Resiko kematian besar maka anak dibawah umur wajib diajari safety riding dan skill mengendarai kencang sekalian orang tuanya .


Penulis jadi tertarik untuk membahas ini setelah sekali lagi ada berita anak dibawah umur naik motor mengalami kecelakaan serius.

Sudah umum bahwa sekarang ini banyak anak di bawah umur yang pakai motor:

Banyak yang melarang sampai mengancam tapi terbukti bahwa itu masih terjadi dan jumlahnya tidak sedikit.

Yang memprihatinkan, mereka ini dilepas di jalan tanpa ada ilmu atau etika untuk mengendarai di jalan:
Kecelakaan Lalu Lintas pada Anak karena Faktor Orangtua

Psikolog dan pemerhati anak, Nona Pooroe, menjelaskan bahwa salah satu penyebab anak-anak rentan mengalami kecelakaan adalah faktor pengaruh dari keluarga yang kurang memperhatikan aspek road safety.

“Banyak kasus yang terjadi, orangtua tanpa sadar berperan membentuk perilaku anak. Contoh kecil soal pakai helm, biasanya orangtua suka ajak anak keliling kompleks tidak pakai helm. Hal ini akan tertanam pada pola pikir anak-anak bahwa naik motor tidak pakai helm tidak apa-apa,” ucap Nona kepada Otomania beberapa waktu lalu.

Jumlah pengendara dibawah umur yang celaka ini jumlahnya mencengangkan juga, berikut beberapa faktanya:
Survei Menunjukkan, 57% Korban Kecelakaan Lalu-lintas Berpendidikan SLA

Persentasi korban dengan latas belakang pendidikan SLA mencapai 57 persen. Angka terbanyak kedua adalah lulusan sekolah lanjutan pertama (SLP), 17 persen. Kemudian disusul lulusan sekolah dasar (SD) sebanyak 12 persen. Dan kemudian lulusan perguruan tinggi (PT) 6 persen.

Remaja Paling Sering Kecelakaan Lalu Lintas

Dari angka 80.157 kejadian, jumlah kecelakaan yang melibatkan kendaraan roda dua sudah mencapai 71.616 kendaraan, mulai Januari hingga September 2016. Parahnya lagi, bila dirunut berdasarkan usia, rata-rata adalah para pengendara dengan rentang usia mulai 15-19 tahun.

“Berkaitan dengan usia di bawah umur. Rata-rata adalah usia sekolah, mereka yang duduk di bangku SMP dan SD,” ujar Kombes Pol, Korlantas Polri, Unggul Sedyantoro kepada wartawan dalam seremoni Indonesia Road Safety Award 2016 di Jakarta, Kamis (20/10/2016).

 

Melihat fakta seperti itu jelas bahwa jumlah pengendara dibawah umur itu sangat banyak. Dan parahnya mereka ini belum mendapatkan pendidikan safety riding sehingga mereka mengendarai secara tanpa dasar skill atau pengetahuan yang layak. Seperti di contohkan di atas, orang tua banyak yang tidak memberikan pendidikan safety riding yang benar.

Solusi melarang, menilang, memberikan hukuman tidak manusiawi menurut penulis tidak efektif. Di larang tapi malah orang tua yang menyuruh anaknya ke sekolah naik motor sendiri. Banyak alasannya seperti misalnya mengantar tidak sempat, naik angkot dianggap lebih beresiko, naik sepeda (pancal) resiko justru lebih besar di serempet mobil, di suruh jalan kaki terlalu jauh, dst.

Ditilang juga pengendaranya paling cengar cengir. Yang repot orang tuanya, pengendaranya sendiri paling juga santai. Digunduli kepalanya juga dianggap pengalaman menarik.

Kalau dihukum tidak naik kelas, menurut penulis kurang manusiawi. Tidak adil karena banyak yang tua tua melanggar peraturan cuma ditilang saja, tanpa ada hukuman yang bisa menentukan masa depan pelanggar. Membuat tidak naik kelas kan sama membuat kesempatan pelajar tersebut untuk lulus jadi mundur satu tahun. Kesempatan biar bisa bekerja jadi mundur satu tahun. Apa misalnya ada kalau ada pegawai negeri kena tilang tidak pakai helm apa pantas diturunkan pangkatnya?

