Dilihat dari 5 faktor kenyamanan, apa memang ada pilihan motor matik Honda yang nyaman?


Seperti yang penulis sudah pernah bahas sebelumnya, penulis berniat beli motor lagi. Dan untuk kali ini, penulis sama sekali nggak mau beli motor Honda.

Alasannya adalah karena motor baru Honda pada mengerikan faktor kenyamanannya.

Kenyamanan itu bisa dibagi menjadi 5 faktor.
– ergonomi
– kenyamanan jok
– kenyamanan suspensi
– getaran mesin
– kasarnya suara mesin

Dari sisi ergonomi menurut penulis motor matik Honda itu pada nggak pas semua. Apalagi kalau acuannya dengan ukuran tubuh rider laki di Indonesia. Rasanya nggak ada motor matik yang pas.

Cirinya lihat saja ujung kaki dari rider yang mengendarai motor Honda. Sangat jarang sekali ujung kakinya ada di dek. Pasti menjulur keluar. Mau itu kelas 115 cc, 125 cc, ataupun 150 cc. Mulai dari Beat hingga ADV pada begitu semua.

Untuk kelas 115 cc, yang terutama bikin nggak enak adalah posisi tempat duduk yang pendek. Jarak antara tempat duduk dengan dek terlalu dekat sehingga saat duduk maka lutut akan lebih tinggi dari pantat. Ini posisi duduk yang nggak enak dan bikin capai.

Selain itu posisi setang menurut penulis kurang pas arahnya. Terasa terlalu tegak. Entah apa yang dijadikan acuan. Padahal jok juga tidak memungkinkan rider untuk duduk lebih mundur karena dibuat bertingkat (yang juga nggak jelas tujuannya apa). Tempat duduk bertingkat juga bikin capai karena rider nggak bisa rileks merubah posisi berkendara. Dipaksa harus duduk tegak terus. Sehingga kadang malah lebih nyaman dibuat duduk ala motor sport. Duduknya di bagian penumpang.

 

Dari sisi kenyamanan jok untuk kelas 115 cc jelas tersiksa. Jok terlalu tipis sehingga tulang pantat terasa langsung ke permukaan keras jok. Apa memang harga busa jok sangat mahal ya?

 

Dari sisi kenyamanan suspensi, jelas bahwa Honda lokal nggak punya ahli suspensi. Sepertinya cuma sales yang mendesain suspensi. Dicari berdasarkan tren tapi penerapannya pakai cara ngawur.

Suspensi untuk motor matik dibuat single action. Padahal suspensi single action ini cuma enak kalau motor dipakai di jalan yang mulus banget. Kalau dipakai di jalan di Indonesia yagn sering nemu jalan nggak sip, suspensi jadi bikin kacau.

Penyebabnya adalah suspensi single action itu cuma menghambat gerakan rebound dari suspensi. Efeknya adalah saat ada perubahan permukaan jalan, maka setelah suspensi memendek, bakal sulit untuk kembali ke posisi semula. Kalau perubahan permukaan jalan terjadi banyak, maka suspensi akan jadi makin pendek. Kalau sudah pendek maka suspensi jadi mentok dan bakal terasa seperti suspensi digantikan oleh batangan besi. Jelas nggak bisa nyaman. Jelas ahli suspensi Honda itu ngaco.

Teknologi yang ditawarkan juga begitu. Per dengan tiga tingkat kekerasan diperkenalkan bersamaan dengan Honda PCX lokal. Tapi kok ngaco banget per yang paling empuk itu jadi mentok ketika dinaiki? Hasilnya bagian per yang paling empuk jadi tidak berfungsi, tidak ada gunanya dan jadi menghabiskan tempat. Hasilnya adalah suspensi jadi nggak empuk tapi gampang mentok, gampagn habis suspensinya.

Dan sepertinya sales suspensi Honda berusaha memperbaiki ini di versi Honda ADV. Tapi kok bagian per yang paling empuk nggak dirubah dan malah bagian yang keras dipanjangkan? Hasilnya bagian per yang paling empuk jadi nggak berguna dan secara keseluruhan per jadi keras.

