Perdebatan antara efek positif dan negatif penggunaan aditif untuk bensin, termasuk juga minyak atsiri


Diakui atau tidak, pemakai aditif bahan bakar ternyata banyak. Walau mungkin sekarang penggunaan aditif jadi kurang menarik karena harga bensin sudah turun (premium Rp.6.700, pertamax Rp. 8.000), penulis tetap akan mencoba mengupas.

Contoh pemakaian:
Nyobain Minyak Atsiri untuk Bensin

Minyak atsiri harganya > seperdelapan harga GastrofaC. Efek pertama yang saya rasakan tarikan menjadi lebih ringan dan motor menjadi lebih bertenaga. Sama seperti GastrofaC. Namun, memang lebih ringan jika menggunakan GastrofaC.

Dari kelemahan, ada yang bilang penggunaan aditif menyebabkan bertumpuknya karbon:
Share Pengalaman Vixi Pake Sembarang Aditif BBM . . . Penyebab Karbon di Jeroan Bro?

Bro sekalian, berikut ini adalah isi Surel asli dari Bro Rozak, seorang pengguna V-Ixion yang share bagaimana bentuk jeroan mesin Vixinya setelah menggunakan Bahan Aditif bbm merk tertentu . . . Terlihat memang terjadi pengerakan karbon pada permukaan Piston dan Klep . kita belum tahu apakah pengerakan ini terjadi akibat aditif bmm atau tidak perlu penelitian dan diagnosa tentu, namun fakta bawwa bro rozak menggunakan aditif tidak terbantahkan .. . YIMM kalo nggak salah sendiri sangat tidak merekomendasikan penggunaan Aditif bbm pada Yamaha V-Ixion . . . karena selain bermasalah di area pembakaran, dikhawatirkan terjadi pengendapan di sekitar Fuel Pump yang dapat menghambat suplay bbm ke dapur pacu

Kurang lebih pemakaian kurang lebih 20 liter premium. Jadi di campur 40 tetes ******* gold yang harganya 45 rb. Memang saya akui mesin jadi halus dan tarikan enteng. tapi masalah jangka panjang muncul. pernah suatu pagi vixi saya keluar asap dan susah hidup . waduh ….

Postingan tersebut memicu debat antara benar tidaknya aditif bensin mempunyai pengaruh buruk dari mesin. Kemudian ada yang berusaha mengupas isi dari postingan tersebut, dilakukan bloggercatcher:
BIO ADDITIVE TERNAMA NORIVAL, DIYAKINI BANYAK PENGGUNANYA

Bio Aditif N*****L, merk yang cukup akrab dikalangan otomotif. Beberapa waktu lalu aditif tersebut mengalami kejadian menghebohkan karena sebuah artikel. Dalam waktu singkat, 2 buah blog terkenal memuat artikel tentang N*****L sebagai penyebab kerak. Tidak sampai disitu saja, pada forum lain pun artikel menyebar cepat dengan pernyataan share. Melihat opini publik yang telah ada, penyamaran merk menjadi NO****L tidak memberikan efek berarti karena indikasi produk diberikan secara jelas. Bahkan beberapa opini publik dengan gamblang menyebutkan merk tersebut saat melihat indikatornya.

Pro dan kontra langsung terjadi antara pengguna produk dengan pihak penulis. Sebabnya, pihak pengguna berjumlah cukup banyak dan tidak mengalami kejadian tersebut. Bahkan pihak pengguna dengan kendaraan yang sama juga menyangkal adanya efek tersebut.

BLOGGERCATCHER cukup terkejut dengan jumlah pendukung yang setiap harinya meningkat pesat mendukung produk tersebut. Karena itu kami tertarik meneliti kasus ini dengan seakurat mungkin. Hal ini bisa membuka wawasan publik tentang kasus produk aditif tersebut. Produk yang didukung penggunanya sampai tingkat agresif, memang bahan artikel yang menggoda.

