Mengenal false positif dan false negatif akurasi tes covid-19, besar juga kemungkinan salah deteksi


Karena sekarang lagi jaman orang membludak vaksinasi, baik karena takut ataupun karena terpaksa, penulis ingin bahas soal vaksin. Namun karena bahannya banyak, terpaksa bahas soal akurasi tes covid-19 nya, realitanya.
HASIL RAPID TEST SUDAH KELUAR, TERDAPAT 8 PASIEN REAKTIF DARI 6 TITIK RAPID TEST MASSAL

Tentu penulis nunut penelitian yang sudah meneliti. Dan menurut penelitian, akurasi tes covid-19 itu bisa beda beda. Tesnya sendiri dibagi menjadi 2, yang pertama adalah antigen yang sering disebut juga dengan rapid test. Yang satunya adalah molecular tests (atau PCR tests, viral RNA tests, nucleic acid tests).

Yang namanya tes akan bisa menimbulkan ketidak akuratan. Ketidak akuratan ini sering dicerminkan sebagai false positif atau false negatif. False negatif adalah hasil yang negatif padahal sebenarnya orangnya kena. Sementara false positif itu padahal orangnya nggak kena tapi kedeteksi positif.

Berikut kesimpulan berdasarkan data, perbandingan dari 4 merek antigen, yang dalam tanda kurung adalah rentang akurasi yang didapat:
Handling and accuracy of four rapid antigen tests for the diagnosis of SARS-CoV-2 compared to RT-qPCR

Table 2: Performance of four rapid antigen tests for SARS-CoV-2 compared to RT-qPCR.

Test Sensitivity % (CI95) Specificity % (CI95) Accuracy % Kappa coefficient
I SARS-CoV-2 Rapid Antigen Test (Roche) (n positive = 84; n negative = 100) 49.4 (38.9−59.9) 100 (96.3–100) 77.1 0.52
II COVID-19 Rapid Test Device (Abbott) (n positive = 84; n negative = 100) 44.6 (34.3−55.3) 100 (96.3–100) 74.8 0.46
III MEDsan SARS-CoV-2 Antigen Rapid Test (n positive = 84; n negative = 100) 45.8 (35.5−56.5) 97 (91.5–98.9) 73.7 0.45
IV CLINITEST Rapid COVID.19 Antigen Test Siemens (n positive = 72; n negative = 100) 54.9 (43.4−65.9) 100 (96.3–100) 81.2 0.58

Hasil itu diterjemahkan berikut ini,
Are Rapid COVID-19 Test Results Reliable?

Jadi sepertinya sensitivity itu adalah untuk true positive, dan specificity adalah untuk true negative. Terlihat bahwa tes antigen bisa memberikan false negatif yang besar dan jarang memberikan false positif. Kalau nggak ketularan dijamin hasilnya negatif. Kalau ketularan masih ada resiko kedeteksi negatif.

Kalau kumpul kumpul dengan yang sama sama rapid tesnya negatif, masih ada resiko ketularan karena yang hasil tesnya negatif pun ada kemungkinan kena covid tapi lolos.

Akurasi berbagai merek tes PCR dijelaskan di link berikut ini:
Molecular diagnostic technologies for COVID-19: Limitations and challenges
COVID-19: a meta-analysis of diagnostic test accuracy of commercial assays registered in Brazil

Selain itu dijelaskan bahwa hasil false negatif bisa terjadi karena kesalahan prosedur:
Review of Current COVID-19 Diagnostics and Opportunities for Further Development