Honda Vario itu katanya perfect:

Review blogger terkenal bilang Honda Vario nyaman. Tapi saat penulis coba sendiri, penulis jadi ingin memaki yang melakukan review itu. Nyaman dimananya? Ruang kaki kurang, terus suspensinya kueras banget, nggak cuma sedikit lebih keras saja. Ini sebabnya penulis bilang yang mendesain suspensi matik Honda itu sales. Pasti kalau ditanya alasannya adalah suspensi keras bikin stabil. Orang Indonesia sih percaya saja. Dimakan mentah mentah. Kalau di luar negeri pasti diketawain karena orang sana beli suspensi ohlins itu karena selain lebih stabil dan lebih aman, dinaiki juga masih empuk dan nyaman. Karena memang pernya disesuaikan dengan berat badan mereka.

Stabil itu nggak harus keras mas bro. Coba deh pakai motornya di jalan paving atau jalan beton dengan kencang. Apa ya stabil? Kalau suspensi bagus itu akan terasa empuk dan stabil bro. Perfect apanya?

Setahu penulis motor matik Honda di Thailand atau di luar negeri nggak pakai suspensi hasil karya sales Honda lokal. Jadi kenyamanan mestinya bakal beda.

 

Umur suspensi juga pendek. Karena memang pakai teknologi kuno. Jadi ingat jaman karbu yang Honda jadi beda sendiri karena masih tetap saja pakai karbu kuno ketika merek lain karbunya sudah revisi berkali kali.

Tapi harus diakui Honda memang hebat, walau teknologi suspensinya kuno, nggak nyaman dan nggak awet, masih tetap ada saja yang memuji.

 

Kemudian soal getaran mesin. Mungkin yang versi lebih atas beda, tapi yang jelas Honda Beat eSP itu nggak layak banget soal getaran mesin ini. Apalagi kalau olinya pakai AHM Oil. Dijamin makin kacau rasanya dikendarai. Getaran mesin bikin tangan kesemutan dan capai sehingga saat tiba di tempat tujuan harus meluangkan waktu untuk istirahat dulu sebelum melakukan apa apa.

Selain getaran, suara mesin juga mengganggu. Penyebabnya sih terutama karena kualitas oli mesin AHM Oil yang di bawah standar.

Mesin direkomendasikan pakai oli encer, 10W30. Padahal oli lebih encer itu film strengthnya kurang. Wajib ditambahi aditif agar bisa kemampuannya setara dengan oli yang lebih kental. Ini harusnya bakal oli lebih mahal.

Tapi apa yang terjadi? Oli matik itu biasanya harganya paling murah. Pabrikan tentunya nggak bakalan pakai aditif mahal mahal untuk oli murahan. Andalannya biasanya adalah aditif extreme pressure semacam molybdenum. Oli mesin yang harusnya mengandalkan film strength, jadinya mengandalkan aditif. Jadinya oli jadi nggak awet.

Harga murah juga bikin pabrik oli nggak mungkin pakai aditif VI improver yang mahal (karena tuntutan VI yang tinggi di oli 10W30). Efeknya pakai aditif VI improver yang murah adalah oli jadi terlalu cepat encer habis motor dipakai kencang. Efeknya oli jadi makin nggak layak melindungi dan aditif molynya jadi makin cepat habis. Wajar bila kemudian suara mesin jadi kasar.

Hal ini diperparah dengan tidak sipnya QC di motor Honda, sehingga beberapa konsumen mendapatkan mesin yang ngelitik, termasuk salah satunya penulis. Suara ngelitik ini sangat mengganggu kenyamanan juga terutama ketika lewat di jalan sepi. Untungnya dengan pakai oli berkualitas dan tidak lupa pakai minyak goreng (juga pro capacitor) suara mesin tidak mengganggu lagi.

 

Intinya sih nggak bakal beli motor matik Honda. Mau cari yang nyaman susah.

versi audio:

70 respons untuk ‘Dilihat dari 5 faktor kenyamanan, apa memang ada pilihan motor matik Honda yang nyaman?

      • Honda win kan motor dulu, adikku saja dibelikan yg tahun 2000 masih sangat enak, saya setuju kualitas sok part ori yg dijual menurun, karena win adikku sok aslinya bisa tahan 15 tahun, setelah ganti tidak seenak sok asli bawaan motor!

