Rossi yang mengeluh motornya understeer parah di Barcelona di saat harus adu keawetan ban depan


Komentar pembaca membuat penulis tertarik khusus membahas Rossi yang mengeluh mengalami understeer di motornya. Konstruksi motor Yamaha membuatnya membebani ban depan. Di situasi dimana ban cepat habis dan harus pakai ban keras karena suhu yang panas membuat motor Yamaha terkendala understeer.

Rossi mengeluh motornya udersteer parah waktu di barcelona. Untuk yang ini mudah dipahami.
Rossi to test new frames after troubled Barcelona race

“For me, the main problem is that the bike has more understeer and after that the problem becomes very big for the rear tyre,” he said.

Dikatakan bahwa masalah utama adalah motor lebih understeer dan setelah itu masalah menjadi sangat besar untuk roda belakang.

Nah yang nggak jelas itu, mengapa kok itu menimbulkan masalah di ban belakang? Ini penjelasannya macam macam. Penulis menemukan penjelasan berikut:
MotoGP: Sindiran Keras Seorang Rossi.Inilah Kelemahan M1 Biang Keladi Terpuruknya Yamaha di Catalunya

“Yang pasti saya tidak memiliki grip di belakang. Itulah sebabnya saya harus menurunkan kecepatan dan menutup gas lebih awal. Tapi lagi-lagi masalahnya adalah motor ini mengalami understeer. Berbeda dengan motor versi 2016, motor 2017 ini lebih sulit diajak belok. Saya harus sesegera mungkin merebahkan motornya, dan itu sangat mengikis ban belakang”, tutur Rossi.

Di kutipan tersebut, susah belok (understeer) membuat rossi harus merebahkan motor, dan itu sangat mengikis ban belakang.

Penulis tidak tahu sumbernya dari mana namun penjelasan berikut yang mirip:
MotoGP, Rossi: the limits of the M1? I realised in November

“I definitely had not traction and had to slow a lot at the end – he admits – but the biggest issue was something else. This bike suffers from understeer, I don’t have the confidence on corner entry that I had last year. The bike doesn’t turn as it should, we need to lean right over and doing so stresses the tyres”.

Dikatakan bahwa motor Rossi tidak punya grip dan harus jauh lebih pelan saat diakhir akhir. Tapi masalah terbesar ada di bagian lain. Motor mengalami understeer. Ia nggak bisa pede di corner entry seperti tahun kemarin. Motor tidak berbelok dengan semestinya, mereka harus segera miring dan itu membebani ban.

Artikel lain punya penjelasan berbeda.
Rossi to test new frames after troubled Barcelona race

“At the end, the main problem is the rear traction, especially on the right, because already after 10 laps I was very very much in trouble and I had to slow down very much. I tried everything but anyway it was impossible to exit fast from the corner.”

Pada akhir akhir, masalah utama adalah grip belakang, terutama bagian kanan, ini sudah terjadi mulai dari lap 10 dimana ia sangat kesulitan dan harus sangat melambat. Ia berusaha segala cara namun masih tidak mungkin untuk keluar dari tikungan dengan cepat.

Yang berikut memberikan penjelasan lain:
Sunday MotoGP Summary at Catalunya: Triumph of Experience, And Yamaha’s Woes Addressed

“For me, the main problem is that the bike has more understeer and after the problem becomes very big for the rear tire. The old bike, under my point of view, turns better, and stresses less the rear tire – and here like in Jerez they are faster than us.” Rossi said he was having to use the throttle to help get the bike turned, and that was what was creating problems with tire wear.

Untuk Rossi, masalah utama adalah motor lebih understeer dan setelah itu masalah menjadi besar untuk ban belakang. Di motor lama, menurutnya, belok lebih baik dan tidak terlalu membebani ban belakang, dan disini seperti di Jerez, mereka lebih kencang daripada timnya Rossi. Rossi bilang bahwa ia terpaksa harus pakai gas untuk membuat motor berbelok (power oversteer), dan inilah yang menyebabkan masalah ausnya ban.

Artikel berikut punya pandangan berbeda lagi, perhatikan kata kata dalam tanda kurung di kutipan aslinya:
KEVIN’S INSIGHTS: 2017 Catalunya MotoGP Wrap-Up

“For me, the main problem is that the bike has more understeer and later (in the race) the problem becomes very big for the rear tire (wheelspin). At the end, the main problem is the rear traction, especially on the right, because already after ten laps I was very much in trouble and had to slow down very much.”