Seperti semua tes diagnostik, hasil negatif palsu dapat terjadi dengan RT-PCR. Negatif palsu telah dilaporkan terjadi pada ~30% (kisaran 10–40%) pasien dengan COVID-19 ( 15 ). Faktor yang berkontribusi mungkin termasuk (a) pengumpulan sampel ketika viral load rendah (misalnya, awal setelah terpapar dan sebelum puncak terkait dengan timbulnya gejala, atau akhir perjalanan penyakit), (b) teknik pengumpulan sampel yang mengakibatkan penurunan kualitas atau kuantitas , (c) pelestarian yang tidak memadai dari virus RNA yang tidak stabil, karena spesimen dapat terdegradasi tanpa media transportasi atau penyimpanan yang sesuai, dan (d) keterbatasan teknis tes RT-PCR ( 3 , 15 , 127 – 130). Satu analisis gabungan menemukan kemungkinan hasil negatif palsu berkisar dari 100% pada hari 1 setelah infeksi hingga 21% pada hari 9 hingga 66% pada hari ke 21 ( 129 ). Hasil negatif palsu dapat diatasi dengan menyesuaikan waktu pengumpulan swab dan pengujian ulang dalam konteks kecurigaan yang tinggi ( 12 ). Tes PCR tinja positif dengan usap faring negatif telah dilaporkan pada pasien dengan gejala GI yang dominan. Dengan demikian, pengambilan sampel anal telah dipertimbangkan ketika ada kekhawatiran bahwa pengujian NP mungkin negatif palsu ( 131 – 133). Interpretasi spesimen anal harus memperhitungkan bahwa asam nukleat yang berkepanjangan tidak selalu mencerminkan adanya virus menular. Selanjutnya, pengujian tidak boleh dihindari untuk meningkatkan tingkat deteksi kasus, tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan masyarakat.

Sensitivitas uji dapat dipengaruhi oleh mutasi alami di wilayah primer, yang dapat menghasilkan negatif palsu ( 134 ).

Sementara hasil false positif juga bisa terjadi. Di yang berikut ini dijelaskan bahwa orang yang kena demam berdarah bisa kedeteksi sebagai kena covid:
Serological cross-reaction and coinfection of dengue and COVID-19 in Asia: Experience from Indonesia

Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa hasil positif palsu dapat terjadi untuk serologi COVID-19 di antara pasien demam berdarah dan, sebaliknya, serologi dengue di antara pasien COVID-19 ( Lustig et al., 2020 ). Reaktivitas silang antara SARS-CoV-2 dan DENV saat menggunakan tes serologi cepat akan menjadi hambatan yang signifikan untuk mengandalkan diagnosis laboratorium COVID-19 (serta demam berdarah) berdasarkan penggunaan tes serologi cepat, terutama di fase awal infeksi. Tinjauan sistematis terhadap 15.976 sampel mengungkapkan ketidakcukupan hasil gabungan untuk IgG, IgM, IgA, antibodi total, dan IgG/IgM (menggunakan kombinasi ELISA, immunoassay chemiluminescence, dan uji aliran lateral). Sementara sensitivitas dari semua pendekatan kurang dari 30,1% selama minggu pertama timbulnya gejala ( Deeks et al., 2020), angka tersebut meningkat pada minggu kedua dan mencapai tertinggi pada minggu ketiga; 72,2% (hari 8-14), 91,4% (15-20 hari), dan 96,0% (21-35 hari) untuk kombinasi IgM/IgG ( Deeks et al., 2020 ). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tes antibodi, khususnya tes cepat yang menggunakan immunoassay aliran lateral, memiliki manfaat terbatas dalam pengujian di tempat perawatan.

Salah deteksi juga ada hubungannya dengan waktu gejala juga:
Testing for SARS-CoV-2 (COVID-19): a systematic review and clinical guide to molecular and serological in-vitro diagnostic assays

ruwet.

Soal vaksin menyusul.

10 respons untuk ‘Mengenal false positif dan false negatif akurasi tes covid-19, besar juga kemungkinan salah deteksi

  1. Lumayan,
    Jadi kalo negatif rapid antigen hampir pasti negatif (97-100%)
    Tapi kalo positif rapid antigen bisa jadi cuma false positif (~50%)

    Jadi kalo antigen jangan cuma 1x,
    2x atau 3x kalo ada 1 saja hasil negatif berarti ya negatif

    Justru kalo PCR negatif jangan senang dulu, bisa jadi false negatif

    Suka

  2. kalo udah vaksin 2x tetep pake masker kenapa itu ? 2 lapis pula,di negara eropa malah bebas,boleh pake boleh ngga

    Suka

  3. […] Yang perlu dipertanyakan juga adalah apa yang terjadi ketika orang yang sedang kena covid (dengan atau tanpa gejala) di vaksin. Padahal yang penulis tahu, orang mau divaksin itu nggak pakai diuji covid dulu. Dan juga, rapid test itu bisa meloloskan orang yang kena covid (rasio 50% gagal deteksi orang kena covid): Mengenal false positif dan false negatif akurasi tes covid-19, besar juga kemungkinan salah deteksi […]

    Suka

Bagaimana menurut bro?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.