        Suka

    • 90% yg beli H cuma karena irit bensin,mau jok keras,kaki sempit,shock keras,bodi kriuk bodo amat yg penting buat kerja & pulang kampung ngga banyak duit buat beli bensin

      Mau matic nyaman harusnya pilih matic taiwan

      Suka

      • Mitos Honda irit itu sudah ditanamkan sejak puluhan tahun mas bro, sejak masih jaman bebek C70, Supercub, Astrea series, motor sport CG, CB, GL series, semua dgn mesin 4 stroke. Sementara kompetitor Yamaha, Suzuki dan Kawasaki masih bermain dgn mesin 2 stroke. Sebut saja bebek Yamaha C70, Robot, Alfa, FIZ, motor sport seri RX, dll demikian pula Suzuki dgn varian bebek dan motor sport nya.
        Kalau di jaman baheula seperti itu mau adu irit ya jelas 4 stroke rajanya irit, lha sekarang semua merk sudah sama pakai mesin 4 stroke, keunggulan irit sudah tidak bisa dijadikan tolok ukur lagi. Terbukti dalam beberapa case untuk motor Honda type tertentu ternyata kalah irit dari kompetitor.
        Tapi disinilah hebatnya marketing Honda bisa melakukan brain wash kepada mayoritas konsumen di negeri +62 ini. Image yang menancap kuat, sulit untuk dilawan kompetitornya, tentunya juga ada faktor finansial yang berperan disini.

        Suka

      • Yg beli Honda karena udah kemakan merk kan, setuju matik Taiwan nyaman, pernah punya Kymco free lx sangat nyaman, jauh lebih nyaman daripada beat bahkan Vario jaman sekarang…

        Suka

  1. setuju klo masalah QC honda payah, beli beat baru turun dari dealer tapi rangka sambungan footstep belakang malah udah berkarat, dan waktu pake oli gratisan mpx2 pas pergi ke bogor tenaga loyo sama getaran cukup mengganggu. tapi menurut saya klo daya tahan mesin jadul beat esp cukup badak juga daya tahannya. sering jalan nonstop 4 – 6 jam perhari. ga pernah ganti filter udara sampe kilometer 74100. pake oli murahan pula dan udah setahun lebih ga servis injeksi. yang paling mengecewakan kualitas suspensi sama body yg kualitas nya kayak kerupuk. klo buat sehari2 lebih prefer ke mesin cc kecil, air cooled + SOHC 2 klep, klo ga di aneh2in insya Allah badak daya tahan nya. klo buat nyari performa, dan perawatan ga terlalu mahal saya kira cuma 2tak jawabannya

    Disukai oleh 1 orang

    • Wah. berkarat nggak ketahuan QC itu parah.

      Nggak pernah ganti filter tapi tetap dibersihkan kan?

      Iya, mesin bisa awet kalau nggak pakai oli resminya.

      Untuk saya, nggak butuh motornya saja yang tahan, yang mengendarai juga harus tahan.

      Suka

      • kadang2 saya cuci pakai detergen, di sikat lalu di jemur tapi jarang sih. kalau oli awal nya pake motul. tapi pas baca artikel di blog ini saya lupa judul nya klo mesran super lumayan rendah tingkat penguapan nya akhirnya saya coba pke mesran super.

        Suka

        • Mungkin perlu dicoba diberi wing porselen habis itu di cat karatnya.

          Kalau sudah nggak pakai oli AHM Oil, lalu pakai motul atau mesran super rasanya wajar banget kalau mesin jadi awet 🙂

          Suka

  2. Matic honda paling nyaman ya vario 110 karbu
    Jok empuk, suspensi empuk, mesin halus tanpa getaran

    Cuma starternya yang kasar, begitu jalan nggleserrr

    Suka

  3. Kalo yang saya rasakan motor matic H itu gredek, komstir juga mudah kendur, kalau di aspal mulus enak, di jalan cor mulai gak nyaman, jalan aspal tambalan gak enak, poldur juga, apalagi jalan rusak harus pelan2, plastik body kalau sudah pecah sulit di lem.

