Teknologi mesin crossplane adalah sesuatu yang dibanggakan Yamaha dan FBY.
CROSSPLANE ATAU FLATPLANE, MANA YANG LEBIH UNGGUL?
Secara perhitungan mekanis teknologi Crossplane lebih baik dari Flatplane khususnya untuk aplikasi pada motor balap. Walau sedikit kalah di awal, tapi motor ini sangat baik di putaran atas atau pada kecepatan tinggi. Dan pasti akan sangat nyaman saat berada pada Top Speed dikarenakan minimnya vibrasi.
Tapi pada kenyataannya di lapangan berbeda dengan penjelasan tersebut ataupun penjelasan di artikel berikut ini:
Teknologi Ini Bikin Yamaha YZR-M1 Gampang Dijinakkan dan Minim Getaran
Hal ini dikarenakan sistem crossplane crankshaft ini sangat lembut dan jauh lebih halus. Sistem yang jauh lebih halus membuat pembalap tidak merasakan efek agresif, sehingga menganggap motor terasa lambat.
Di lain sisi, mesin tersebut didesain untuk memberikan tingkat redaman getaran mesin yang sempurna, memanfaatkan gaya tolak poros engkol yang saling bersilangan. Hasilnya, Yamaha M1 mampu melakukan manuver di tikungan dengan sangat stabil dan kontrol yang maksimal.
Karena pada kenyataannya, pada balapan tahun ini performa mesin crossplane dianggap mengecewakan baik pada putaran mesin tinggi maupun pada pengendalian tenaga.
Rossi Bongkar Alasan Motor Yamaha Keok Dari Honda Dan Ducati, Mesin M1 Stagnan
Motor Yamaha M1 membopong mesin inline 4 silinder menggunakan counter-rotating crankshaft atau backward crankshaft, berbeda dengan lainnya yang menggunakan forward-rotating crankshaft saat itu. Selain arahnya, frekuensi entakan piston dengan crossplane crankshaft juga jadi kelebihan YZR-M1. Mesin berasa lebih halus jadi mudah dikendalikan, walaupun risikonya ledakan tenaga mesin tidak sebesar flatplane crankshaft.
Namun kini, YZR-M1 sedang jadi pesakitan, terutama dalam dua musim terakhir di MotoGP.
Motor juga susah dikendalikan:
Aragon MotoGP: Rossi: Engine freeze not hurting Yamaha
In other words, the acceleration problems – “we spin too much and are not able to put enough power on the ground. At the same time, we use the rear tyre too much” – were spotted after the halfway stage of last season.
Rossi: Yamaha needs a “miracle” to avoid winless year
“I slide so much on the rear, straight and on banking so I can’t push. I am really slow going into the corner, that is the problem.
Dan sumbernya adalah softwarenya nggak bisa mengatur tenaga mesin dengan baik:
Could a V4 M1 be Valentino Rossi’s silver bullet?
Since the middle of last season Rossi and Maverick Viñales have blamed the M1’s failure to win races on one performance factor: software set-up.
Jadi sekarang teknologi crossplane sudah tidak musimnya lagi dibanggakan. Mungkin bakal muncul Yamaha R1 V4 juga?
Yamaha lemot karena rossi bukan Iwata ngga mau gerak cepat,salah sendiri pakai mesin angkot,atau bisa jadi kalo yamaha pakai mesin V4,yamaha larinya beringas tidak bisa di kendalikan,dan rossi belom siap jatoh jumpalitan kaya marquez,karena gaya balap rossi di kenal paling santai
SukaSuka
Iwata minta maaf ke Rossi tapi:

SukaSuka
bukannya karena salah menentukan bobot kruk as ya? tahun ini kruk as-nya terlalu
ringan, kesalahannya engga bisa diaplikasikan flywheel balancer di luar
mesin karena inline 4 udah terlalu
lebar
SukaSuka
Tapi kata Rossi mesin 2019 sama saja payah:
Rossi underwhelmed by first ’19 Yamaha engine tryout
Ia kecewa, kalau mesin begitu terus ia prediksi bahwa pembalap harus berjuang keras hanya untuk bisa meraih top 10.
SukaSuka
wkwkwkwk….., ada yang menyalahkan faktor rossilah, menyalahkan karna pakai mesin angkot lah, trus kalo pakai V4 ntar jadi beringas-lah, hahaha…..terlihat dangkal sekali pemikirannya, kasian sekali…, padahal mesin yg dipakai M1 itu kalo dipikir bodoh2an tidak 100% angkot, emangnya mesin angkot walau sama2 4 silinder itu pake crossplane crankshaft? hahaha….., semoga paham!
