#Cari_Aman jangan gampang percaya omongan instruktur safety riding Honda, rem CBS harus dibenahi atau dimatikan dan harus ingat tombol klakson tidak standar


Honda merilis program yang namanya #Cari_Aman. Sebuah program yang bagus namun penulis ada kekhawatiran bahwa program ini akan jadi sarana untuk mengajarkan hal hal yang justru membuat mengendarai makin berbahaya.

Berikut adalah faktor faktor yang menurut penulis tidak sesuai dengan semboyan #Cari_Aman:

Intruktur safety riding Honda itu menganut paham pengereman yang justru membahayakan

Dari yang penulis tahu, ada beberapa ajaran mereka yang berbahaya, yaitu prioritas timing pengereman dan tentang pelarangan menempatkan jari di tuas rem.

 

Ajaran untuk melakukan pengereman dengan mendahulukan rem depan itu sepertinya berasal dari ajaran instruktur CBT di Inggris yang katanya sudah 75 turun temurun diajarkan. Penulis sedang menulis artikel soal ini. Entah mengapa ajaran tersebut dipertahankan mengingat sistem pengereman kendaraan sekarang sudah beda dengan jaman dulu.

Kalau dari argumentasinya, dikatakan kalau mengerem pakai rem belakang saja bikin kendaraan susah berhenti, beda dengan bila pakai rem depan. Anehnya, mereka nggak perduli dengan fakta bahwa pakai rem depan itu beresiko jatuh:
Effects of Antilock Braking Systems on Motorcycle Fatal Crash Rates: An Update, May 2013, Eric R. Teoh, Insurance Institute for Highway Safety

Locking the front wheel is particularly dangerous, with falling down being almost certain. A locked rear wheel is more controllable, but still can lead to loss of control with a concurrent steering input, as in an emergency avoidance maneuver.

(penulis akan terjemahkan kutipan di artikel berikutnya)

Bila kita membaca penjelasan dari rem ABS, maka yang jadi pertimbangan utama dari pengenalan sistem ABS adalah untuk mencegah pengendara jatuh:
Insurance Institute for Highway Safety – Antilock braking systems make riding safer.

Most bikes have separate brake controls for the front and rear wheels, and either wheel can lock up during hard braking. On a motorcycle, it often means a serious fall. No matter how skilled a rider you are, you can’t predict when a driver ahead of you will cut you off, forcing you to brake hard. Road surfaces can be unexpectedly sandy or more slippery than they look.

European Commission > Transport > Road Safety > Anti-lock braking for motorcycles

Anti-lock braking systems are in-vehicle devices which aim to prevent the locking of wheels during braking when under emergency conditions, so preventing the motorcyclist from falling off their vehicles. A German study indicated that of a total of 610 motorcycle-car impacts, 65% occurred with motorcycle braking prior to the collision. Among these there were 19% where the motorcyclist fell off his or her vehicle

 

Bisa dilihat korelasinya? rem ABS diperkenalkan terutama untuk mencegah pengendara jatuh saat melakukan pengereman. Yang bikin jatuh itu adalah bila pengendara melakukan pengereman pakai rem depan lebih dulu. Jadi sistem ABS menjadi wajib diterapkan karena banyak yang mengajarkan/menganut cara pengereman yang berbahaya.

Di motor tanpa ABS, metode pengereman mendahulukan rem depan itu sangat berbahaya karena beresiko jatuh. Dan sayang sekali banyak intruktur safety riding Indonesia yang menganut ajaran berbahaya ini.

Penulis adalah penganut pengereman mendahulukan rem belakang. Intruktur safety riding biasanya berargumentasi bahwa pakai rem belakang bikin sliding. Tapi itu hanya terjadi bila pakai rem belakang doang. Itu tidak akan terjadi bila sesudah rem belakang kita segera pakai rem depan.

Ada yang berargumentasi pakai rem belakang duluan akan membuat jarak pengereman lebih panjang. Menurut penulis sama saja. Kemampuan berhenti akan lebih tergantung pada seberapa mahir kita untuk bisa mengerem maksimal tanpa membuat roda selip (threshold braking). Ini yang perlu dilatih.

 

Implementasi CBS Honda yang ngawur tidak pada tempatnya

Sistem CBS, combined brake system atau linked brake system atau pada honda combi brake system, memang betul bisa meningkatkan keselamatan. Namun ini hanya bila diimplementasikan dengan benar.

Di implementasi yang benar maka kedua roda akan mengerem secara bersamaan, atau boleh rem belakang bekerja duluan. Yang tidak boleh itu bila rem depan yang ngerem duluan, dengan alasan yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Sistem combi brake di matik Honda itu menggerakkan kedua sistem rem bersamaan (penulis juga sedang buat artikelnya). Yang menjadi masalah adalah karena sistem rem di matik Honda itu depan dan belakang beda. Yang depan cakram, yang belakang tromol. Cakram akan cenderung aktif lebih dulu daripada yang tromol. Karena roda depan jadi mengerem terlebih dahulu, ini akan menimbulkan masalah di jalan yang kurang bagus atau licin.

Dan memang sudah banyak yang jadi korban rem CBSnya matik Honda:

 

Teknik pengereman ngawur yang diajarkan intruktur safety riding pun akan membuat CBS matik Honda lebih berbahaya. Saat kita menekan tuas rem depan dengan kekuatan yang sudah perkirakan pas, bila kita menekan rem belakang maka kekuatan rem depan juga akan bertambah dan membuat daya pengereman jadi melebihi dari apa yang kita perkirakan. Bila terlalu kuat akan membuat roda terkunci dan kita jadi resiko jatuh. Jadi sistem CBS tidak membuat pengereman ngawur lebih aman tapi justru memperparah resiko.

 

Ada beberapa cara untuk memperbaiki sistem CBS matik Honda, contohnya adalah:

  • dengan membuat sistem pengereman depan belakang sama. Dibuat drum brake semua atau disc brake semua
  • dengan menambahkan mekanisme semacam delay valve seperti pada aplikasi CBS di motor cc besar Honda, sehingga dijamin rem depan bekerja sesudah rem belakang.
  • dengan melengkapi motor matik CBS dengan ABS, paling tidak rem depannya saja.