Untuk Rossi, masalah utama adalah motor lebih understeer dan setelahnya (di balapan) masalah menjadi sangat besar untuk ban belakang (wheelspin). Di akhir akhir masalah utama adalah grip belakang, terutama pada tikungan ke kanan, ini sudah terjadi mulai dari lap 10 dimana ia sangat kesulitan dan harus sangat melambat.

 

Dari yang penulis tahu, understeer terjadi karena grip ban depan lebih lemah dari ban belakang. Karena itu motor jadi susah belok. Ini beda dengan susah belok karena konstruksi setir (yang butuh teknik counter steer). Menggunakan teknik braking oversteer pakai rem belakang bisa membuat motor belok lebih baik, namun membuat ban belakang lebih cepat aus.

Kalau di masuk tikungan lambat, maka sebagai penggantinya keluar tikungan harus dipaksa cepat. Dan ini mengandalkan grip ban belakang. Karena motor Yamaha beratnya di depan, beban di belakang jadi kurang, grip belakang jadi lemah. Ditambah dengan ban keras yang punya grip lemah dan cuaca panas yang membuat ban cepat habis, ini membuat ban belakang Rossi cepat aus.

 

Kunci dari balapan dikatakan adalah memperhatikan keawetan ban. Penulis gabungkan kutipannya, sengaja penulis ambil kata kata dari pembalapnya saja:
Sunday MotoGP Summary at Catalunya: Triumph of Experience, And Yamaha’s Woes Addressed
KEVIN’S INSIGHTS: 2017 Catalunya MotoGP Wrap-Up

Dovizioso: “We realized the grip was so bad and the rear tire consumption so high that we shouldn’t just focus on the speed. And when we started the race no one could push because everyone had to save the tire a lot. I overtook two riders and was behind Dani, and decided to stay there. He saved the rear tire well, and I did, but I was able to conserve the front. Ten laps to the end I tried to push but when I got to the front I realized my tire was finished. But it was the same for them, too. But I was able to save the front tire in a better way because my acceleration was better and I never brake really hard.”

Marquez: “All weekend I just pushed. In the race my target was to finish in front of Dani. But in the end Dovi was one step faster than us, especially on the main straight. When Dovi pushed, I tried to push hard for three laps, then I say ‘OK, I will crash again, so better to keep these 20 points’.”

Pedrosa said, “I tried to lead the race, to stay in front, but I could see Dovi coming on the straight, cutting the gas to not get too close, saving the tires a little bit better than me. I tried to save them all the way, but I just couldn’t do it enough. We managed to get on the podium and this is great.”

Lorenzo said, “…today I lost a bit of pace from lap 6 onwards and I was passed under braking a few times, losing a lot of time at the mid-race point when my pace was slower than the leading group’s. But toward the end I managed to gain a few places to finish…in 4th. In the past I suffered so much in hot conditions because I was one of the riders that went to full throttle sooner so it wasn’t helping for spinning but in these last races I have understood more how to save the tire.”

Dovizioso: Mereka menyadari bahwa grip sangat jelek dan ban belakang sangat cepat aus sehingga mereka tidak fokus hanya pada kecepatan. Pada saat balapan tidak ada yang memaksa karena mereka harus sangat mengawet awetkan ban. Ia menyalip dua pembalap dan berada di belakang Dani dan memutuskan untuk bertahan di sana. Dani bisa mengawet awet ban belakang dengan baik dan Dovizioso juga, dan tapi Dovizioso juga bisa mengawet awet ban depan juga. Sepuluh lap sebelum akhir balapan ia berusaha memaksakan, namun ketika ia akhirnya bisa berada di depan ia menyadari ban depan sudah habis. Tapi hal yang sama terjadi pada mereka (pembalap Honda Juga). Tapi ia bisa mengawet awet ban depan lebih baik karena akselerasinya lebih baik dan tidak pernah mengerem terlalu keras.

Marquez: Di sepanjang minggu ia memaksakan motor. Di balapan targetnya adalah finish di depan Dani. Tapi akhirnya Dovi setingkat lebih cepat, terutama di lintasan lurus. Ketika Dovi memaksakan, Ia juga mencoba memaksa keras selama tiga lap, tapi kemudian ia berpikir “ok, aku bakalan jatuh lagi, lebih baik pertahankan 20 poin ini”

Dani Pedrosa: Ia berusaha untuk memimpin lomba, untuk tetap berada di depan, tapi ia liha Dovi datang di lintasan lurus, mematikan gas untuk tidak terlalu dekat, mengawet awet ban lebih baik dari Pedrosa. Pedrosa mencoba untuk mengawet awet semua sampai akhir tapi ia tidak bisa melakukannya dengan baik. Mereka berhasil naik podium dan ia mensyukurinya.

