CVT matik disetel agar tarikan lebih responsif nyatanya lebih boros kalau sering jalan konstan


Pengaruh roller dan per CVT itu sering jadi kontroversi. Roller ringan ada yang bilang lebih irit, ada yang bilang lebih boros. Disini penulis mencoba menganalisanya.

Setelah penulis minggu lalu harus ganti belt, tarikan motor Suzuki Spin penulis jadi sangat berat. Yang paling terasa di akselerasi awal. Di gas pol dari berhenti rasanya beda jauh dari sebelum diganti. Kalau sebelumnya mesin langsung meraung, yang sekarang mesin rpm tetap rendah.

Di kecepatan tinggi juga terasa beda jauh. Kalau biasanya mesin bisa sampai bunyi nging, yang sekarang tidak sampai begitu. Biasanya untuk sampai kecepatan nggak bisa nambah lagi itu butuh waktu nggak lama, yang sekarang butuh waktu lama.

Namun yang paling terasa di iritnya.

Kalau menurut portal berita otomotif terkenal, tarikan lebih responsif itu justru lebih irit. Tarikan responsif biasa dicapai dengan menggunakan roller lebih ringan atau per CVT lebih keras. Contoh informasinya:
Otomotifnet.com – Setingan CVT Dibikin Responsif, BBM Skutik Makin Irit

“Saat performa mesin skutik diputaran bawah lebih responsif, maka bisa membuat pemakaian bahan bakar lebih irit. Pasalnya grip gas enggak perlu diputar terlalu dalam, supaya roda ban bergerak,” kata Joko Sutopo, mekanik Sinergi Motor di Depok.

Motorplus Online – Pakai Roller CVT Lebih Ringan, Bensin Jadi Lebih Irit 5,7 Km

Mengganti roller dengan bobot yang lebih ringan dipercaya bisa membuat konsumsi BBM lebih irit. Untuk membuktikannya, EM-Plus coba jajal di Honda Vario Techno 110. Hasilnya, pakai roller CVT lebih ringan, bensin jadi lebih irit 5,7 km.

 

Kesimpulan dari kedua kutipan diatas berbeda dengan apa yang penulis alami. Motor penulis justru jauh lebih irit setelah tarikan jadi tidak responsif. Penulis tidak tahu pasti berapa penambahan iritnya, namun sepertinya lebih dari 30%.

Ini tidak berarti penulis menyalahkan kutipan tersebut. Karena bisa jadi situasinya berbeda.

Situasi pengujian motorplus online disebutkan sebagai berikut:
Motorplus Online – Pakai Roller CVT Lebih Ringan, Bensin Jadi Lebih Irit 5,7 Km

Medan yang dilalui, jalur perkotaan dengan kondisi jalan yang datar. Tidak lupa juga, jalan macet yang memaksa rider EM-Plus sering-sering stop and go. Untuk kecepatan tidak dibatasi, seperti membawa motor sehari-hari.

Jadi situasinya macet, pemakaian stop and go.

Ini sudah banyak menjelaskan mengapa pakai roller lebih ringan bisa lebih irit. Dengan membuat roller lebih ringan maka kendaraan bisa mencapai kecepatan yang diinginkan lebih cepat, karena akselerasi lebih enteng. Karena itu, bensin jadi tidak banyak terbuang. Setelah kita menambah gas, nggak harus menunggu lama sebelum motor melaju.

Ini beda dengan bila pakai roller lebih berat. Akselerasinya pelan. Untuk mencapai kecepatan yang diinginkan harus menunggu lama. Saat menunggu ini jadi ada bensin yang terbuang.

 

Yang penulis alami berbeda. Walau juga terkena macet, penulis lebih sering bisa berjalan di kecepatan konstan. Kadang pelan, kadang cepat, kadang gas mentok, tapi kebanyakan dilakukan dengan kecepatan konstan.

Dengan kecepatan yang konstan ini maka pengiritan karena akselerasi jadi tidak banyak terasa. Yang dibutuhkan adalah pengiritan pada saat jalan konstan.

Setingan transmisi CVT yang responsif membuat rpm putaran mesin lebih cepat naik. Untuk kecepatan yang sama rpmnya lebih tinggi. Karena rpm lebih tinggi maka untuk kecepatan yang sama pemakaian bahan bakar jadi lebih banyak, karena pengapian mesin otomatis terjadi lebih sering.

Itu sepertinya yang membuat motor penulis sekarang jadi jauh lebih irit. Sekarang Suzuki Spin lebih irit dari Honda Beat ESP standar, walau ccnya spin itu 125cc, walau spin masih pakai karburator.

Sebelum dan sesudah perubahan CVT, penulis selalu menggunakan cara akselerasi halus, pakai digiring. Sepertinya karena ini pula membuat perbedaan irit jadi jauh. Bila penulis pakainya gas pol terus, maka perbedaan irit bisa jadi menipis.