Sayangnya yang melakukan itu semua adalah Yamaha. Matik Yamaha ada yang depan belakang dilengkapi rem cakram. Dan cuma matik Yamaha yang ada ABSnya.

Dari sisi keamanan bisa dibilang matik Honda lebih berbahaya matik Yamaha.

 

Karena sampai sekarang Honda masih belum membenahi sistem CBS di motor matiknya, maka untuk #Cari_Aman, maka CBSnya dirusak saja. Dibuat agar saat tuas rem kiri di tekan tidak akan mempengaruhi tuas rem kanan.

 

Slalom dan jalan lambat itu tidak berguna di jalan raya

Di acara safety riding yang dilakukan Honda atau pabrik lain sering ada event lomba slalom dan jalan lambat di titian kecil. Di klaim bahwa keahlian di bidang itu akan membantu meningkatkan keselamatan di jalan raya.

Penulis tidak percaya.

Menurut penulis bila di jalan raya yang lebih dibutuhkan adalah tertib dan kewaspadaan.

Ada yang bilang skill slalom penting. Mungkin iya, tapi yang jelas bukan slalom kecepatan rendah seperti yang selama ini dilombakan. Yang dibutuhkan adalah slalom kecepatan tinggi. Dan tentu saja itu beda skill, karena perilaku kendaraan di kecepatan tinggi beda dengan perilaku kendaraan di kecepatan rendah dan sangat rendah.

Selain teknik slalom kecepatan tinggi, dibutuhkan juga kemampuan akselerasi dan pengereman.

 

Jadi seharusnya lomba slalom itu juga melibatkan akselerasi dan pengereman mendadak.

Tapi penulis paham mengapa itu tidak dilakukan. Karena kalau beneran dilakukan pasti bakal banyak yang jatuh karena mereka diajari cara pengereman yang salah. Bisa juga bakal banyak yang jatuh karena CBS. Kalau slalom lambat nggak bakal ketahuan bahayanya ajaran pengereman ngawur dan CBS.

Kalau tujuannya adalah untuk #Cari_Aman dan bukan untuk bisa dapat hadiah di acara safety riding seperti itu, maka latihlah manuver menghindar mendadak di kecepatan tinggi, akselerasi dan pengereman. Nggak usah meluangkan waktu untuk belajar sepeda lambat atau slalom lambat. Karena di jalan raya itu tidak berguna.

Juga jangan lupa latih pakai klakson.

 

Tombol klakson Honda sekarang lebih susah dijangkau

Bagi penulis, tombol klakson adalah sesuatu yang penting. Klakson dibutuhkan untuk membuat pengendara lain/pejalan kaki tahu akan keberadaan kita. Dengan begitu, maka bila terjadi situasi yang membahayakan, maka yang melakukan aksi adalah kedua pihak sehingga resiko bisa dikurangi.

Lembaga safety riding Amerika pun menyarankan untuk siap menggunakan klakson setiap waktu.

 

Jangan mengikuti saran intruktur safety riding Honda yang menganjurkan untuk ngebel sekali dua kali saja pada saat situasi genting. Justru kalau negara maju menyarankan penggunaan klakson secara agresif pada situasi genting. Namun harus diingat bahwa klakson tidak untuk melampiaskan kemarahan. Kalau tidak dalam situasi membahayakan, jangan pakai klakson secara agresif.

Jadi fungsi klakson dalam situasi membahayakan itu penting.

Sayangnya penempatan tombol klakson di motor Honda tidak hanya lebih susah diraih tapi juga membuat mengerem sambil menekan tombol klakson jadi lebih berbahaya. Harus lebih hati hati bila mempergunakan klakson di motor Honda. Jangan lupa bahwa posisi tombol klakson tidak standar, dan hati hati jangan sampai lepas dari setang saat menggunakan klakson dan rem secara bersamaan. Memakai klakson di motor Honda perlu skill lebih tinggi daripada di motor lain.

 

Lampu depan LED lebih menyilaukan tapi setelan lampu sering ketinggian

Sayangnya walau honda mengkampanyekan #Cari_Aman, dari sisi lampu depan pabrikan Honda tidak mempertimbangkan keselamatan orang lain. Iya memang sekarang jamannya motor pakai lampu depan LED yang menyilaukan. Tapi ya jangan diperparah dengan setelan lampu dari pabrik yang sering ketinggian.

Penulis pernah menjumpai ada motor CB150R di jalan yang lampu dekatnya menyorot ke atas. Saat motor tersebut mendekat dari belakang, terlihat sangat mencolok dari motor motor lain. Saat makin mendekat makin menyilaukan. Saat penulis hentikan untuk meminta pemilik motor untuk merendahkan setelan lampu, si pemilik bilang “ini sudah bawaan pabrik mas”. Nggak sesuai dengan jiwa #Cari_Aman.

 

Demi jiwa #Cari_Aman, agar membuat pengendara lain lebih aman, agar tidak ada pengendara lain yang balas dendam ke kita, maka sebaiknya pastikan setelan lampu depan dari motor kita sudah benar. Jangan mengandalkan kontrol QC dari pabrik. Penulis sering lihat lampu motor Honda LED yang setelannya terlalu tinggi, jadi jelas QC dari Honda yang tidak memadai. Kita tidak bisa mengandalkan Honda, harus kita sendiri yang sadar bahwa ini membahayakan yang lain.

 

Jadi kesimpulannya kalau mau #Cari_Aman saat naik motor Honda maka:

  • Jangan menuruti ajaran pengereman intruktur safety riding Honda. Pengereman yang lebih aman itu adalah mengerem belakang lalu baru diikuti rem depan.
  • Matikan / rusak CBS di motor matik Honda.
  • Jangan menghabiskan waktu belajar slalom lambat dan jalan lambat di titian kecil. Luangkan waktu untuk belajar mengerem dan menghindar pada kecepatan tinggi
  • Jangan menghindari pemakaian klakson. Luangkan waktu untuk belajar pakai klakson yang posisinya susah diraih tersebut agar bila dibutuhkan bisa cepat dan aman.
  • Pastikan setelan lampu depan motor kita tidak menyilaukan yang lain.