Lambat laun blog yang memuat artikel tersebut, dituding pencemaran nama baik oleh banyak penggunanya. Alasannya, tidak memiliki Dasar Teknis yang kuat dalam artikelnya. Salah satu blog yang memuat artikel tersebut telah menutup ruang komentar untuk mencegah kejadian yang lebih luas. Kejanggalan pada artikel, menurut opini publik sangat jelas terlihat. Pihak blog pun menambahkan pernyataan seorang mahasiswa kimia untuk mendukung artikel tersebut.

BLOGGER CATCHER mencoba mengulas tuntas artikel tersebut termasuk kejanggalan menurut opini publik. BLOGGER CATCHER telah menghubungi ahli bahan bakar dan hukum untuk meneliti artikel ini.

blogcatcher berusaha memberikan referensi – referensi untuk mengupas pro kontra tersebut dengan netral. Ia berusaha mengupas kejanggalan dari cerita satu per satu, dan berusaha memberikan alternatif penjelasan mengapa pemilik V-ixion bisa mengalami hal seperti itu.

Untuk argumentasi ini, penulis pernah tahu tentang mesin V-ixion yang juga berkerak walau pakai pertamax terus, pernah diulas sebelumnya, ini kutipannya:
Ruang bakar dan piston, walau BBM memakai Pertamax terus..tetep saja ada keraknya
piston-vixion-yudibatang

Kali ini saya mau berbagi tentang kerak pada piston dan ruang bakar. Yups..dari sejak pertama meminang Yamaha Vixion hingga sekarang hampir berumur empat tahun, saya sudah berkali-kali membongkar pasang mesin yamaha vixion ini. dan motor selalu saya isi dengan BBM jenis Pertamax, kadang-kadang pake Shell super extra kalau pas kebeneran riding kejakarta.
Tahukah anda? Ternyata walau motor diisi BBM pertamax terus, bila ruang bakar dibongkar tetap saja masih ada kerak pada piston dan ruang bakar. jadi bila brother biker membongkar mesinnya dan mendapati kerak pada piston dan ruang bakar, itu sudah kejadian wajar

Jadi tanpa pakai aditif sekalipun mesin bisa berkerak. Namun harus diingat bahwa kerak bukan satu – satunya penyebab masalah pada mesin. Ternyata ada jenis aditif yang sungguh – sungguh bisa merusak mesin.

Berikut adalah ulasan mengapa aditif bensin bisa merusak mesin:
Belum Ada Izin, Octane Booster Tetap Dijual Bebas

Sebagai informasi, penggunaan octane booster diketahui memang akan berdampak merusak beberapa komponen kendaraan seperti senyawa berbasis logam misalnya MMT (metilsiklopentadienil manganese tricarbonil) dan Ferrocene (disiklopentadienel iron).

Aditif MMT sendiri dapat mengganggu sistem pengapian, sensor oksigen, konverter, dan deposit pada dinding silinder, dan batas pemakaian MMT di Amerika dan Kanada adalah 8,2 mg/l bensin.

Aditif Ferrocene sangat dibatasi penggunaannya terutama di Amerika karena merupakan logam berat dan pada aplikasinya dapat mengikis ring piston, silinder, dan gangguan pengapian.

Disebutkan bahwa penyebabnya adalah karena reaksi dari bahan pembuat dari aditif. Aditif itu jenisnya macam – macam. Dan masing – masing punya keunggulan dan kelemahan sendiri – sendiri. Penjelasan dari Norival memberikan informasi detil tentang kelemahan dari (selain yang dipakai norival) alkohol, MMT, TEL, Naphtalene, Ferrocene dan MTBE:
NORIVAL tidak menggunakan kimia berbahaya

alkohol memiliki sifat mengikat air. Bila dalam tangki kita terdapat air, maka octane booster jenis ini akan mengendap didasar tangki bersama air dan tidak akan tercampur sempurna dengan bahan bakar.

MMT cenderung menimbulkan kerak dan berefek “catalyst-poisoning”. Mengganggu kinerja dalam mesin misalnya busi yang mengakibatkan buruknya pengapian, performance mesin, serta mutu gas buang.

Tetraethyl Lead atau TEL isinya adalah logam timah. Sangat efektif dalam meningkatkan angka oktan. Sangat beracun dalam kondisi murninya. Sudah pasti dapat merusak sensor oxygen dan Catalityc converter dengan cara menutup permukaan kerja kedua alat tersebut.