SukaSuka
AFAIK crossplane crankshaft I-4 itu memiliki kelebihan dibanding flatplane crankshaft I-4 yaitu mampu mengurangi inertial torque secara signifikan, inertial torque adalah torsi yang ditimbulkan oleh gerakan inersia dari bandul kruk as saat dia berputar, sedangkan combustion torque dihasilkan dari throttle alias dari hasil pembakaran BBM di ruang bakar, combustion torque keluarannya bisa diatur oleh rider (sesuai buka tutup throttle) sedangkan inertial torque tidak bisa diatur, karena pengaruh flatplane crankshaft dimana posisi bandul kruk as berjarak 180 derajat dengan bandul lainnya sehingga menghasilkan momen inersia yg besar saat kruk as berputar, yg membuat motor jadi lebih susah dikendarai (jika tidak didukung elektronik yg sophisticated) oleh rider, maka dari itu untuk mengurangi inertial torque Yamaha menggunakan model Crossplane Crankshaft dimana tiap masing2 bandul kruk as mesin 4 silindernya memiliki jarak 90 derajat (satu putaran penuh kan 360 derajat), dengan model bandul yg berjarak berdekatan maka saat bandul berputar momen inertia bisa dikurangi (tidak 100% hilang), mesin pun bisa lebih relax, maka hasilnya mesin lebih smooth, respon throttle lebih baik, rider lebih percaya diri melibas tikungan.
Akan tetapi…., model crossplane crankshaft ini punya kelemahan utama yg sangat berpengaruh terhadap performa mesin, yaitu lantaran masing2 kruk as berjarak 90 derajat maka saat berputar jadi tidak berimbang karna masing2 crankshaft tidak punya pasangan untuk saling melawan gaya tolak menolak pas mesin berputar, kalo mesin inline 4 biasa yg berjarak 180 derajat maka saat kedua piston berada di TMA maka akan diimbangi dengan dua piston lainnya yg berada di TMB, sehingga masih ada pasangan untuk melawan gaya tolak tersebut, oleh karena itu mesin crossplane crankshaft pasti membutuhkan balancer tambahan yg berfungsi menyeimbangkan kruk as yg “imbalance” tersebut. pemakaian balancer tambahan inilah yg sekaligus menambah beban mesin sehingga mengurangi power yg disalurkan ke roda belakang, ditambah bobot kruk asnya sendiri yg sudah berat lantaran mesin inline 4 memiliki kruk as yg lebih panjang dibanding mesin V4, membuat jenis mesin ini kurang cocok kalo dibilang bagus buat tenaga di putaran atasnya, sekaligus ini juga menyangkal pendapat tulisan dari sumber di artikel diatas yg mengatakan bahwa crossplane cranskhaft performa di putaran atas lebih baik itu tidaklah benar, yg ada justru lebih payah karna beban rugi2 geseknya lebih besar, bahkan dibandingkan dengan mesin inline 4 biasa sekalipun, sesuai fakta dilapangan, superbike R1 performanya tetep masih kalah nampol dibanding superbike bermesin flatplae crank biasa macam BMW S1000RR, ZX 10R, atau GSXR dan yg pasti motor2 yg ane sebutkan juga termasuk motor mesin angkot, wkwkwkwk….
Dan mesin V4 sendiri itu ada beberapa jenisnya, tidak lantas dianggap semua yg pake mesin v4 = hebat, mesin V4 yg dipake Honda dan ducati itu bersudut 90 derajat yg memiliki keunggulan mutlak, yaitu punya balancer alami, kalo dijelasin lebih detail bakal lebih panjang ceritanya, hehehe…
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih banyak penjelasannya.
Yang menurut saya juga berperan adalah cross plane membuat ban lebih sering bekerja sehingga grip saat akselerasi tidak sebaik yang flat plane:
Padahalnya idealnya dibuat lebih jarang (big bang):

SukaSuka
https://www.gridoto.com/amp/read/01265437/mesin-big-bang-yamaha-yzr-m1-yang-dipakai-valentino-rossi-sebenarnya-bisa-bikin-awet-ban-saat-balap?page=2.
“Prinsipnya tinggal kemampuan engineer elektronik bikin bagaimana tenaga dari mesin bisa seirama dengan daya cengkram ban,” tutup Furusawa.
Tahun ini kalau teknisi elektronik kubu Yamaha bisa mengatur data sesuai kebutuhan pembalap, Yamaha YZR-M1 akan membahayakan Ducati dan Honda.
Terbukti Valentino Rossi dan Maverick Vinales masih bisa mencicipi podium meski segudang masalah tahun ini.
Jadi, Furusawa sejak dulu kasih signal kuncinya di teknisi elektronik.
SukaSuka
Perlu diketahui mesin inline 4 crossplane itu berbeda dengan inline 4 biasa, dari suaranya saja beda signifikan son…. jadi jangan asal nyeplos… Inline 4 crossplane itu cara kerjanya hampir sama dengan v4 nya ducati dan honda . Masalah yamaha itu ada di eloktronik / ecu akibat regulasi penyeragaman ecu… perlu bukti? Lihat performa yzr m1 sebelum ecu seragam yaitu di tahun 2015 kebawah..! Yamaha sangat mendominasi dengan 2 ridernya yaitu jorge lorenzo dan rossi… Jadi diharap lebih berhati hati saat menulis artikel, jangan hanya berdasar pada klaim dan naluri saja son
SukaSuka
Yang jadi keunggulan dari cross plane adalah power delivery. Harus diketahui bahwa power delivery itu bukan horse power tapi bikin ban nggak selip waktu akselerasi. Ini kata Yamaha:
2009 YZF-R1
Tapi karena itu, tenaga puncak jadi berkurang. Masao malah ngomong lambat:
Masao Furusawa reflects on MotoGP career
Dan ketika sistem elektronik dipaksa pakai yang primitif, power delivery justru yang jadi salah satu masalah utama. Artinya keunggulan crossplane jadi nilai minus
SukaSuka