 

Tidak semua ajaran safety riding Honda bahaya. Banyak juga ajaran yang bisa membuat berkendara lebih aman. Kita yang harus tetap menggunakan logika dalam menerima ajaran safety riding dari Honda. Jangan semua ajaran diterima tanpa dipikirkan terlebih dahulu.

79 respons untuk ‘#Cari_Aman jangan gampang percaya omongan instruktur safety riding Honda, rem CBS harus dibenahi atau dimatikan dan harus ingat tombol klakson tidak standar

  1. Kalo masalah cbs saya setuju emang kuranf berguna dan cenderung bahaya, saya pernah hampir crash cuma karena rem depan yang ngelock, padahal pressure tuas rem depan udah sesuai sama kebutuhan tapi begitu tarik rem belakang langsung ngelock. Dan emang ngerem depan lebih dulu sedikit lebih berbahaya, tapi pengalaman saya itu berlaku di matic, sejauh ini di motor sport yang pernah saya kendarain aman, mungkin karena rem depan belakang cakram semua. Slalom lambat udah pasti ga berguna, kecuali mungkin buat mba2 atau ibu2. Karena kondisi real dijalan raya ga akan pernah bisa ngelakuin yang serupa. Kalo dibilang tujuannya untuk mengasah feeling, oke bisa diterima tapi ga sepenuhnya, karena ketika kita terbiasa sama slalom lambat, ketika kita lagi kencang dan butuh manuver seperti di slalom itu bakal fatal perhitungan pasti kacau. Lagi pula setau saya di lomba slalom sekarang ga ada yang pelan CMIIW

    Suka

    • Terima kasih sharingnya. Iya, mendahulukan rem depan itu memang lebih berbahaya kalau di matik karena lebih berat di belakang, sehingga grip ban depan saat awal pengereman tidak bagus. Untuk CBS saya juga mengalami hal yang sama.

      Setuju juga soal slalom, kebiasaan saat pelan memang tidak bisa dipakai saat kencang.

      Suka

  2. Setuju kalo cbs honda bikin bahaya.
    Curhat, dikit. Dulu punya matic honda yang pake cbs, 2 kali jatuh. Pertama karna lupa melepas brake lock, yaah namanya juga cbs kalo brake lock belum lepas otomatis rem depan ikut ngunci, jatoh dah. Yang kedua karna panik, jalanan indonesia gak bisa ditebak kan, karna panik tekan rem belakang duluan (kebiasaan seperti itu) akhirnya dlosor. Kan rem depan ikut ketarik meskipun gak sekuat tarik tuas rem depab full. Apalgi waktu itu pas jalanan licin.
    Fix, nyampe rumah cbs saya lepas. Dan beberapa bulan yang lalu tuh matic sayajual. Ganti matic 155 yang sporty itu tuh.

    Suka

    • Terima kasih sharingnya. Iya, walau pakai rem belakang saja, rem depan juga ikut ngerem. Aman kalau di jalan kering, tapi bahaya di jalan basah. Ha ha, jadi ingat Honda Air blade.

      Suka

      • Ujian tes SIM untuk motor hampir mirip ama safety riding Cari Aman dan safety2 riding event lainnnya, ada korelasi kah?

        Suka

        • Mungkin sama dengan uji sim mobil, sama sama latihan navigasi kalau mau parkir atau keluar parkiran. Kalau untuk mobil kan parkir di mall itu ada naik turun dan belak belok. Harus bisa parkir dengan jarak main yang kecil dengan bodi mobil yang besar. Sementara itu kalau parkir motor harus lewat di tempat sela sela motor parkir yang posisinya rapat rapat. Menuntut bisa jalan lambat sambil belok kiri kanan.

          Kalau saya di parkiran seperti itu lebih memilih menurunkan kaki, nggak coba coba seperti yang di slalom lambat safety riding.

          Suka

  3. #cari_aman yg tepat itu ya cuma di motor yamaha doang, gak tau klo suzuki.. contohnya soul gt 125, sengaja dibuat gambot bukannya ramping spt vario 125/150 emang ada maksudnya, biar menimimalisir atau bahkan mencegah orang utk melakukan aksi nyelip diantara dua kendaraan terutama kendaraan besar spt bus/truk, jadi risiko kecelakaan bisa dikurangi. IMHO

    Suka

  4. KOk cuma blog ini yang bahas rem CBS Bahaya… SEtuju dengan penulis, karena saya mengalami naik motor sudah puluhan tahun dengan motor yg berbeda-beda dan sangat setuju lebih aman mengerem belakang dulu diikuti depan atau ngerem bersamaan. Jadi saya beli motor Honda matic yg non CBS.. Karena sudah terbiasa pake filing ngerem bareng belakang depan…

    Suka

  5. Assalamu’alaikum,

    Saya suka artikel2 di blog pak cahyo. Kalau boleh, saya request artikel mengenai teknik bermanuver cepat misal menghindari lubang, aplikasi counter steering di jalan raya. Saya lihat di youtube tp masih belum begitu paham he..he..

    Suka

    • Wa ‘alaikumus salam.
      Wah saya nggak yakin bisa ngasih saran, saya sendiri sering kena lubang, biasanya karena mengikuti kendaraan lain terlalu dekat. Biasanya saya tidak menghindar tapi berdiri dan mengayunkan motor kebawah sehingga saat di lubang suspensi mementalkan motor keatas jadi efek tidak terlalu parah.

      Di petunjuk MSF juga disebut dilema. Menurut saya kalau tidak pakai cara loncat maka solusinya:

      – mengerem kalau sempat
      – mengerem sambil menghindar dengan cadence braking, rem di tekan lepas berulang secara cepat, saya sendiri nggak yakin mampu
      – mengerem sedikit sambil menghindar
      – menghindar tanpa mengerem

      Saya tidak pernah counter steering kecuali kalau ban belakang selip. Menurut saya memaksakan counter steering justru menambah resiko.

      Suka

  6. saya 100% percaya instruktur safety riding Honda karena mereka profesional, karena mereka mempunyai lesensi yang diakui internasional..