 

Menurut penulis, karena sudah terbukti dilarang juga masih tetap saja banyak yang melanggar, maka daripada dibiarkan mengendarai ngawur tanpa ilmu sebaiknya diberikan pendidikan safety riding mulai dini. Pendidikan safety riding itu harusnya dimulai dari sejak pengendaranya belum mengendarai kendaraan bermotor.

Mungkin karena lembaga safety riding itu sering ada hubungan dengan pabrikan atau organisasi otomotif, maka banyak yang berpikir bahwa yang namanya safety riding cuma berlaku untuk kendaraan bermotor saja. Harus diingat bahwa sepeda (pancal) pun bisa sama kencangnya dengan sepeda motor. Mereka juga pemakai jalan.

Di negara maju pun pendidikan safety riding sudah diberikan semenjak dini:
Putting It Into Practice: Bicycle Safety Training

In Rockville, MD all 7000 elementary students receive bicycle and pedestrian education. Since 2004, bicycle and pedestrian safety has been a standard part of the school system’s teaching curriculum. The program was initiated by City of Rockville staff and is now coordinated by physical education teachers.

Dikatakan bahwa pendidikan safety riding sudah menjadi bagian dari kurikulum pelajaran. Sesuatu yang sebaiknya segera dimulai di Indonesia. Materi untuk pendidikan mestinya bisa dirumuskan. Kepolisian Indonesia juga sepertinya tidak keberatan untuk memberikan bantuan tentang materi atau bahkan tenaga pendidiknya. Sebaiknya hindari lembaga safety riding ataupun pabrikan motor karena yang mereka ajarkan seringnya tanpa ada landasan praktek dan sering ilmu ngawur turun temurun yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan motor sekarang ini.

Mungkin kurikulum lembaga pendidikan safety riding berikut bisa jadi pembanding, untuk mobil sih, tapi menunjukkan bahwa yang diajarkan benar benar hal yang diperlukan, nggak semacam safety riding / defensive driving Indonesia yang mengajari ilmu tidak berguna. Apa gunanya jago slalom lambat dan sepeda lambat dijalan?
Doug Herbert’s BRAKES (Be Responsible And Keep Everyone Safe) – Curriculum (4 hr. Sessions)

– Collision Avoidance/Slalom Exercise: Mengajari untuk bisa mengambil keputusan cepat dan tepat tanpa hilang kendali, misal ada binatang atau sesuatu jatuh di depan kendaraan. Juga slalom (nggak adu cepat) yang berfokus pada weight transfer, posisi tangan dan pengelihatan.
– Drop Wheel/Off Road Recovery Exercise: Mengajari seandainya ban mobil jatuh ke pinggiran jalan dan caranya kembali ke jalan.
– Distraction Exercise: mengajari untuk bisa tetap mengendarai dengan baik walau diganggu.
– Panic Stop Exercise: Mengajari untuk berhenti (pakai praktek, nggak cuma demo) tanpa kehilangan kendali kendaraan
– Car Control and Skid Recovery Exercise: mengajari apa yang harus dilakukan agar bisa tahu dan bisa mencegah lepas kendali di situasi jalan yang tidak baik. Diajari untuk mengembalikan kondisi dari kejadian oversteer atau understeer.

Lembaga defensive driving tersebut dibentuk setelah ada pengalaman buruk yang dialami pendirinya:

Karena itu yang diajarkan didasarkan pada kesalahan kesalahan yang sering jadi penyebab kecelakaan, bagaimana cara merespon kejadian di jalan yang sering jadi sumber celaka.