Naftalena memiliki kemiripan sifat yang memungkinkannya menjadi aditif bensin meningkatkan angka oktan. Bahan ini juga terdapat dalam kapur barus dan cukup sering digunakan untuk meningkatkan nilai oktan. Hanya saja senyawa ini bersifat karsinogen (penyebab kanker), dan emisi gas buangnya sangat beracun.

Namun Ferrocene yang mengandung senyawa besi ( iron ) ini, setelah proses pembakaran menghasilkan senyawa iron-oxide ( besi oksida ) yang menjadi kerak dan menutupi permukaan catalyst pada gas buang.

MTBE ini juga berbahaya bagi lingkungan karena mempunyai sifat karsiogenik dan mudah bercampur dengan air

 

Dari dua artikel diatas jelas bahwa yang memang benar ada aditif yang bisa bikin kerak, tapi ada juga yang tidak menimbulkan kerak. Karena faktor kesehatan, ada pula aditif yang dilarang karena beracun.

TEL dikatakan sebagai penambah oktan yang sangat efektif, namun karena beracun sekarang sudah dilarang. Pertamina pernah menggunakan TEL untuk menambah oktan, namun sekarang tidak lagi:
Indonesia Tak Gunakan Timbal Lagi Dalam BBM

Jakarta (ANTARA News) – Indonesia sejak awal Juli 2006 sudah tak menggunakan lagi timbal (TEL) sebagai aditif untuk meningkatkan Research Octane Number (RON) dalam pengolahan Premium 88 di sejumlah kilang-kilang Pertamina, dalam upaya mendukung program langit biru yang telah dicanangkan pemerintah. “Pertamina sudah melaporkan kepada kami bahwa mereka sudah tidak produksi lagi bensin pakai timbal, karena bila tetap dengan timbal dampaknya akan merusak otak terutama pada anak kecil,” ujar Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar kepada pers, di Jakarta, akhir pekan lalu. Menurutnya, di seluruh dunia saat ini sudah tidak diproduksi bahan bakar pakai timbal. Pada dasarnya timbal itu suatu zat tambahan (aditif) yang sangat mudah dibuat dan biayanya lebih murah ketimbang tidak pakai timbal. Namun demikian dampaknya sangat merugikan bagi kehidupan.

 

Sekarang anggap saja bahwa aditif yang ada di pasaran itu aman baik bagi mesin dan bagi manusia, apakah aditif tersebut benar – benar menambah oktan? Apakah bisa menambah tenaga, atau menambah irit, atau menambah halus mesin? Berikut beberapa penelitian terhadap aditif bensin:

PENGARUH ADITIF BAHAN BAKAR BENSIN PADA OPERASI STASIONER

Penelitian ini menunjukan bahwa aditif-aditif bensin ini bekerja dengan baik pada pembebanan rendah dan menengah, tetapi kinerjanya kurang menguntungkan pada pembebanan tinggi. Dari sisi ekonomi, kebanyakan dari aditif bahan bakar tersebut, menguntungkan bila digunakan pada beban rendah.

Penelitian ini menemukan aditif terbaik untuk operasi beban 33%, 67% dan 100% secara berurutan adalah TA-4 300 PPM, TA-4 300 PPM dan TA-1 300 PPM. Disimpulkan bahwa aditif-aditif ini hanya menghemat bahan bakar pada pembebanan rendah dan menengah. Aditif-aditif tersebut memberikan penghematan biaya jika digunakan pada beban rendah.

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA GENSET MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH

Pencampuran zat aditif dengan bensin dilakukan dengan cara mengambil tiga sampel produk zat aditif dari pabrikan yang berbeda dan perbandingan campuran menurut anjuran pabrik zat aditif A, B, C. Uji unjuk kerja dilakukan pada genset mesin bensin empat langkah 196 cc untuk mengetahui daya, torsi, tekanan efektif rata-rata (Bmep), pemakaian bahan bakar spesifik (Bsfc), dan efisiensi thermis.Dari hasil pengujian terlihat bahwa pengaruh campuran zat aditif pada mesin bensin 4 langkah 196 cc pada metode pengujian konstan speed tidak mengalami kenaikan unjuk kerja. Sedangkan pada metode pengujian variable speed, terjadi kenaikan unjuk kerja tetapi tidak terlalu signifikan kenaikannya.