Lorenzo: Di hari itu ia jadi ketinggalan setelah lap ke 6 dan ia disalip pada waktu pengereman beberapa kali, kehilangan banyak waktu di poin tengah balapan ketika lajunya lebih lambat dari motor motor terdepan. Tapi mendekati akhir ia berhasil mencapai tempat sehingga finish di posisi ke 4. Di masa lalu ia mengalami banyak masalah di kondisi panas karena ia merupakan salah satu pembalap yang gas penuh lebih awal sehingga itu tidak bagus untuk ban yang spin, tapi di beberapa balapan terakhir ia tahu lebih banyak untuk bisa mengawet awetkan ban.

 

Jadi kunci dari balapan ini adalah bagaimana mengawetkan ban depan. Sementara itu motor Yamah Rossi justru problemnya adalah ban depan yang terlalu terbebani sehingga selain jadi understeer juga jadi cepat habis. Motor tim satelit yang tidak terlalu understeer jadi lebih unggul daripada tim inti.

Iklan

14 respons untuk ‘Rossi yang mengeluh motornya understeer parah di Barcelona di saat harus adu keawetan ban depan

  1. mslah yamaha ada di sasis baru 2017,,
    mslah semua team ya ban,,,rasanya bridgstone lebihbaik dari michelin,,

    Suka

  2. IMO yamaha kayaknya udah mentok di soal pengembangan mesin, dari tahun ke tahun ngga ada perubahan signifikan dari performa saat melaju di track dg straight panjang atau sirkuit dengan banyak tight corner, makanya yang diutak-atik soal chassis mulu, yaaa… Maklum emang Yamaha katanya chassis base factory, pendekatannya beda sendiri dibanding pabrikan lain. Hal ini juga terjadi pada produk motor2 yg dijualnya dimana rata2 motor Yamaha punya paket handling yg bagus dibanding kompetitor karena ditunjang chassis yg mumpuni.

    Suka

    • Mungkin karena mesin sudah nggak boleh dirubah rubah lagi wajib pakai cross plane ya. Sementara yang lain bisa lebih bebas mau ganti screamer / big bang.

      Iya, sepertinya handling motor sport yang murah pun dibuat sama seperti yang mahal, dijadikan DNA.

      Suka

  3. Bukan,,
    Yang benar gini
    Sasis yamaha 2017 itu memundurkan center of gravity lebih kebelakang
    Jadi beban depan dan belakang sekarang hampir sama, yamaha memakai ini sebagai antisipasi penggunaan winglet untuk menambah grip depan
    Namun, pengembangan winglet tidak berjalan sempurna dan yamaha terlanjur menghomologasikan desainnya

    Dengan mundurnya CoG, maka beban lebih ke belakang sehingga ban depan kurang traksi,
    Untuk tikungan high speed panjang, seperti di le mans dan mugello emang cocok, namun di tikungan patah2 motor yamaha jadi kurang lincah, ban depan ga ada grip. Seperti kalo kita pakai motor cruiser, untuk belok panjang yang mengandalkan ban belakang sangat stabil, namun kalau belok patah ban depan bisa loss grip

    Jadi, yamaha belok harus mengandalkan ban belakang, dan ini membuat ban belakang cepat aus
    Ini beda dengan honda, dimana honda pakai center of gravity yang lebih rendah sehingga tetap lincah, yamaha pakai center of gravity yang lebih tinggi dan ini memperparah keadaan di tikungan patah2
    CoG tinggi ini sesuai komen rossi bahwa dia harus lebih memiringkan motornya agar bisa belok

    Suka

    • Kalau mau dianalogikan, yamaha 2016 itu new vixion, yamaha 2017 itu new cb150r
      Ncb emang lebih stabil di kecepatan tinggi, namun soal kelincahan di tikungan2 tajam dan patah new vixion masih lebih baik,,

      Honda 2016 itu mungkin seperti supra gtr, sedangkan honda 2017 itu mx king,, (low and front oriented CoG)

      Jadi, tahun ini yamaha vs honda seperti ncb vs mx king
      Yang udah pernah nyoba semuanya silahkan bandingkan,

      Suka

      • rasanya tidak bisa dibandingkan dengan motor naked atau bebek, karena kemiringan kemudi / rack angle juga pengaruh dan posisi badan mudah dirubah untuk merubah distribusi berat.