Kalau untuk di Indonesia yang menurut penulis bisa jadi sumber celaka adalah:

  • menyalip tapi nyantai / mepet / memaksa orang lain mengalah, karena nggak tahu cara akselerasi
  • kebiasaan menjejeri kendaraan lain
  • mengerem pakai rem depan dulu
  • malas pakai klakson
  • tidak pakai lampu belok atau salah menggunakannya
  • berbelok atau menyeberang tanpa memperhatikan sekitar atau tidak paham batas kemampuan kendaraan yang lain atau tidak tahu prioritas
  • tidak mampu menguasai kendaraan di kecepatan tinggi
  • tidak tahu etika berkendara di jalan

Jadi, yang perlu diajarkan selain tahu memakai fitur di kendaraan dan etika berkendara yang aman, juga bagaimana bisa menguasai kendaraan saat dipakai kencang.

Bisa menguasai kendaraan saat dipakai kencang ini penting karena di Indonesia motor paling lambat pun bisa jalan kencang. Jadi yang diajarkan pun harus mengikuti kemampuan motor yang ada. Kalau motornya paling kencang cuma bisa 40km/jam baru cocok diajarkan slalom lambat. Kalau motornya paling kencang cuma bisa 5km/jam maka baru cocok diajarkan jalan lambat di jalan sempit sekali. Tapi nyatanya motornya bisa jalan 100km/jam, maka yang diajarkan harunya adalah bagaimana menguasai kendaraan dari pelan hingga di kecepatan 100km/jam.

Ajari bahwa jalan lebih kencang butuh kemampuan mengendarai yang lebih baik, kemampuan saat jalan lambat nggak bisa diterapkan saat jalan kencang karena perilaku kendaraan saat jalan kencang tidak sama. Jalan kencang itu nggak cuma butuh lurus saja tapi juga menghindar atau mengerem. Sebaiknya pakai praktek. Agar mereka tahu apa yang harus diperhatikan saat melakukannya. Dengan begini ajaran ngawur akan ketahuan ngawurnya. Kalau pengendaranya nggak mampu akan sekalian jadi tahu bahwa kalau nggak punya kemampuan jalan kencang sebaiknya jangan coba coba jalan kencang.

Akan jauh lebih baik kalau mengajarkannya pakai motor yang populer. Pangsa pasar motor sport cuma 5%, nggak pantas jadi perwakilan. Yang bener itu pakai motor semacam Honda Beat CBS.

 

Ada yang bilang bahwa anak anak itu bakal cepat lupa kalau diberi latihan safety riding. menurut penulis justru masih anak anak itu apa yang berkesan akan lebih mudah diingat sampai tua. Jangan cuma diajari cara mengemudi yang aman saja, tapi juga diberitahu apa yang terjadi bila mereka tidak melakukannya. Bila tahu resikonya, tentu mereka akan lebih serius untuk mempelajari ilmu yang benar. Saat menakut nakuti juga harus diingat bahwa fakta seram adalah untuk membuat mereka lebih serius untuk mengendarai dengan aman dan bukan untuk membuat mereka takut naik motor atau naik mobil.

Justru salah bila pendidikan safety riding harus menunggu sampai mereka cukup umur untuk mengendarai. Di saat masih awal awal mengendarai itu mereka lebih hati hati. Yang sudah pede pakai cara mengendara yang salah itu yang justru lebih sering celaka, seperti yang diungkap di fakta berikut.

Justru pengendara pemula lebih tua yang lebih sering celaka. Sepertinya ini karena pengendara merasa lebih pede padahal ilmunya masih kurang. Di statistik berikut, pengendara di umur 18-20 dua kali lebih banyak yang celaka daripada yang umur 15-17:
DefensiveDriving.org. – Statistics Concerning Teen Drivers

Kecelakaan juga sering terjadi karena dipanas panasi oleh penumpangnya, seperti yang ditunjukkan di statistik berikut. Dimana kecelakaan akan jauh berkurang bila ditemani orang dewasa dibanding dengan bila ditemani dengan yang sebaya.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa kalau yang menemani sama sama nekatnya maka resiko celaka justru lebih meningkat daripada bila mengendarai sendirian. Kalau yang menemani itu sama sama tahu seramnya kalau mengendarai sembarangan maka tentunya pengendara pun akan mengendarai lebih aman juga.