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF BERBAHAN DASAR METHANOL PADA BAHAN BAKAR TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH SATU SILINDER

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh zat aditif bahan bakar yang berbahan dasar methanol terhadap prestasi motor bensin empat langkah satu silinder. Pada penelitian ini digunakan dua buah merk zat aditif yaitu tipe A dan tipe B dengan lima perbandingan konsentrasi yaitu 0,075%, 0,1%, 0,125%, 0,15% dan 0,175%. Mesin yang digunakan untuk pengambilan data adalah mesin merk Tecumseh TD110 yang terdapat di Laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin Universitas Lampung. Hasil penelitian ini menunjukkan untuk zat aditif tipe A dapat meningkatkan daya engkol lebih baik dibandingkan zat aditif tipe B sebesar 36,14% tetapi zat aditif tipe B dapat menurunkan nilai bsfc sebesar 59,54% dibandingkan dengan zat aditif tipe A. Dan zat aditif tipe A dapat meningkatkan akselerasi sebesar 14,85% dibandingkan dengan tanpa zat aditif.

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF BAHAN BAKAR PADA UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN DENGAN MENGGUNAKAN PENGAPIAN CDI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa torsi sebagai fungsi putaran poros motor pada bahan bakar motor bakar bensin yang dicampur dengan zat aditif lebih besar 3,49% dibandingkan premium murni. Perhitungan untuk daya mesin sebagai fungsi putaran poros motor pada bahan bakar premium ditambahkan aditif lebih besar 3,95% daripada premium murni. Perhitungan konsumsi bahan bakar sebagai fungsi putaran poros motor menunjukkan bahan bakar premium ditambah aditif lebih ekonomis 3,96% daripada premium murni. Perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik sebagai fungsi putaran poros motor lebih ekonomis 4,51% untuk bahan bakar premium ditambah aditif dibandingkan premium murni.

PENGARUH PENGGUNAAN ZAT ADITIF OCTANE BOOSTER TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN

Penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan zat aditif berpengaruh terhadap kinerja mesin bensin. Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan parameter daya poros, tekanan rata-rata, pemakaian bahan bakar, efisiensi thermal pada kinerja mesin bensin. Metoda yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini dengan mencampurkan setiap 5 liter premium dengan 40,25 ml zat aditif.

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF ALAMI PADA BENSIN TERHADAP PRESTASI SEPEDA MOTOR 4-LANGKAH

Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan Andriyanto (2008) dengan menggunakan zat aditif TOP 1 octane booster, sebanyak dua kali dari aturan pakai (0,05%) diperoleh penurunan konsumsi bahan bakar terbaik sebesar 21,01% (9,67 ml) dibandingkan dengan bensin tanpa aditif (46 ml) pada putaran 3000 rpm selama 10 menit. Untuk akselerasi pada 0-80 km/jam dengan menggunakan zat aditif STP octane booster dapat meningkatkan akselerasi sebesar 12,14 % (8,54 detik) dibandingkan dengan bensin tanpa zat aditif (9,72 detik) [2]. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kirana (2005) terhadap campuran bensin zat aditif (1:10) PEA (Polyether Amine) pada pengujian TD 114 diketahui peningkatan daya engkol sebesar 4,28 % dan penurunan konsumsi bahan bakar spesifik engkol sebesar 23,93 % dibandingkan dengan bahan bakar bensin tanpa zat aditif tersebut [3].

Zat aditif yang digunakan merupakan zat aditif alami produk dari Amerika, Bentuk dari aditif bahan bakar multi fungsi ini adalah berbentuk tablet. Ternyata dengan konsentrasi pencampuran zat aditif alami terhadap bensin yang lebih banyak tidak berarti juga lebih efektif untuk menurunkan konsumsi bahan bakar yang digunakan.

