pertama pakai GTX, gak enak! Suara mesin biasa aja tapi pas dibawa agak kasar dan tentu saja berat. (Baru dibawa sekitar rumah 1-2 km).
        Enakan oli sebelumnya Prima XP yg 40.
        Oh iya motornya. HSX 125 (2009).
        Kalau liat kemasan cukup meyakinkan sih (keasliannya).

        Apa perlu dipakai dulu beberapa ratus km ya? Kalo gak enak gini rasanya pengen cepet-cepet ganti oli.

        *Btw oli yg tinggi ZDPP atau yg tinggi Moly itu misalnya oli apa ya? (Yg byk dijual).

        Suka

        • Dugaan sementara saya motor HSX 125 saya ini lebih cocok dengan oli API SJ/SL. (Jadi, API msh penting nih, hehe).

          Pakai FPT hijau, PFD rasanya biasa aja, pakai MDMX enak.

          Suka

        • Waduh, sepertinya saya terlalu cepat menyimpulkan. Setelah dipakai lebih jauh rasa kasar mulai agak berkurang, tapi masih belum sesuai harapan saya.
          Biar saya coba pakai minimal 1000 km.

          Suka

        • Bisa jadi kerak yang lama larut. Karena GTX setahu saya pelarutnya besar. Tapi ciri oli castrol adalah kalau dipakai kencang cepat encer. Prima XP mungkin shear stability lebih baik.

          Menilai oli dilakukan tiap hari dalam seminggu. Dilihat apakah oli cepat encer saat dipakai kencang. Dilihat apakah di hari kedua lebih encer.

          Oli ZDDP atau moly tinggi itu kalau oli motor biasanya oli untuk matik. Nggak cocok untuk motornya Honda Supra X 125.

          Suka

  8. ada rekomendasi oli mineral murah dg mutu lumayan bagus lain, selain mesran super 20W-50?

    yg bisa dipake di motor kopling basah tentunya.

    Suka

  9. Jadi untuk kendaraan dengan usia diatas 5 tahun baik mobil atau motor, lebih baik menggunakan oli yang bagaimana pak ? Ditinjau dari viskositas, mineral atau sintetis, mohon penjelasannya (disertai contoh kalo bisa) Terima kasih

    Suka

    • tetap sesuai dengan kebutuhan. Di tempat dingin dan jarak pendek pakai lebih encer. Selain itu pakai lebih kental.

      Oli mineral atau sintetis tergantung kemampuan, ditambah minyak goreng 10% bila ingin suara lebih halus.

      Bila seal mulai bocor, maka pakai yang mineral kalau nggak ada dana ganti seal.

      Suka

    • PFT Ungu di HSX125 2006 menurut sy cukup impresif di rpm menengah. Padahal 50wt. (Rekom pabrikan 30wt)
      Sebelumnya sy pake evalube pro synthetic jg cocok. Dipake s.d 2000km masih ok.

      Suka

        • Sy pernah coba pake mesran di HSX125 2006. Tdk cocok, suara mesin kasar, ngelotrok dan panas menjalar sampe kaki. Padahal sama2 50wt dgn PFT Ungu.
          HX5 malah lebih parah, selain panas ada bau seperti kopling terbakar.

          Kok bisa ya sama2 oli kental tp beda impresi?

          Suka

          • sebelumnya pakai mesran atau HX5 pakai oli apa? Kalau HX5 memang cepat encer saat dipakai. Yang mesran baru sip kalau sudah ditambah minyak goreng. Pakainya apa rpm tinggi terus?

            Suka

            • Sebelum itu pake mco AX5..
              feeling sy pemakaian rata2 di rpm menengah (HSX 125 2006 ga ada odo meter rpm nya). Semenjak over haul dah jarang main rpm tinggi..
              Setelah itu 4x pake mco evalube pro synthetic, lumayan cocok. Walaupun masih enak, masing2 sy drain dibawah 2000km.
              Sekarang lg nyoba PFT Ungu, pemakain dah 1xxx masih enak.

              Suka

            • Terima kasih infonya. Mungkin pemakaian AX5 sebelumnya berpengaruh juga. AX5 hasilnya nggak bagus juga ya? Rpm menengah mungkin termasuk berat juga. Saya pernah pakai evalube pro memang cukup baik. Apa motornya butuh yang banyak aditif EPnya ya?

              Kalau PFT ungu memang lebih baik.

              Suka

  10. AX5 ga cocok jg, panas, pemakaian max 1000km. Pernah dipaksa sampai 2000km, oli udah encer sekali waktu di drain.
    Klo additive EP sy ga paham.

    Suka

Bagaimana menurut bro?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.