    Percaya sama sucahyo?… No..
    hmmm…….. naik metik aja jatuh…

    Suka

    • Coba aja bro lakukan seperti apa yg dilakukan oleh instruktur honda itu, tapi pake matic honda yg CBS dan lakukan pengereman di jalan yg menurun dan menikung dan atau di kondisi hujan, kalau terjadi apa2 silahkan tanggung sendiri yaa…!

      Apa yg dibilang bro Sucahyo itu bisa dinalar bro, coba ente gunakan pikiran yg jernih tidak terkontaminasi fansboy atau kaum lambe jaran, kira2 kalo ente naik motor lalu dihadapkan pada kondisi ngerem mendadak tapi pake roda depan dulu ngeremnya, apa yg terjadi? Potensi ndelosoorr lebih besar tentunya karena roda depan lebih mudah kehilangan traksi saat mendapat pengereman tiba2 ketimbang roda belakang.

      Suka

    • Saya penasaran mereka bakal ngomong apa bila Honda sudah mengeluarkan matik yang dilengkapi ABS. Paling paling ngomong bahwa tanpa ABS motor mudah jatuh. Nggak akan ngaku mereka kalau itu gara gara ajaran mereka yang salah.

      Licensi internasional safety ridign dari CBT inggris mungkin. Kalau di Amerika nggak akan lulus mereka, karena di Amerika itu mengharuskan pakai kedua rem bersamaan. Jari pun disuruh ditaruh di tuas rem biar respon lebih cepat (cover the brake). Ini buktinya:

      The New Jersey Driver Manual

      Apply both brakes at the same time

      State of California – Department of Motor Vehicle – Ride Within Your Abilities

      use both brakes at the same time.
      In high-risk areas, such as intersections, shopping areas, schools, or construction zones, reduce your speed, and cover the clutch and both brake levers to reduce your reaction time.

      Office of Traffic Safety – A Division of the Minnesota Department of Public Safety – RIDING STRATEGIES

      Use Both Brakes to Stop.
      If a larger animal, like a deer, jumps out in front of you, use emergency braking (applying both front and rear brakes) to stop as quickly as possible.

      Intinya, dalam skala internasional itu nggak semua punya aliran sama dengan instruktur safety riding Indonesia. Nggak cuma saya saja yang menghujat ajaran mendahulukan rem depan. Ini akan saya bahas di artikel berikutnya.

      Suka

  7. kalo soal cbs nya motor ahm, saya juga gak habis pikir dasar menerapkan nya itu apa

    mengenai penggunaan rem depan dan belakang, saya penganut paham memakai rem depan terlebih dahulu kemudian belakang. apakah pakai rem depan nanti akan ndelosor..?? belum tentu. kan ada takaran nya (ini yang susah dijelasin). satu hal yang pasti adalah, dulu setelah motor datang, gak lama saya langsung ganti ban depan belakang menggunakan fdr sport xr evo (bukan promosi yak). point nya adalah ban bawaan pabrik yang cenderung hard compound saya ganti menggunakan ban medium compound yang tentu nya lebih ‘menggigit’ aspal.

    menurut saya, jika menggunakan rem belakang terlebih dahulu pasti jarak yang dibutuhkan akan lebih panjang untuk berhenti dibanding menggunakan rem depan terlebih dahulu

    seperti sharing saya bbrp waktu lalu di artikel yang lain. saya pernah kok ngerem depan sampe ban depan berdecit (tanpa menggunakan rem belakang) dan reflek tangan saya melepas tuas rem depan dan syukur tidak terjatuh. yang terpenting menurut saya, rider harus tahu bagaimana ‘perilaku’ motor tunggangannya karena meskipun ada 2 motor matik sejenis (misal sama2 vario techno 125), blm tentu rasa menaikinya sama (kondisi lama lho, bukan baru)

    Suka

    • Saya juga sebetulnya hampir selalu menggunakan rem depan kalo ngerem, motor saya jupiter z 110, rem blakang hanya mengikuti saja. Namun saya sendiri bisa memperkirakan dan merasakan seberapa besar tekanan rem yg harus diberikan kepada rem depan supaya bisa mengurangi laju motor secara optimal tanpa kehilangan traksi yg berujung ndelosoorr…, (bkn nyombong) kemampuan seperti ini ane kira tidak dipunyai oleh sebagian besar pemotor pada umumnya, karena dipikiran mereka yg penting motor asal bisa ngerem, BBM irit, bisa nganter sampe tujuan dg selamat itu udah cukup. Soal CBS yg membahayakan, soal ngerem depan dulu yg berpotensi bikin lost traction hampir sama sekali ngga ada dinpikiran mereka. Oleh karena itu, pendapat om cahyo ini memang benar ditujukan buat kaum pemotor minoritas tersebut soal pengereman yg aman.

      Suka

      • Iya. Pemakaian rem depan saja memang butuh skill yang sangat tinggi dan kemampuan untuk memprediksi traksi jalan yang hebat. Butuh pengalaman yang banyak dan latihan di situasi jalan yang berbeda. Anehnya, intruktur safety riding itu nyuruh belajarnya cuma di satu tempat saja. Padahal harusnya untuk bisa dibilang mahir harus juga latihan di jalan basah, jalan berlumpur, jalan kena tumpahan air ikan, jalan berpasir, dst.

        Sehingga untuk yang skillnya kurang, lebih aman pakai rem belakang dulu.

        Kalau mau aman bila pakai rem depan saja, maka jangan maksimal, tapi santai saja. Tapi hati hati, karena kekuatan rem bisa tetap terlalu kuat bila jalan agak basah atau berpasir. Dan ini pernah saya alami beberapa kali.

        Jarak pengereman tergantung pada seberapa jago membuat ban berdecit tapi tanpa selip.

        Suka

    • Iya, ban juga penting. Tapi kebetulan Honda Beat ESP saya bawaannya ban pakem. Rasanya ban itu tergantung distributornya.

