Safety Riding tidak butuh jago slalom atau nyetir lambat tapi belajar tertib dan mau mengalah


Artikel tentang AHM melatih siswa SMA untuk ngeblog safety riding menarik perhatian penulis karena kok rasanya salah sasaran. Artikelnya:
AHM Latih Pelajar SMA Ngeblog dengan tema Safety Riding
safety-riding-difoto-siswa-sma-ngeblog

Ditunjukkan siswa SMA lagi mengabadikan instruktur safety riding yang sedang melewati jalan titian kecil. Yang jadi pertanyaan:

Apa ada hubungannya antara kemampuan mengendarai lambat bisa mengurangi kecelakaan? Kok rasanya tidak.

Alasan mengapa penulis menghubungkan dengan kecelakaan adalah karena menurut penulis tujuan dari safety riding itu adalah untuk menekan angka kecelakaan di jalan. Dan dari berita berita kecelakaan yang dimuat baik di media online atau media lainnya itu rasanya bukan karena pengendaranya nggak jago mengendarai lambat, bukan karena pengendara nggak jago slalom, tapi lebih sering karena pengendara tidak tertib dan tidak mau mengalah.

 

Sebelumnya penulis sudah membahas bahwa apa yang diajarkan di safety riding itu tidak tepat sasaran dan bahkan mengajarkan cara yang salah:

 

Uji slalom dan mengendarai lambat itu rasanya cuma dipakai untuk senang senang saja. Karena jelas kegiatan tersebut lebih untuk meningkatkan skill, yang jelas butuh latihan berkelanjutan, nggak bisa sesekali saja. Peserta tidak akan langsung jadi mahir slalom atau nyetir lambat setelah acara itu. Lagipula kemahiran slalom dan nyetir lambat juga bukan faktor utama penyebab kecelakaan. Dari sisi peningkatan safety, kegiatan lomba slalom dan nyetir lambat rasanya tidak efektif untuk bisa membuat pengendara lebih safe. Malah justru bisa memacu keinginan pengendara untuk ugal ugalan berkompetisi slalom di jalan.

Cukup bagus sebenarnya karena teknik pengereman diajarkan. Namun sayang teknik yang diajarkan justru membahayakan dan tidak safe.

Harus diingat juga tentang apa alasan kita butuh mengerem mendadak. Menurut penulis kita butuh mengerem mendadak itu lebih sering karena pengendara lain ngawur. Alangkah bagusnya bila acara safety riding itu juga mengajarkan pengendara untuk tidak ngawur.

 

Alangkah bagusnya juga bila kegiatan yang ada di acara safety riding tersebut disesuaikan berdasarkan hal hal yang sering jadi penyebab kecelakaan.

Kalau menurut polisi, penyebab kecelakaan disebutkan sebagai berikut:
Kecelakaan Lalu Lintas Banyak Disebabkan Faktor Kecepatan

Kepala Bidang Manajemen Operasi dan Rekayasa Korlantas Polri, Kombes Polisi Unggul Sedyantoro mengatakan, sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak teribat dalam kecelakaan lalu lintas.

Unggul juga menjelaskan, kecelakaan tersebut akibat kecepatan mulai dari cara mendahului, hingga kemampuan menguasai kendaraan saat melaju kencang.

Tidak hanya itu, menurut data yang dimiliki Korlantas Polri, faktor kecepatan menyumbang hingga 40 persen faktor kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

 

Kurangnya artikel yang membahas cara berkendara saat kencang adalah alasan penulis untuk membuat artikel berikut:
Teknik aman berkendara cepat di jalan lurus dan tikungan

 

Dari penjelasan polisi diatas jelas disimpulkan bahwa event safety riding lomba slalom dan sepeda lambat itu jauh sekali dari sasaran, bila penyebab utama kecelakaan adalah karena pengendara tidak bisa menguasai kendaraan saat kencang.