 

Berikut adalah penelitian yang mengupas khusus penggunaan minyak atsiri sebagai penambah tenaga:
EKSPLORASI MINYAK ATSIRI SEBAGAI BIOADITIF BAHAN BAKAR SOLAR Backup

Minyak cengkeh, minyak terpentin, minyak pala, minyak gandapura, minyak sereh dan minyak kayu putih adalah minyak atsiri yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai bioaditif bahan bakar solar karena dari tinjauan terhadap struktur senyawa penyusunnya, material ini memiliki rantai siklik dan ketersediaan oksigen yang cukup besar.
aditifterpentin
aditifcengkeh
aditifminyakkayuputih
aditifsereh
KESIMPULAN
1. Minyak cengkeh memiliki potensi untuk dijadikan bioaditif minyak solar karena memiliki kinerja paling tinggi dalam menurunkan laju konsumsi bahan bakar dibanding minyak terpentin, minyak pala, minyak gandapura, minyak sereh maupun minyak kayu putih.
2. Komposisi optimum penambahan bioaditif minyak cengkeh adalah sebesar 0,6%. Komposisi solar-minyak cengkeh 0,6% mampu menurunkan laju konsumsi bahan bakar hingga 251,91 mL/jam relatif terhadap laju konsumsi minyak solar yang tidak direformulasi (263,58 mL/jam)

PENGARUH PENAMBAHAN BIO-ADITIF PADA PREMIUM TERHADAP KINERJA MOTOR BAKAR backup

Penelitian ini akan membahas tentang pengaruh minyak atsiri serai wangi sebagai bio-aditif pada premium sebagai bahan bakar mesin bensin. Komposisi penambahan bio-aditif pada premium yang digunakan sebesar 0,1%, dan sebagai variabel pengujian adalah putaran mesin pada 1300 rpm, 1500 rpm, 1700 rpm, 1900 rpm dan 2100 rpm. Parameter yang akan dianalisa meliputi daya poros, tekanan efektif rata-rata, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC), efisiensi termal dan kadar emisi yang dihasilkan. Dari hasil pengujian dengan penambahan bio-aditif, hingga putaran 1900 rpm daya poros yang dihasilkan lebih rendah sekitar 4,87% tetapi pada putaran 2100 rpm, daya poros yang dihasilkan sama. Dan juga dapat menghemat pemakaian bahan bakar yang didasarkan pada hasil perhitungan SFC, dimana terjadi nilai penurunan sebesar 4,84% sedangkan efisiensi termalnya meningkat sekitar 6,56%. Penambahan bio-aditif juga dapat menurunkan kadar emisi HC dan CO.

MINYAK ATSIRI SEBAGAI BIO ADITIF UNTUK PENGHEMATAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)
konsumsi

Penggunaan bahan aditif dalam BBM, terutama bensin dan solar dimaksudkan untuk menyempurnakan proses pembakaran BBM didalam mesin. Bahan aditif yang dimaksud dibuat dari beberapa jenis minyak atsiri. Formulasi aditif berbahan baku minyak atsiri tersebut merupakan campuran beberapa minyak dengan komposisi tertentu yang didasarkan pada sifat-sifat kimiawi dari komponen-komponen dalam minyak atsiri yang digunakan.
Pengujian yang dilakukan meliputi karakter-karakter berat jenis, titik didih, titik nyala, viscositas, komposisi kimia, kadar sulfur, konsumsi bahan bakar, uji jalan dan emisi gas buang. Hasil uji parameter-parameter yang dilakukan menunjukkan tingkat efisiensi atau penurunan konsumsi BBM mencapai 20 persen.

 

Terlihat dari penelitian – penelitian diatas bahwa ada aditif yang cuma nambah sedikit, dan ada aditif yang nambahnya banyak. Pertamina juga pernah pakai aditif TEL untuk mendongkrak oktan, walau sekarang kayaknya juga pakai aditif, napthalene untuk mengoplos degradasi bensin RON92 jadi RON88.

Walau begitu, penulis tetap bilang rugi pakai aditif. Mengapa?