        Suka

    • saya lebih cenderung berpendapat motor rossi berat di depan. saat suhu dingin dan an soft grip yamaha menang di tikungan. sebelumnya juga pernah ada foto ban depan rossi habis.

      yamaha menangnya di tikungan panjang karena ban depan bisa mengigit, tidak seperti ducati yang harus main sliding. berat di belakang justru kalah di tikungan panjang.

      contoh kalau di mobil itu porsche vs dodge. sama sama understeer padahal yang satu berat di depan yang satu berat di belakang. perilaku understeernya beda tapi. yang berat depan karena kelebihan load, yang berat belakang karena kurang load.

      di tikungan patah kalah karena akselerasi terhambat wheelspin.

      Suka

      • Poinnya adalah, vinales bisa sliding dengan m1 2017, sesuatu yang mustahil untuk motor berat di depan (powerslide, sliding karena buka gas)
        Yang dikeluhkan rossi adalah grip ban belakang bagus, namun hanya untuk 10 lap
        Sedang ban depan sejak awal lap sudah kekurangan grip, sehingga rossi menikung dengan mengandalkan ban belakang, dan itu membuat ban belakang cepat habis

        Cara menikungnya beda dengan ducati, dimana ducati tidak mengandalkan speed corner
        Kalau di mobil,, ducati itu mid engine belakang (NSX, perbandingan 45:55) yamaha itu mid engine depan (S2000, perbandingan 50:50) honda itu FR (RX7, perbandingan 55:45)
        Ini untuk motor 2017 saat ini

        Suka

        • Tidak mustahil motor berat di depan melakukan powerslide ataupun braking slide. Kan kalau ban belakang dibuat nggak ngegrip bakal tetap sliding juga? Kalau dibuat licin dengan akselerasi atau pengereman kan belakang yang keluar duluan?

          Saya pernah lihat videonya keiichi tsuchiya, lupa yang mana, karena GTR R33 yang dinaikinya understeer, maka drift king mengatasinya dengan melakukan power oversteer.

          Sebelumnya waktu di awal musim Rossi mengeluh soal Ban Michelin, padahal pembalap Honda dan Ducati tidak mengalami itu.
          Salah mengartikan bisa jadi salah analisa problem ban Rossi karena carcass di ban itu bukan tekstur, daging ataupun kompon

          “A rider needs to have the front with him to go fast and Valentino doesn’t have the front at the moment. He’s had to accept that everything we’ve done hasn’t really solved the problem, so now he’s having to adapt his style. being big and gangly can be a disadvantage, because he sometimes overloads the front. Many guys are fast for five laps in practice, but in the race they may struggle because you can’t load the front tyre that much for that long.”

          Menurut saya overloading the front itu karena motor Yamaha berat di depan. Di Honda dan Ducati ini tidak terjadi. Menurut saya grip ban belakang diperlukan Rossi terutama untuk akselerasi. Dan problem utama understeer itu karena ban depan yang gripnya kurang.

          Penjelasan Lorenzo tentang perilaku motor Yamaha juga sifatnya lebih mirip dengan mobil yang berat di depan:
          Motor MotoGP bagian 1: Pengaruh konfigurasi mesin ke handling bikin Lorenzo kesulitan mengendarai Ducati dan Rossi kesulitan pakai ban Michelin

          With the Yamaha, if you’re pushing too hard, you go slow. With the Yamaha, what you have to do is slow down a bit in the beginning, because the bike doesn’t allow you to brake neither very aggressively nor very late, and get off the brakes early and open the gas early.

          Iya, beda tahun bisa beda perilaku.

          Menurut saya Yamaha dan Suzuki 55:45. Honda, KTM dan Aprilia 50:50. Ducati 45:55.

          Suka

  4. Kalo pendapat ane beda…
    Yamaha memang tidak sebaik 2016 stabil & konsisten. 2017 naik turun, turunnya parah diluar 5 besar… Mungkin pengembangan motor dapat masukkan dari vinales, jadi kurang cocok buat rossi. Sedangkan rossi terlalu banyak ilmu jadi malah bingung sendiri.

    Baiknya kalo rossi ingin juara lagi, panggil tuh mekaniknya yg dulu… Jeremy burgess.

    Suka

    • Iya, harus juara dulu baru didengar suaranya. Beda postur juga beda efeknya. Tapi karena di sirkuit aspal dingin menangan, mungkin masih akan dipertahankan.

      Suka

Bagaimana menurut bro?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.