Penyebab kecelakaan memang banyak, tidak semua bisa kita kontrol. Di acara safety riding sudah bagus diajarkan untuk posisi mengendarai yang benar, memperhatikan kondisi kelayakan kendaraan dan cara mengoperasikan kendaraan, namun menurut penulis itu masih kurang karena seringnya hanya sebatas demo saja. Seharusnya acara safety riding itu juga mengajarkan pengetahuan tentang perilaku di jalan dan kurangnya kepatuhan atau moral, tidak hanya dari teori saja namun dipraktekkan.

 

Dari sisi pengetahuan menurut penulis yang perlu diajarkan adalah bagaimana untuk melakukan mengendarai secara benar beserta prakteknya. Memang kebanyakan sudah ada di ujian SIM, namun bila tidak dipraktekkan, banyak yang tidak betul betul menerapkan saat di jalan. Contoh yang sering terjadi misalnya adalah membelok mendadak. Sudah betul menyalakan lampu belok, tapi dilakukan secara mendadak karena kurangnya pengetahuan terhadap kemampuan respon pengendara lain. Mereka tahu bahwa membelok mendadak berbahaya, tapi mereka tidak tahu yang mendadak itu seperti apa. Juga misalnya mau masuk jalur tapi tidak memperhatikan kecepatan kendaraan lain, dianggap biar lambat asal selamat, padahal justru karena lambat mereka jadi membahayakan.

Dari sisi kepatuhan juga harus diingatkan tentang bahaya yang bisa terjadi. Misalnya menunjukkan contoh contoh kasus dan gambar gambar seram untuk bisa bisa meningkatkan efek jera. Kebanyakan orang melanggar peraturan karena merasa aman dan tidak membahayakan. Oleh karena itu perlu diingatkan dengan memberikan simulasi yang menunjukkan urutan kejadian kecelakaan yang terjadi karena pelanggaran peraturan. Misalnya apa yang terjadi bila melanggar lampu merah atau bila pakai lampu rem atau lampu depan menyilaukan. dst.

Dari sisi moral juga perlu diajarkan agar peserta belajar misalnya tentang bagaimana pentingnya mengalah. Seringkali orang tidak mau mengalah. Di lampu merah serudak seruduk cari yang paling depan, tidak mau mengalah, eh sesudah lampu hijau jalan pelan pelan di tengah jalan, tidak mau mengalah.

Menyalip juga begitu, sudah tahu harus mengalah dengan kendaraan dari arah berlawanan, tapi main serobot saja. Sudah tahu salah menyerobot dan bikin yang berlawanan panik, kadang masih juga ada yang tidak mau mengalah dan memaksa yang lain mengalah, jadi acara adu nyali. Kadang juga sudah tahu nggak punya skill atau kendaraan tidak layak untuk menyalip tapi memaksakan diri, tidak mau mengalah sehingga membahayakan yang lain.

Macet juga begitu, sudah tahu kalau menyerobot akan membuntu jalan, dan tidak akan menguntungkan siapapun, tapi masih tetap saja memaksa. Padahal bila pengendara tersebut mau untuk mengalah beberapa detik saja, maka jalan tidak akan macet.

Dari sisi skill, perlu juga diajarkan untuk menguasai kendaraan di kecepatan tinggi. Apa saja yang perlu diperhatikan dan diketahui. Karena percuma saja diajari untuk jalan pelan atau slalom tapi tidak bermanfaat bila dijalan. Jangan menghindari mengajarkan mengendarai kencang, dengan alasan kencang itu berbahaya karena toh buktinya kalau di jalan banyak yang kencang. Bukankah lebih baik diajarkan kencang dengan benar daripada dibiarkan mengendarai kencang tapi tanpa skill dan pengetahuan?

 

Sebaiknya acara safety riding yang tujuannya tidak jelas itu segera dihentikan dan diganti dengan acara safety riding yang benar benar bisa berguna untuk mengurangi angka kecelakaan di Indonesia. Event event yang diselenggarakan sebaiknya adalah event yang bisa membantu pengendara untuk bisa mengendarai lebih aman baik untuk diri sendiri ataupun orang lain.