.1. Karena ada yang penambahannya sedikit. Dan sekalipun sepertinya besar, kok rasanya lebih murah dan efektif modifikasi lain seperti pemakaian magnet di artikel sebelumnya. Atau sekalian pakai pertamax. Tapi toh bila bro mampu untuk pakai semuanya, pakai magnet, pakai Norival, dan pakai pertamax plus untuk motor kompresi 11:1 bro, sepertinya sah sah saja.

Berikut contoh dyno yang ditunjukkan di website partner dari Norival.
Testimoni Independent Honda CBR 150 FI with dynotest
dynonorival1
dynonorival2

Terlihat penambahan tenaga cuma sedikit, kalah jauh sama uji magnet di artikel sebelumnya. Sayang grafik naik turun sehingga susah disimpulkan.

 

.2. Karena mahal. seperti contoh berikut ini:
Octane boster? Why not, tapi……

Prestone octan booster
Prestone octan booster

Liat kan up to 10 poin? Berarti cuma naik 1 oktan? Lha ga terlalu ngaruh lah. Itu juga up to, bisa kurang ga bisa lebih. ibarat kata kita meningkatkan kualitas bbm bukan penaik oktan gila gilaan

Lebih mending beli pertamax. Walau ada yang versi yang hitungannya murah, seperti yang di klaim oleh Norival. misalkan pakai Norival Platinum 12ml, seharga 75 ribu , dipakai untuk 180 liter premium. Bila dihitung Rp. 416 per liter. Apa nggak lebih murah ngembat minyak angin punya anak? ha ha ha ha.

Salah satu penelitian diatas menyebutkan bahwa minyak atsiri bisa berupa minyak cengkeh, minyak terpentin, minyak pala, minyak gandapura, minyak sereh dan minyak kayu putih. Tinggal pilih, tapi tentu resiko tanggung sendiri.

 

Bila bro merasa pemakaian aditif bermanfaat maka harus perhatikan juga bahwa pemakaian tidak boleh berlebih. Penelitian – penelitian diatas membuktikan bahwa hasil maksimal didapat bila campurannya pas. Ini juga diungkapkan bahkan oleh Norival di websitenya:
Norival Energy Fuel Enhancer

Kelebihan Dosis pada aplikasinya akan menyebabkan:
* Kinerja mesin menjadi terbebani, dikarenakan peningkatan nilai Oktan/Cetane & kalori yang terkandung dalam BBM tidak dapat dibakar sempurna oleh mesin pada umumnya.
* Konsumsi BBM meningkat dikarenakan tingkatan BBM yang digunakan tidak sesuai dengan Spesifikasi mesin pada umumnya. Contoh: Penggunaan Racing Fuel pada kendaraan umum.

Link bagus lain:
Benarkah Premium Bebas Timbal ?

Kata siapa ?, Kata Pertamina melalui Media Masa dan dishare oleh banyak Blogger dan Pengguna Sosmed sehingga menjadi sebuah Keyakinan bahwa hal itu benar adanya.

Pertama-tama, perlu diketahui bahwa Bebas TEL (Tetraethyllead) dengan Bebas Pb (Timbal) itu berbeda definisi loh !

Premium yang dicampur TEL maka Pb Content adalah 0,3 g/l, setelah TEL dilarang/tidak digunakan lagi maka Pb Content turun jadi 0,013 g/l tapi itu belum cukup untuk bisa disebut Bebas Timbal, bahkan 0.001 g/l pun tidak bisa disebut bebas timbal, kecuali 0,000 g/l.

Sudah.

Semoga membantu.

minyak atsiri lagi:
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/28824/16612094%20Nada%20Khonitah.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Klik untuk mengakses 178130022%20-%20Poppy%20Apriliya%20Sitorus%20-%20Fulltext.pdf

Klik untuk mengakses DINAR%20ISTIAZIS.pdf

turpentine terbaik:

Klik untuk mengakses Materi%20Seminar.pdf

citronela 1%:
https://www.researchgate.net/publication/347794726_Pengaruh_Komposisi_Campuran_Minyak_Sereh_Wangi_dan_Minyak_Cengkeh_terhadap_Unjuk_Kerja_Mesin_Diesel