Karena ngegas dilakukan dengan digiring maka kerugian bensin saat akselerasi jadi lebih sedikit. Karena rpm terjaga rendah maka saat jalan konstan pemakaian bensin juga sedikit. Walau kencang juga lebih irit karena saat kencang rpm juga lebih rendah dari biasa. Saat gas pol pun lebih irit karena rpm masih lebih rendah dari biasanya, dan top speed tidak turun.

Motor akan lebih boros bila saat gas pol top speednya turun dan rpmnya tinggi.

 

Untungnya walau tarikan berat, tenaga akselerasi sangat terbantu dengan modif dan pemakaian bensin premium. Bensin premium kandungan energinya tinggi tapi oktannya rendah, dengan modif pro capacitor oktan dikatrol sehingga jadi lebih tinggi. Untuk alternatif pembaca boleh coba pakai cemenite, magnet atau penambah oktan lain.

Tenaga di rpm rendah juga terbantu dengan pemasangan pro capacitor di kabel busi. Untuk alternatif pembaca boleh coba pakai ferit atau ground strap (penulis mau bahas lupa lupa terus). Yang sudah pakai pro capacitor di kabel busi wajib melepas ferit kalau mau maksimal efeknya.

Untuk yang cara konvensional bisa dengan mengurangi aliran udara masuk/keluar. Jadi jangan pakai knalpot racing, jangan pakai filter racing. Pakai modif semacam udara vortex / cyclone / spinner, dst.

 

Kesimpulannya adalah bahwa dengan pemakaian yang berbeda maka pengaruh dari perubahan roller atau per CVT akan juga berbeda. Tidak selalu tarikan makin responsif akan makin irit. Bila jarang kena macet, maka tarikan dbuat responsif justru akan makin boros. Bila pemakaiannya di jalan lebih sering kombinasi akselerasi dan ngerem maka tarikan lebih responsif bisa lebih irit.

38 respons untuk ‘CVT matik disetel agar tarikan lebih responsif nyatanya lebih boros kalau sering jalan konstan

  1. setau ane, dulu pertama tama matic booming, banyak artikel mengatakan yang nama nya tuh transmisi CVT emang ga boleh asal bejek, jadi harus di runut cara bawa nya. karena kalo asal bejek yang ada
    1. roler cepet peyang
    2. belt cepet putus.
    3. bbm boros
    sebener nya bbm boros atau nggak tergantung diri masing masing, toh pada lomba keiritan motor pun, beda yang bawa beda hasil kan? padahal motor sama.

    Suka

    • rasanya angka segitu termasuk wajar kalau jalan nggak kencang. Ada yang pernah share Vario 125 dan 150 cuma bisa segitu juga, ada yang bahkan lebih rendah. Motor sport 250cc rasanya juga bakal lebih boros lagi kalau dipakai pelan juga.

      Suka

  2. naahhh…., karna aerox 155 ane udah dimodif pasang bearing seat cvt, dimana bearingnya diapit dua buah ring tentu menambah tinggi dudukan per cvt, ketika ditekan rumah kampas kopling maka jadi lebih keras karakter per cvtnya, memang sih respon CVT jadi membaik, jedanya hampir hilang pas buka gas awal. tapi saat jalan konstan mesin serasa agak nggerung-nggerung, jalan 50 kph RPM udah nunjuk 5000, ane berencana pasang roller 14 gram which is lebih berat 1 gram dibanding aslinya, mau coba dulu dg harapan mesinnya ngga nggerung2 amat pas jalan konstan. kalo menurut Om gimana?

    Suka

      • masalahnya ngga ada produk aftermarket atau copotan motor merek lain yg lebih lembek kekerasan pernya dari punya aerox, lha wong standarnya saja katanya punya spek cuma 700/800 RPM koq, per cvt honda rata2 kekerasannya 1000 rpm keatas, makanya ane mau coba cara lain guna ngimbangi per cvt yg bertambah kekerasannya itu dg mengganti roller lebih berat dg bobot roller 1 gram rata, ngga main oplosan karna bikin keausan rumah rollernya ntar berbeda.

        Suka

          • ada mereknya CLD (Champion Development Leader) ownernya orang Ciledug klo gak salah, sama merek Kawahara, bedanya klo kawahara udah dilapisi Teflon pada permukaan rollernya, entah tujuannya buat apa tapi mengingat teflon itu sebagai pelicin mungkin biar rollernya mudah bergerak turun – naik kali.

            Suka

            • Wah rumit juga ya. terima kasih sharingnya. teflon selain pelicin mungkin agar lapisan tidak mudah lepas nggak langsung besi lawan besi.