Tidak usah meniru acara safety riding luar negeri yang melatih skill yang tidak ada gunanya. Apa yang berguna bagi mereka belum tentu berguna untuk kita. Mungkin mereka kagok kalau harus bernavigasi diantara mobil, di sini itu sudah jadi makanan harian. Dan skill yang seperti ini juga tidak efektif mengurangi kecelakaan. Sudah terbukti pak polisi bilang penyebab kecelakaan terutama karena orang nggak punya skill atau tidak tahu perilaku yang benar saat berjalan di kecepatan tinggi. Sudah tahu seperti itu, apa gunanya mengajari nyetir lambat di jalan mini?

Mungkin ada hal penting lain yang layak untuk diajarkan yang penulis lupa, namun yang jelas acara safety riding yang selama ini diselenggarakan perlu dirubah. Sehingga acara safety riding itu jadi benar benar berguna dan tidak jadi kegiatan hura hura atau pemasaran saja.

11 respons untuk ‘Safety Riding tidak butuh jago slalom atau nyetir lambat tapi belajar tertib dan mau mengalah

  1. Ane paling sebel, motor ane disalip motor lain, trus motor itu langsung di depan lurus sejajar motor kita. Jarak pandang ke depan jadi kacau. Akhirnya ngalah ane geser biar pas jarak pandang.

    Suka

  2. Percuma pelan tapi meleng pikiranya gegara ngantuk kayak kasus motor masuk kali atau mobil masuk rawa kemaren, fisik dan konsentrasi pengendara gak siap dan gak fit buat berkendara. Jadi gak penting pelan atau kenceng yg paling penting tertib dan patuh itu saja sudah cukup

    Suka

  3. ane lebih setuju jika diajarkan freestyle juga, masalahnya disaat tak terduga bisa menggunakan “jurus freestyle”.
    misal, ngerem mendadak bisa stoppie… atau ngepot…
    wheelie melewati jalan berlubang… atau kalo dari arah berlawanan lampu bikin silau bisa wheelie juga… wkwkwk…
    saat macet, berdiri diatas motor lihat penyebab macet…
    shifting rider, ganti pengendara saat motor berjalan ngirit waktu ga pake mampir… hahaha…

    Suka

    • Iya, diajari ektrem dan ngebut juga. Tapi juga diajari biar nggak standing. diajari akselerasi halus, dan diajari ngerem dengan distribusi berat ke belakang, entah model ala motogp bisa diterapkan atau tidak, kaki di turunkan ke belakang biar nggak standing.

      IYa, ya, latihan melompati lubang juga penting. saya biasanya ayun kebawah dulu sebelum lubangnya.

      antik juga bila latihan ganti rider selagi jalan ha ha

      Suka

  4. Justru safety riding diajarkan tata cara yg baik tentang lalulintas, kemudian diajarkan skil berkendara..
    Tuduhan anda tentang safety riding salah besar..
    Saya ngomong gini karena sudah pernah mengikuti safety riding tahun 2004 di Magelang.

    Makanya sekali-kali ikut, jangan nulis berdasarkan kata orang lain.

    Suka

    • Inti dari artikel ini adalah hilangkan event slalom dan jalan lambat di acara safety riding. Itu tidak mendidik dan tidak berguna. Ganti dengan acara lomba praktek membelok dan mengendarai aman di kecepatan tinggi.

      Saya memang tidak pernah ikut acara safety riding. Tapi saya lihat video rekaman acara safety riding dan baca blog yang membahas acara tersebut dan kaget karena kok ngawur sekali peserta diajari untuk pakai rem depan dulu. Padahal itu biangnya celaka. 15 video youtube yang menunjukkan orang jatuh karena pakai rem depan bisa dilihat di link berikut:
      Safety riding mengerem mendadak mengandalkan rem depan itu sangat berbahaya, ngerem tidak bisa pakai angka rasio

      Yang saya sarankan adalah pakai rem belakang dulu kemudian diikuti dengan rem belakang.

      Juga tidak setuju soal melarang menaruh jari di rem dan ngerem pakai rasio.

      Kalau soal mengajarkan tata cara yang baik dalam berlalu lintas itu memang harus diteruskan. Asal jangan diselipi iklan bohongan. Sama sekali nggak setuju soal CBS bikin lebih aman.

      Suka

Bagaimana menurut bro?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.