1% macam macam, terbaik adalah sitronelal dan eugenol:
https://www.researchgate.net/publication/334997840_EVALUASI_MINYAK_DAUN_CENGKEH_DAN_MINYAK_SEREH_WANGI_SEBAGAI_BIOADITIF_BAHAN_BAKAR_SOLAR_DALAM_MENURUNKAN_EMISI_GAS_BUANG_PADA_MESIN_DIESEL

15 respons untuk ‘Perdebatan antara efek positif dan negatif penggunaan aditif untuk bensin, termasuk juga minyak atsiri

    • Iya, harus diingat bahwa perusahaan besar negara seperti pertamina saja pakai aditif. Penambahan tenaga selalu ada, tinggal angkanya ekonomis atau tidak dan aman atau tidak baik untuk kendaraan atau lingkungan.

      Suka

  1. Just sharing Bro !

    Saat ini terdapat dua jenis aditif BBM yang dapat digunakan, yaitu senyawa logam organik (metallic compound) dan senyawa organik non logam (non metallic compound). Namun kedua bahan aditif tersebut dianggap masih mempunyai kelemahan, yaitu berpotensi menimbulkan efek racun dalam jangka panjang dan sumber bahan bakunya yang tidak dapat diperbaharui.

    Aditif yang aman dipakai adalah aditif BBM yang berbahan baku minyak atsiri atau disebut “assential oil”.

    Minyak atsiri merupakan suatu bahan alam (tumbuhan) yang tersusun dari komponen-komponen yang bersifat mudah menguap, berat jenisnya rendah dan dapat melarutkan bahan organik. Karakter dari minyak atsiri hampir sejenis dengan karakter BBM, sebagaimana hasil penelitian dari Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Kemetrian Pertanian RI dengan kesimpulan sebagai berikut :

    1. Minyak atsiri memiliki potensi sebagai bahan aditif untuk menghemat BBM
    2. Spesifikasi bahan bakar bensin dan solar setelah dicampur dengan bioaditif dari minyak atsiri masih
    memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Dirjen Migas
    3. Penambahan aditif atsiri ke dalam bahan bakar bensin maupun solar dapat meningkatkan kinerja mesin
    kendaraan (ditunjukan oleh peningkatan torsi mesin, daya mesin, turunya konsumsi bahan bakar
    spesifik dan penurunan emisi gas buang

    Persentase peningkatan jarak tempuh setelah menggunakan bioaditif minyak atsiri :

    1. Bensin : 20% s/d. 43%
    2. Solar : 20% s/d. 60%

    Sudah ada loh bioaditif BBM berbahan baku minyak atsiri asli buatan Indonesia.

    Suka

    • terima kasih sharingnya.

      Mestinya pertamina harus pakai juga ini. atau sudah ya? Kalau untuk alat semacam magnet / pro capacitor bensin premium 88 bisa ditambah lumayan banyak tenaganya sementara kalau pakai pertamax nggak begitu.

      Suka

  2. Artikel yg bagus.
    memang kita sebagai pengguna harus tau dan mengerti tentang produk aditif oktan booster apa yg kita gunakan. jangan cuman termakan omongan orang lain terus ikut-ikutan make. tau-taunya aditif yg di pake berbayaha ke mesin.

    benar sesuai artikel ini zat aditif bahan bakar penambah oktan yg aman ya harus bebas dari unsur logam dan senyawa racun. makanya saat ini zat aditif oktan booster yg 100% aman adalah yg menggunakan bahan Minyak Atsiri. selain aman bagi mesin, aman juga bagi lingkungan.

    just share bio aditif yg menggunakan minyak atsiri 100% buatan anak bangsa dan udah lulus tes LEMIGAS. harganya juga relatif murah ketimbang merek luar. tapi sangat powerfull karna bukan hanya untuk menambah oktan tapi juga untuk cleaner engine (menghilangkan kerak pada piston dan ruang bakar).

    cek produknya di mari gan : http://pressolind.id

    semoga bermanfaat.

    Suka

  3. Jadi kalo saya tetesin minyak sitronela caplang ke pertalite dalam tanki bensin motor saya, kira-kira berfaedah ngga pak?

    Suka

Bagaimana menurut bro?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.