Lho, mesin Ducati Multistrada V4 nggak lagi pakai desmodromic? hanya demi servis


Ducati barusan meluncurkan mesin V4 yang akan dipakai di Ducati Multistrada.
Ducati V4 Granturismo engine – death of the desmo?

Yang mengejutkan adalah motor ini tidak lagi pakai teknologi desmodromic, yang sudah menjadi ciri motor kencangnya Ducati:

Desmodromic itu modelnya seperti ini:
Ducati CEO Dishes on V4 Superbike Details

Banyak blog/media yang mengatakan bahwa hal ini dilakukan karena motornya nggak butuh rpm tinggi, memang motor adventure sih. Tapi tenaga maksimalnya masih termasuk besar, 170 hp di 10,500 rpm dan torsi maksimal 125 Nm di 8750 rpm. Ini tenaga setara Honda CBR1000RR sebelum ada -RR nya.

Penulis lebih setuju dengan pendapat bahwa Ducati ingin membuat mesin yang lebih bebas perawatan.

Salah satu hal yang dilakukan tiap kali servis moor Ducati adalah untuk menyetel valvenya. Rupanya ini dianggap ribet dan makan waktu. Dan dengan merubah mekanisme jadi model pakai per, servis untuk mesin ini jadi bisa diperpanjang menjadi 60 ribu km, seperti penulis jelaskan sebelumnya:
Wah, waktu servis Ducati V4 1158 cc lama banget, tiap 60 ribu km!

Tujuannya untuk memcahkan rekor sepertinya. Sebelumnya 15 ribu km. Katanya dengan model pakai per, mesin juga lebih konsisten dan enak dipakai di rpm rendah.

Teknologi lain yang dipakai adalah twin pulse, counter rotating crankshaft, quick shifter up/down dan silinder belakang dimatikan ketika berhenti untuk mengurangi panas ke pengendara.

Berikut video intronya:

7 respons untuk ‘Lho, mesin Ducati Multistrada V4 nggak lagi pakai desmodromic? hanya demi servis

  1. Nah maksudnya silinder belakang dimatikan ini bagaimana pak? Bukannya silinder depan justru akan lebih “terbebani” oleh silinder belakang yang nonaktif ini?

    Suka

    • Sepertinya jalan separuh silinder. Tujuannya mengurangi panas. Untuk mesin dengan tenaga sebesar itu, rasanya pakai depan saja kuat untuk membuat mesin idle. Honda juga menerapkan cara mirip di CB400.

      Suka

      • Oke dipahami, tapi menurut Pak Cahyo soal keawetan mesin saat sebagian silinder dimatikan bagaimana? Secara logika kan mungkin kurang “balance” dari komponen-komponen yang bergerak dan bergesekan. Apakah jika lama dalam kondisi seperti itu akan ada part-part yang aus lebih cepat?

        Suka

        • Kalau soal aus rasanya tidak. Soalnya kan pernah ada yang bilang motor dengan silinder tiduran itu nggak bagus, karena jadi nggak balance. Tapi nyatanya ya ok ok saja.

          Mestinya nggak masalah selama pelumasan masih ok.

          Suka

  2. pake per klep namun sistem Shim/tappet (seperti di R25 dan satria FU) berganti menjadi rocket arm tanpa roller, tujuannya supaya buka tutup klep jadi lebih agresif dan dapat menggunakan profil noken as yg tidak begitu ekstrim, itu yg ane tau sejauh ini.

    kalo pake roller malah nambah beban momen inertia di putaran tinggi kayaknya.

    #abaikansaja

    Suka

Tinggalkan Balasan ke sucahyoaji Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.