      Ada beberapa hal yang perlu saya tanyakan:

      – Apakah kekuatan menekan tuas rem depan saat pertama itu sama dengan setelahnya? Kalau iya, maka berarti pengereman tidak maksimal. Menurut saya itu ngerem santai. Menurut video riding ala rossi, teknik rem depan dikatakan the first part of the braking is light, then followed by very very hard braking.
      – Apakah saat mengerem mencoba untuk mendekati threshold braking? Cirinya adalah ban berdecit tapi tidak selip dan bisa dikendalikan. Bila tidak, maka pengereman kurang maksimal.
      – Apakah tenaga yang diberikan selalu sama untuk semua kondisi jalan? Bila iya maka berarti saat kondisi jalan lebih lengket dari biasa pengereman kurang maksimal, saat kondisi jalan lebih licin dari biasa pengereman bisa kebablasan.

      Bila pengeremannya santai, pemakaian hanya rem depan saja memang tidak akan membuat tergelincir, namun berhentinya tidak maksimal.

      Saya coba di Suzuki Spin ban federal dan Honda Beat ESP ban ori, bisa dilakukan pengereman yang membuat ban berdecit tapi tidak selip, ini saya lakukan beberapa kali. Ban selip suaranya lebih ke ssshhh, sementara threshold braking suaranya cit cit cit cit, lebih keras daripada saat selip.

      Suka

      • ya gak mungkin sama lah om. tergantung situasi aja. agak susah sih kalo dijelaskan. ban berdecit yang saya ceritakan itu, kalo sedikit saja lebih lama, saya pasti jatuh. maka nya itu saya reflek melepas rem tangan kanan begitu ban depan berdecit

        sebagai gambaran, kampas rem depan saya sudah 2 kali ganti sedangkan kampas rem belakang masih orisinil bawaan pabrik dan masih tebal jika dilihat dari putaran baut nya. odometer saat ini 72 ribuan

        Suka

        • terima kasih penjelasannya. Berarti berdecitnya karena selip? berdecit selip itu suaranya terusan. bannya berdecit tidak selip ada jeda antara suara cit nya. Bila selip memang harus dilepas remnya.

          pemakaian rem menurut saya lumayan awet.

          Suka

          • soal pemakaian rem, menurut saya sih cepet habis om dibanding bbrp motor yang pernah saya pakai. kampas rem bawaan habis di km 43 ribuan. penggantian kedua habis di km 70 ribuan. yang saya pakai saat ini adalah kampas rem yang ke 3 (pergantian yang kedua kalinya). kampas rem bawan kan gak dihitung sebagai penggantian.

            Suka

      • (Bila pengeremannya santai, pemakaian hanya rem depan saja memang tidak akan membuat tergelincir, namun berhentinya tidak maksimal.)

        jika rem depan saja tidak maksimal, apalagi belakang om (kondisi jalan mulus yak). gini coba deh misal jalan 40 atau 50 atau 60 (terserah lah) kemudian rem belakang aja se-optimal mungkin agar berhenti dan catat berhenti nya di jarak brp. kemudian bandingan dengan menggunakan rem depan saja dengan motor, kecepatan dan jalan yang sama

        namanya benda bergerak ke depan, efektif nya dalam menahan laju ya ditahan di depan om (rem depan), bukan tarik (rem belakang)

        Suka

        • Iya, memang pakai rem depan saja bakal lebih pakem daripada pakai rem belakang saja. Namun anjuran saya bukan seperti itu. Rem belakang dipakai untuk mengawali, bila bodi motor sudah condong ke depan harus segera diikuti dengan pemakaian rem depan. Saat bodi motor sudah condong ke depan grip roda depan sudah lebih besar dari sebelumnya.

          Tidak maksimal maksud saya adalah nekannya kurang kuat. Harusnya kekuatan pengereman itu antara awalan dan sesudahnya itu berbeda. setelah bodi motor condong ke depan, grip roda depan bertambah karena beban berpindah kedepan, sehingga kita bisa pakai rem depan lebih kuat. Kalau tenaga disamakan ya berarti untuk tahap berikutnya nggak maksimal. Kalau kekuatan disamakan dengan saat grip sudah kuat, maka motor bakal jatuh.

          Di tekniknya intruktur safety riding indonesia, ini dilakukan dengan menekan rem depan secara lemah dulu. Berikut penjelasannya:
          Tips Pengereman Sepeda Motor dari JDDC

          2. Tutup putaran gas, diikuti meremas tuas rem depan seperempat (1/4) tekanan secara halus dilanjutkan dengan menginjak/mengaktifkan rem belakang. Lanjutkan kedua pengereman tersebut dengan remasan dan tekanan yang lebih besar.

          Motor bisa jatuh bila meremasnya berlebihan. Oleh karena itu di barat sering dikasih warning “squeeze do not grab”, tapi toh buktinya tetap banyak yang jatuh sebelum di barat musim ABS. Expert sekalipun juga bakalan jatuh kalau jalan lebih licin dari jalan yang dipakai latihan.

          Oleh karena itu saya menyarankan mengganti tahap itu dengan rem belakang dulu. Sehingga tahapannya menjadi: tutup putaran gas bersamaan dengan menginjak rem belakang. setelah bodi motor condong ke depan (ini terjadi cepat), kita pergunakan rem depan.

          Suka

          • ooo gitu maksudnya. iya gpp sih om. kita sepertinya tidak sependapat dengan hal ini karena saya masih mengutamakan rem depan terlebih dahulu. rem belakang hanya untuk membantu saja. jika rem depan sekiranya bisa mengatasi keadaan ya gak pake rem belakang heheheheh. feeling turun berperan sih

            Suka

  8. Assalamu’alaikum, perkenalkan saya pembaca diam – diam di blog bapak. Sekedar berbagi pengalaman mengenai pengereman CBS Honda di produk metiknya. Sebagai seorang pengendara dan pengemudi, saya berharap Kita mengenal dengan baik karakter kendaraan bermotor yang digunakan. Sepeda motor dengan rem tromol depan belakang, rem cakram depan tromol belakang, rem cakram depan cakram belakang dan rem cakram depan cakram belakang dengan ABS pernah saya gunakan. Bahkan Honda metik CBS. Baiknya pengendara mengetahui dan paham dengan kendaraan yang dipakai ( Ojo mug nganggo tok ). Banyaknya jam berkendara juga berpengaruh deh, apalagi kondisi jalan yang dilalui modelnya macem2 hehehe…

    Suka

  9. Smua tinggal kbiasaan. Mana yg lebih didulukan,yg pnting yakin. Klo saya depan duluan.dan alhmdllah blm prnh jtuh walaupun dr kcepatan penuh.mnurut pngalaman klo dr kcepatan penuh menggunakan belakang motor akan ngesot.tp tidak dngn rem depan

    Suka

    • Mendahulukan rem belakang tetap pakai rem depan. Menurut saya bukan yang penting yakin tapi yang penting sering latihan. dan nggak cuma di jalan kering saja tapi di jalan licin, berlumpur, dst.