Oleh karena itu pendidikan safety riding lebih awal itu penting.

Nggak cuma yang muda saja, yang tua pun juga harus diajari. Karena percuma di sekolah diajari bagus bagus tapi sama orang tua tetap diajari yang nggak aman.

8 respons untuk ‘Resiko kematian besar maka anak dibawah umur wajib diajari safety riding dan skill mengendarai kencang sekalian orang tuanya .

  1. Ane ada ide sim model skrg hanguskan semua, terbitkan sim baru, org2 harus tes lg teori dan prakteknya. Tes teori pake online biar aja soal2nya sama semua, walaupun bakal ada bocoran soal minimal semua bakal BACA itu aturan. Tes praktek utk motor jgn angka 8 (biasanya lingkarannya kekecilan dan ga realistis buat motor gendut), bisa niru area test ride motor yg baru launching. Terus jg tes braking skill, di satu titik harus dlm kecepatan 80kpj dan dlm sekian meter harus udh stop.
    Motor buat tes jgn yg gampang, syaratnya motor laki kopling manual, kalo mobil harus yg bongsor (boleh pake punya sendiri).
    Harus balik lg hakekat sim pada awalnya, punya sim C berarti harus BISA bawa segala jenis kend roda dua, punya sim A berarti BISA bawa segala jenis kend roda 4.
    Yg punya sim lama bisa ikut tes gratis dgn bbrp kali kesempatan nyoba.
    Bakal buka lahan kerja baru, banyak yg bikin kursus mengemudi (beneran).

    Suka

    • Iya, uji sim itu sepertinya untuk ngetes kemampuan lewat parkiran sempit / jalan kampung saja. Harusnya memang tes yang sesuai kondisi jalan.

      Harusnya polisi juga menyediakan ilmunya. jangan cuma soal jawaban saja. Karena seringnya cuma kasus per kasus saja. Sehingga banyak orang yang walau pelan jalan di tengah. Lampu belok dipakai alasan untuk menyeberang sembarangan, padahal harusnya menunggu.

      Menurut saya justru motor sport itu yang lebih stabil. pakai matik lebih gampang jatuh.

      Suka

  2. Polisi mungkin males merazia kelompok beginian karena tdk ada uang di kantong mereka. Paling juga hanya seribuan dua atau tiga lembar plus beberapa keping uang logam. Hahahaha…

    Suka

  3. hahhaha kurasa nggak mungkin negara turun tangan deh, ga ada duitnya dan ga menguntungkan… aku yakin 10 tahun yg akan datang masih sama malah lebih parah kali… yah anggap aja jalanan adalah medan perang utk mengurangi jumlah penduduk…

    Suka

      • Jawabannya Impossible Om Cahyo. Daripada pihak yang berwajib/yang bersangkutan ngadain acara gituan mending tetep jalanin aja itu tilang karena jelas2 bisa menghasilkan pemasukan, baik bagi pihak penilang (dan yg terkait) maupun pihak pengadilannya. Sudah tau belom gosip bahwa yang namanya surat tilang itu konon katanya di target tiap bulannya harus bisa habis sekian lembar gitu, ini kan seperti ibaratnya sales HP atau Motor yg ditarget perusahaan supaya bisa ngejual HP/Motor sekian unit gitu tiap bulannya, kalo bukan soal pemasukan/pendapatan apalagi coba?
        Menggelar kegiatan safety riding buat anak2 dan Ortu, kurikulum di sekolah, itu semua ane rasa mungkin cuman mimpi di siang bolong, malah bisa saja mereka berpikiran, biarkan saja terjadi pelanggaran lalu lintas supaya banyak terjadi penilangan sehingga target surat tilang sekian lembar per bulannya itu bisa tercapai atau bahkan melampaui…

        Suka

Tinggalkan Balasan ke Jurnalis Investigasi Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.