    Suka

  4. Motor Ndaho itu bagus karena salah satunya faktor adanya para blogger dan pihak terkait yg terafiliasi dg AHM, komplit ada yg tugasnya sbg corong, watch dog, guard dog, maupun attacking dog, dlsb, makanya kualitas dan pamornya selalu terjaga bagus image nya selalu bagus, hasilnya market share 70% dapat dijaga meskipun dimasa pandemi.

    kalo merek lain terutama cap garpu karatan jangan harap bagus, wong ngebulnya aja sampe tujuh turunan kok 😀

    #AbaikanSaja
    #Mikir
    #SkipSaja

    Suka

  5. Sudahlah, matuk entry H yg dicari ya ekonomisnya, ekonomis lawannya nyaman
    Dinaikin levelnya malah ga ekonomis ga nyaman haha

    Suka

    • ha ha, padahal motor Honda nggak bisa dibilang ekonomis. Konsumsi bensin di kelasnya tidak yang paling irit. Biaya servis termasuk yang kemahalan karena banyak biaya aneh aneh. Contoh busi dan filter udara dipaksa beli lagi tiap servis. Belum biaya carbon clean yang 150 ribu padahal Honda punya carbon clean campur ke tangki yang 25 ribuan (ini malah sering nggak kehabisan)

      Suka

  6. …… artikel isi nya mengkritisi ploduk 2x honda yg memang jelek di desain dan di qc final produk …..mungkin efek ngejar profit sebesar besarnya hingga jk beli part di purna jual ngk pernah lengkap pasti ada yg banyak kosong …..hingga petugasnya yg malu sendiri mungkin dah tebal muka……mau irit cc kecil, mau empuk jok roti sobek, ….pakai astrea grand ….kelemahannya tekno mesin dinosaurus yg terbukti handal jk ori matrial partnya paten …..jk masih ada

    Suka

  7. Sayangnya anda benar om.. Honda gak bisa ngasih jok empuk, kayak duduk dingklek, setang ketinggian, dek Beat tinggi banget, gampang capek krn lutut nekuk, gak anatomis. Vario setang cukupan dan jok lumayan, shokbreaker keras banget, dek sempit.
    Tp ya namanya produk pasti ada plus minus om. Istri juga gitu.. Ehh

    Suka

    • Ha ha, kalau istri masih bisa diprediksi. Kalau matik motor Honda ini banyak baru paham nggak enaknya setelah kadung beli. Saya termasuk yang beruntung sempat merasakan / mengamati motor matik Honda. Kalau nggak begitu bakal jadi tertipu review ngaco juga.

      Suka

      • Kan kalau mau beli motor bisa coba coba tesdrive dulu, aku selalu pinjam pakai dulu ke teman kalau mau beli motor yg saya minati, sedangkan istri tak bisa tesdrive dulu, mau pinjam istri teman juga susah,,, itu jaman dulu yah, kalau sekarang sih pergaulan bebas udah lebih sip,kulihat aja di Twitter anak muda sekarang tak malu pamer eksiBisionis dan perzinahaannya, sayang aku lahir terlambat,, heh….

        Suka

  8. Pengalaman pake ploduk ngondah supar 125 X, baru beli langsung kaget krn shockbreaker belakang kayak nggk fungsi (klo jalannya jelek bunyi jdok..jdok), kualitas cat sangat payah, plastik bodi pada patah sendiri2 (stelah 3 th), oli mesin cepat habis, rantai tiap 3 bulan dah bunyi kasar, jok keras, pokoknya serba nggk nyaman
    Sekarang pake Address…

    Disukai oleh 1 orang

    • Wah, nggak nyangka juga ya. Skok jelek yang sepertinya bikin bodi patah. Oli mesin cepat habis bisa jadi karena oli rekomendasi yang kualitasnya di bawah standar. Rantai kasar bisa jadi karena bengkel resmi nggak becus setel rantai (harusnya dalam kondisi dinaiki).

      Suka

      • Rantai Revo 100 cc juga gitu, apakah mungkin tidak presisi desainnya? Kok sampai ada desain final gir baru pada motor produk2 berikutnya?

        Suka

        • Skoknya yang jadi sumber masalah. Kalau skok mentok, rantai ketarik. Yang jelas motor disandar tengah itu beda banget ukuran rantainya dengan saat dinaiki. Biasanya disetelnya terlalu kencang sehingga begitu dipakai pertama langsung rusak rantainya.

          Final gear tidak berpengaruh

          Suka

    • oohh saya inget, itu PT yg memproduksi salah duanya Atrea Grand dan Black Impressa yaaa, memang produknya lebih banyak kandungan logamnya daripada plastiknya.