      Bila pakainya rem depan dulu maka harusnya setelah pertama ngerem berikutnya rem depan dikeraskan lagi tekanannya. Tapi banyak yang tidak begitu dan tidak menambah tekanan lagi, tekanan rem depan berikutnya sama dengan saat awal pengereman. Ini kurang maksimal.

      Bila pakai rem belakang dulu maka tekanan yang dipakai untuk rem depan bisa lebih keras karena ban depan sudah lebih siap menerima tekanan rem. Ini bisa dijelaskan dengan weight transfer:
      Teori weight transfer bisa menjelaskan mengapa mendahulukan rem depan bisa bikin celaka

      Suka

      • Nah itu dia… kalo mnurutq mungkin orang2 yg sering jatuh menggunakan rem depan itu gk siap.ato reflex kaget.jadi nekan rem penuh secara mendadak yg ahirnya roda ngunci.cenderung ke kaum hawa kayaknya. Untuk ala safetynya rem belakang dulu lebih aman.tp buat yg doyan kebut2 speedfreak dia dah tau dan sigap dan pasti lebih dulu pakai rem depan lalu belakang dengan sigap terkontrol bukan karna reflek kaget

        Suka

        • Yang bikin jatuh saat mendahulukan rem depan bukan karena nekan rem kaget saja, tapi juga karena menekan rem dengan kekuatan yang sama dengan jalan kering pada situasi jalan yang licin. Sekalipun orangnya ahli, kalau dia salah memperkirakan grip jalan, maka bakalan jatuh.

          Orang Indonesia banyak yang nekannya terlalu lemah, memang di jalan licin nggak jatuh, tapi di jalan kering kurang kuat jadi terlalu jauh berhentinya. mereka merasa aman mendahulukan rem depan karena nggak pernah ngerem mendekati limit kemampuan roda.

          Sekalipun buat speed freak, pakai rem belakang dulu tidak mengurangi respon. Untuk saya lebih mudah untuk mengerem mendekati limit kemampuan roda bila pakai rem belakang dulu. Harus dicoba untuk mengerem dengan mendekati limit. Cirinya suara sampai bunyi cit cit cit cit cit (bukan sroook). Selama ini saya cari video pengereman masih nggak nemu yang mendekati limit. jadi agak susah memberi contoh. Bila mendahulukan rem depan lebih susah mengaturnya. Mungkin ini sebabnya banyak yang salah tidak mengatur kekuatan rem depan. Dari awal sampai akhir kekuatannya sama, padahal harusnya dibuat bertahap makin kuat.

          Kalau nekannya telalu lemah kesannya seperti sudah benar, padahal nggak maksimal.

          Suka

  10. Dulu pernah saya ngerem dari kecepatan 120 ke 0 untuk menghindari karyawan pabrik yang menyebrang jalan menggunakan motor . keadaan saat itu basah dengan gerimis.. teknik yang saya pakai mengerem bagian belakang dahulu lalu dilanjut rem depan dengan cara tarik lepas tarik lepas sesuai feeling saya . ohya ban nya corsa Terminator 80/80 ..

    Suka

    • terima kasih sharingnya. iya teknik tersebut cocok diterapkan di jalan licin. Teknik cadence braking butuh skill agar tidak mengurangi jarak pengereman dan tidak malah bikin selip, sip.

      Suka

  11. memakai rem depan dengan tekanan 70% kemudian disusul rem belakang 30% (kira2), ngerem bersamaan antara depan dan belakang 50:50, ngerem belakang dengan tekanan lebih besar dari rem depan….wes tau kabeh cak, tapi yang sering tak pakai di semua motor dari matik sampai sport ya pakai rem depan 70% dan belakang 30%, kalo hujan gimana…yo ojok banter2, akal sehat digawe, golek slamet lah masbro.

    trus tekhnik Instruktur Safety Riding Ngawur, sek sek…lek ngawur ya logikaku seh haruse ket dari dulu diprotes sama lembaga safety riding baik nasional dan internasional, makane jok dikupas luare sek, daleme yo dipahami sek.

    Masalah rem CBS, aku sek gawe akal sehat, ngerti kapan ngebut opo gak, jadi masio pakai motor CBS yo sek slamet, soale riding gawe akal sehat….kan jenenge sepeda motor wes onok kapasitase dewe2 cak…

    Suka

    • Cara menghitung prosentase tersebut bagaimana? Apa dari kekuatan tangan (kalau matik)? Kalau boncengan pakai rasio apa? Kalau jalan licin pakai rasio apa? Pakai rasio itu nggak masuk akal.

      Soal kontroversi antara yang mana dulu didahulukan masih belum selesai artikelnya. Pernah debat sama bekas instruktur CBT inggris. Ngeyel bilang harus depan duluan. Tapi ditanya mana penelitiannya nggak bisa jawab. Ditanya apa dia sudah pernah bandingkan sendiri nggak bisa jawab. Jawabnya itu ilmu turun temurun mulai dari beberapa decade yang lalu.

      Salah satu kutipan artikel:
      MOTORCYCLE BRAKING AND ITS INFLUENCE ON SEVERITY OF INJURY – Alexander Sporner & Thomas Kramlich, GDV – Institute for Vehicle Safety München – Germany

      Modern motorcycles have excellent brakes but the driver is often overtaxed in pre-accident situations. There is a great risk that even an experienced driver will overbrake the front wheel due to the stress situation.