              Suka

          • kalo bicara kualitas ya Roller merk Dr. Pulley, ini sliding roller, bentuknya kayak segitiga, membuat pulley posisinya lebih rendah saat mesin idle dan lebih tinggi saat full throttle, yg artinya akselerasi lebih bagus dan top speed lebih kuat, ini ada penjelasan videonya

            tapi sliding roller dr. pulley hanya bisa dipake pada pulley standar pabrik, tidak bisa pada pulley kerokan atau aftermarket.

            Suka

            • terima kasih infonya. Dari penjelasan cocok untuk menambah tarikan di rpm rendah dan menambah top speed. Sepertinya kalau sudah pakai dr pulley nggak perlu lagi modif kerokan.

              Suka

    • Wah apa nggak terlalu berat?

      Karena roller itu merubah hubungna rpm dengan kecepatan. Motor akan lebih irit bila di kecepatan tertentu punya rpm lebih rendah. Tapi ada syaratnya, tenaganya harus ada. Kalau pas tenaganya nggak ada, karena rpm terlalu rendah, maka motor justru jadi boros.

      Sama seperti cari akselerasi maksimal, untuk cari irit maksimal itu perlu coba coba juga. Nggak bisa pakai teori karena konstruksi CVT dan mesin beda beda.

      Suka

  3. Sulit mencari artikel otomotif yg kredibel walaupun dari M+ atau yg lainnya.
    Paling mudah ya dicoba sendiri, modal sendiri.

    Pengalaman saya coba2 roller.
    1). Easy JR std 7.5 gr pakai 9, 10, atau 12gr. FC jauh lebih irit.

    2). Vario 125 std 15.5 gr pakai 12gr. Gak ngaruh apa2 di FC.

    3). Nex II std 12 gr pakai 9 gr. Jadi boros (54 kmpl jadi 49 kmpl).

    4). Spin std 12 gr. Saya pakai 9gr, 13gr, 14gr. Saya gak merasakan perubahan signifikan. Ntar saya coba lagi dengan catatan yang lebih detil. Saya mencatat FC menggunakan aplikasi yaitu dgn mencatat posisi odometer dan volume pengisian bbm. Susahnya memakai aplikasi ini ada subjektifitas ketika kita mengisi bbm. Kadang full sampai luber, kadang gak. Tanki spin 3.8 lt. Tapi gak tau posisi 3.8 lt itu di titik mana. Kalo luber kayaknya > 4 lt.
    Tapi kalo sudah puluhan kali pengisian tentu bias nya lebih sedikit dan akan dpt nilai Rata2. Sekarang rata-rata 36.x km/lt.

    Suka

    • Oke tiba2 timbul dalam pikiran saya, memperberat roller akan secara signifikan memperirit FC untuk matic tipe torsi (macam Kymco Easy JR, Honda Beat). Tipe matic yg power menengah atas kayak Spin dan Vario 125/150 kyknya gak terlalu berpengaruh.

      Suka

      • Untuk yang rollernya sudah berat rasanya tidak berpengaruh. Kalau roller terlalu berat ada efek efisiensi kurang juga. Akan sangat tergantung dari kecepatan yang dipakai.

        Suka

    • Terima kasih banyak sharingnya. Sangat berguna infonya. Sekarang ini motor Spin saya pakai 15 gram sepertinya. Jadi irit walau saat gas pol, tapi tarikan jadi lambat. Irit di atas Honda Beat di bawah Suzuki nex II.

      Suka

      • saya makai 14 gr berharap akan meningkatkan efisiensi tapi nyatanya gak ngaruh apa2, karena memang tidak pas dengan penggunaan. motor sering dipakai jarak dekat, jalan banyak belok2 walaupun lancar.

        Suka

      • Kalau mau tarikan cepat, ganti pakai per sentri Beat KVY (karbu), lebih mantap lagi kalau pakai kampas kopling NMax (tapi harus pakai tatakan punya Hayate). Coba aja mas insyaallah gak akan menyesal.
        Oiya kampas sentri di Spin sudah tidak pakai punya Beat ori, saya ganti dgn TDR 1000 rpm. Kampas Beat terlalu responsif, Spin yang makai instri saya, tarikan responsif terlalu berbahaya.
        Spin pakai per sentri Beat KVY + kampas kopling Nmax lebih responsif daripada varian Beat dan Scoopy standar.

        Suka

          • Mungkin bisa dicoba pakai per beat dulu, kalo kurang signifikan berarti kampas Nmax yg lebih berperan. Tapi Feeling saya lebih ke per sentri.

            di forum Kymco ada yang bilang per sentri kymco yg rata-rata 2000 RPM itu karena pertimbangan safety, biar pas narik gas motor gak langsung jalan. Karakter Suzuki kan semua matic nya begitu.

            Per beat itu kira2 cuma 800 RPM, sangat lembek, sehingga kopling cepat mekar mencengkram mangkok kopling.

            Suka

Bagaimana menurut bro?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.