      Suka

    • Yah kualitas Honda waktu itu cukup bagus sih, aku pernah beli baru gl100 thn 89 dan black Astrea impresa thn 97, sepeda federal juga aku pernah beli 2, kualitas juga bagus. Hanya saja motor Honda waktu itu benar benar mahal, bisa 20-30 kali gaji PNS golongan 3, sepeda federalnya saja bisa 10 kali gaji PNS, lihat saja sekarang motor Honda sangat murah hanya 4-8 kali gaji PNS golongan 3 hehehe..

      Suka

      • Serius om GL100 masih dijual baru th 89? Kirain setelah ada glpro/max sama win, gl100 diskontinyu
        Kalo masalah harga ya semua motor begitu kan, bukan ngonda aja, dan gaji asn mulai melewati swasta semenjak jaman Gusdur

        Suka

        • Serius Donk, kalau tak salah inget sampai 95 juga masih ada di dealer Honda tuh gl100,, iya jaman gusdur gaji langsung naik 150k, sayang jaman Mega udah ga pernah naik lagi, sekarang juga gitu kalau PDIP berkuasa yah jangan ngarepin naik gaji tiap tahun…

          Suka

          • Oke paham, intinya itu duit buat sejahterain rakyat mungkin dipake untuk kepentingan partai sendiri, oke paham dan cukup.

            Suka

  9. Karena hari ini pemikiran sebagian orang sudah mulai bergeser, pakai motor beli baru, sekian tahun jual lalu beli lagi dan sebagian beli ke motor dengan harga yang lebih tinggi.
    Pabrikan sudah mulai baca perilaku konsumen kearah sana, mungkin konsumen dikelas menengah hari ini akan merawat motor antara 3-4tahun sebelum dijual, lalu dikelas bawahnya akan merawat dalam waktu yang lebih lama.
    Pekerja Ojek daring juga kalau tidak salah ada batasan umur motor yang boleh digunakan.
    Sehingga pabrikan (bukan cuma Honda) berfikir memang bukan jamannya bikin motor awet, high quality dll..
    Disini saya juga lihat, produk mainstream itu lebih ditujukan ke Gimmick yang berkesan high-tech.
    Tapi produk seperti sport, itu sedikit lebih serius. Makanya saya sampai hari ini masih berpendapat naik motor sport itu lebih nyaman daripada matic, bahkan sekelas Nmax, PCX aja masih ga nyaman dibandingkan sport.
    Dan setahu saya,

    Disukai oleh 1 orang

    • Kalau menurut saya sih sebaliknya. Orang orang pada berasumsi bahwa motor Honda itu awet. Tapi setelah coba beneran, ternyata menjumpai bahwa motornya cuma enak dipakai 2 atau 3 tahun saja. Setelah itu motor jadi makin nggak nyaman atau sering banyak masalahnya.

      Asumsi pun bergeser bahwa motor itu awetnya cuma 2 sampai 3 tahun saja (padahal cuma berlaku untuk motor Honda) Sehingga muncul pola baru beli motor tiap 2 / 3 tahun.

      Iya, untuk sport sekarang masih nyaman dibanding matik.

      Suka

  10. Menurut saya, org beli motor honda, bbrp tahun kemudian pasti minta repaint. Motor beat tetangga aslinya warna merah marun, abis direpaint malah warnanya merah Ferrari, jd keliatan bgt klo pernah dicat ulang 😄

    Suka

  11. Berbagi pengalaman, agar padah membuka pikiran dan pendapat,
    kenapa produk honda jadul jauh lebih awet dan unggul drpd sekarang.
    ceritanya nih, pada tahun 1992 saya antar kawan beli motor, honda grand, dengan harga kalau saya ga salah ingat sekitar 2,5 juta rp, itu pagi harinya. dan pada hari yang yang sama, kakak gw beli cincin mas 5 gram, harga per gramnya 25.000 rp, artinya, honda grand yang di beli saat itu sebanding dengan 100 gram mas.
    bandingkan seandainya grand di jual sekarang dengan harga 100 gram mas, SIAPA yang mao beli ?
    Itulah salah satu logika nya, kenapa kualitas motor2 dulu lebih kuat dan hebat, yaitu, harga yang membedakan, dan juga metalurgi masih menggunakan kualitas no 1.

    Suka

  12. Motor murah di indonesia dr brand apapun sampah semua… honda, yamaha, suzuki dll.. padahal di pasar luar banyak varian yg bagus .. yg masuk indo gitu lagi gitu lagi

    Suka

Tinggalkan Balasan ke sucahyoaji Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.