      In more than 90% of all accidents involving a fall prior to the collision, an ALB system could have been completely prevented the fall. This would result in a substantial reduction of serious and fatal injuries to motorcycle drivers.

      Soal CBS, terbukti banyak yang celaka.

      Suka

      • Kebetulan motor operational kantor pakai CBS dan kantor saya di pergudangan yg 80% pasir dan kerikil, sebagai pengguna dan bukan org teknik saya hanya memakai ukuran logika saat berkendara, bukan ukuran ini dan itu, krn saya kembali lagi ke fungsi rem yg kadang org salah tafsir apapun teknologinya yg dikira fungsinya hanya untuk menghentikan laju motor, jadi jalan apapun langsung rem, ngandalkan teknologi dan kalo jatuh atau gak berfungsi dianggap gagal produk, padahal fungsi sebenarnya ya kembali lagi ke hakekat rem itu sendiri yg dikendalikan oleh sebuah badan bernyawa yg memiliki otak untuk berfikir

        Suka

        • Syukurlah tetap selamat. Mungkin begitu. Namun bagi saya, teknik safety riding yang benar itu harusnya aman bagi orang yang nggak mikir sekalipun.

          Saya sendiri merasakan beda perilaku antara motor dengan CBS dan tanpa CBS. Dan saya berpendapat CBSnya matik Honda itu bahaya. CBS nya beda dengan yang di Honda CBR250 yang rem depannya bekerja sesudah rem belakang waktu CBS diaktifkan.

          Suka

            • Karena saya mikir maka saya berpendapat CBS itu bahaya.

              saya rasa banyak orang yang merasa aman mendahulukan pakai rem depan itu karena mereka nekan remnya lemah. Ngerem santai santaian yang tentu saja nggak bikin jatuh. Tapi jarak pengereman jadi panjang. Kalau berhenti sering nggak nututi.

              Suka

            • saya selalu pakai 70-30 % karena motor harian saya gak pakai teknologi apapun, pyur rem, gak CBS opo ABS, dan selama jarak pengereman saya nututi selama ini ya fine saja, ya Alhamdulillah gak pernah sampai keblabasan kalo ngerem, karena pakai logika…tapi 70-30 % pengereman selalu saya terapkan, sejak saya AKAP sampai AKAP (pulau) ridingnya

              Suka

            • Cara menghitung prosentase tersebut bagaimana? Apa dari kekuatan tangan (kalau matik)? Kalau boncengan pakai rasio apa? Kalau jalan licin pakai rasio apa?

              Suka

          • Wes suwe pak lek motor pakai CBS sama gak pakai CBS itu beda perlakuan, tapi mosok yo semua medan disasak ae pak, kan yo kudu pakai logika kalo berkendara, inti safety riding itu kan demikian, masalah tekhniknya sampeyan lek wes tahu RDL yo sampai hujat juga pastine, wong sampeyan loh baru tahune safety riding, belum ke defensif riding, jadi kalo bapak mengatakan kalo tehnik safety riding Honda itu salah, langsung aja pak somasi ke AHM, RDL dan lembaga safety riding lainnya

            Suka

  12. bicara teknik safety riding memang berbeda mas, cara pandangnya, bagi yang sudah sering latihan sama yang hanya sekedar melihat latihannya, baik melalui video, nonton langsung, foto atau cuman sehari praktek, beda banget cara pandangnya, terutama yang berfikir slalom dan jalan di titian gak ada gunanya, memang beda cara pandangnya.

    saya sendiri org awam, kebetulan ada kesempatan untuk rutin berlatih selama beberapa kali, saya sendiri menyadari perubahan sebelum saya berlatih dan setelah berlatih, saya pun jadi mengerti kegunaan latihan itu lebih dari yang org hanya sekedar melihat.

    jadi mulai saat itu ya saya jadi berfikir logika saat berkendara, bahwa stinggi apapun teknologi, tetap ada peran otak didalam badan yang bernyawa, kecuali yang bernyawa ini tidak berfikir sama sekali, mau dikasi motor atau mobil teraman dan ternyaman, kalo mengendarainya gak pakai mikir (kayak yang mas bilang diatas) ya modiarrrr…langsung mengadap sang khalik mas…benar mas bilang, cuman itu jawaban bagi org2 yang rindu akan Allahj dan gak lagi butuh duniawi

    Suka

    • Harus diingat juga bahwa saran kita bisa mempengaruhi keselamatan orang lain juga. Tidak hanya diri kita sendiri.

      Saya ingin tahu logika mas menyarankan pakai rasio 70%/30%. Itu menghitungnya bagaimana? Silahkan anggap saya ini bodoh nggak tahu caranya menghitung prosentase, karena bagi saya kok aneh.

      Bila cara pandang beda, mohon dijelaskan mas pakai cara pandang apa.

      Bila mas termasuk penganut rasio 50%/50% bila boncengan dan jalan licin, mohon dijelaskan seperti apa. Biar saya bisa jelaskan logika saya.

      Suka

      • Saya ini kan org awam pak, gak kayak bapak yg pinter kalkulasi dsb, saya sih simple aja, hitungan saya bisa berarti berbeda dengan org lain, kan cara berkendara org beda2, saya sama bapak pun bisa beda, hitungan ini berasal dari proses pak, krn yg menghitung adalah otak, bukan CBS atau ABS atau apalah itu.

        Coba bapak bayangkan jika ilmu safety riding dan defensife riding tidak pernah ada di muka bumi ini…apakah bisa muncul teknologi2 yg ada saat ini?

        Harusnya bapak sebagai org yg mempunyai wawasan luas sebagai blogger harus sudah tahu apa alasan teknologi diciptakan, apakah untuk mempermudah dsb, jadi jika bahasan tentang safety riding dan CBS ini hanya masalah dimana org pintar itu banyak namun yg mengerti itu sedikit

        Suka

        • mas berani kasih saran 70%/30% itu dasarnya apa? mas tadi bilang sebagai orang yang mikir dan logis, kok sekarang bilang cuma orang awam?

          Untuk saya dalam menerima ilmu itu harus diyakinkan sumbernya. dan untuk saya ajaran ajaran dari safety riding ataupun defensive riding Indonesia itu pada nggak jelas sumbernya. Nggak boleh didebat, pokoknya harus begitu. Nalar yang diberikan juga nggak masuk akal.

          Suka

          • Mas mau tau dasarnya…cuman saya gak enak disangka sombong kalo disini, namun yg pasti pengalaman yg mengajarkan saya.

            Saya mikir dan logis mas dan saya org awam juga yg gak seperti mas yg spesial krn punya data2 fantastis di blog…saya apa tuh.

            Kalo memang masnya merasa SR dan DR secara hati dan fikiran mas adalah salah…silahkan kirim somasi, protes keras, bahkan tuntutan baik do lingkup nasional dan international dengan semua data yg mas punya, biar enak bagi semuanya…

            Suka

            • Saya sempat tanya ke dua orang yang sepertinya merupakan intruktur safety riding / defensive riding. Mereka tidak bisa jelaskan tapi tetap ngotot. Menurut saya lebih berguna, bakal lebih didengar bila sharing ke masyarakat yang tidak cari uang di lembaga tersebut.

              Suka

            • Maksudnya kan bapak yg tahu bagaimana seharusnya, nah bapak yang memberikan dan mengajari bagaimana yg benar itu.

              Kan gak lucu juga pak, dimana banyak yg gak bermasalah namun hanya satu yg mengatakan salah

              Suka

            • sudah. Yang masih pakai rem depan dan ngaku ngerem pakai rasio ngeremnya lembek. Soal CBS, banyak juga yang nggak bisa merasakan perbedaan feeling antara motor pakai CBS dan tidak.

              Suka

            • Sebenarnya bisa kok pak kan motor operasional kantor pakai CBS, dimana saat hard brake baru CBS itu bisa saya rasakan, kalo gak hard brake kan gak

              Suka

            • feeling waktu lagi jalan. Yang jangan dilakukan bila motornya CBS:
              – mengerem rem belakang saat sudah pakai rem depan
              – mengerem di tikungan apalagi licin
              – mengerem sambil belok

              Suka

        • saya sebenarnya berharap mas bisa jawab mengapa pakai teori 70%/30%. hari ini kebetulan ada orang inggris komentar hal yang sama. ngomong begini:
          “70/30 refers to 70% of your “braking power” coming from the front and remaining 30 from the rear. basically doing the job of a brake proportioning valve that cars have

          Alasannya katanya karena kita yang harus mengatur kekuatan proporsi pengereman seperti valve pengatur kekuatan pengereman di mobil.

          itu menurut saya tidak masuk akal.

          Suka

          • Gak masuk akal dinilai dari apa mas??? Maaf saya bukan org pinter krn semuanya tahunya saya dari pengalaman…70:30 selama ini riding kemanapun fine2 saja…trus apa yg bermasalah

            Suka

            • sampai sekarang saya masih nggak tahu maksud mas dengan 70:30 itu apa. Ngitung pakai apa juga nggak jelas. Untuk menjelaskan ke mas, saya harus tahu apa maksud mas dulu. Kalau nggak tahu, jadi asumsi kemana mana.

              Ada dua perkiraan saya:

              – 70:30 itu kekuatan tangan waktu menekan rem
              – 70:30 itu kekuatan pengereman di roda

              Yang terakhir itu menurut saya nggak mungkin diukur sama orang. Saya asumsi mas pakai asumsi pertama, tapi nggak yakin. yang mana yang mas pakai?

              Suka

            • Lah kok mas malah menunjukkan saya dua asumsi itu, kan mas katanya dah paham bener SR dan DR sampai mengatakan hal itu keliru, tanpa saya jawab pasti sekelas mas sudah paham

              Suka

            • enggak, saya nggak paham dengan ajaran SR dan DR yang nggak jelas tersebut. dicari dasarnya nggak ada, ditanyakan alasannya apa nggak bisa jelaskan. dilihat dari sisi manapun nggak masuk akal. nggak masuk diotak walau sudah saya pikir pikir.

              mas sendiri apa paham? mas sendiri kesulitan untuk menjelaskan.

              Karena nggak masuk akal, nggak jelas dasarnya, mangkanya saya anjurkan untuk jangan diikuti.

              Suka

            • Apa mas bisa jelaskan benarnya bagaimana? masuk akalnya dimana? Bila tidak, ya sudah. Sama sama nggak bisa jelaskan. Kalau nggak bisa dijelaskan atau dinalar, untuk apa dipraktekkan?

              Suka

            • Kalo saya sudah mempraktekkan meski saya gak bisa menjelaskan sepintar bapak, apalagi perlakuan riding org berbeda2 kan pak, ibarat kata kalo dalam satu kelas diajarkan ilmu yg sama penangkapannya bisa berbeda tergantung hati dan fikiran orgnya

              Suka

            • untuk CBS, saya pakai pengalaman pribadi saat mencoba mengerem mendekati limit. Pernah pakai rem depan sudah pas, begitu rem belakang langsung ban depan selip. Istri pernah jatuh saat ngerem di jalan licin padahal sudah jalan pelan, istri masih nggak tahu bahwa motor CBS itu butuh gaya mengerem spesial.

              Solusi lain ya mengerem pakai cara lembek. Nekan rem depan jangan keras keras, jangan di paskan. dibuat jarak pengereman panjang.

              Suka

  13. Maksudnya nih yeee…., menurut pengamatam ngawur ane, mas otobalancing itu intinya mungkin…, mempertanyakan keabsahan dari pendapat Om Cahyo dimana ia menilai bahwa penggunaan CBS Honda di maticnya itu justru berpotensi bikin celaka, sementara mas otobalancing sendiri menurut beliau faktanya banyak yang tidak celaka walau makek matic CBS honda, jadi argumen dari Om Cahyo ini dianggap kurang kuat karena toh faktanya dilapangan banyak yg tidak celaka pas makek matic CBS honda. Ya wajar jika orang lain menilai berbeda, mereka bisa bilang argumen om cahyo kurang valid soalnya yg kena korban hanya satu istrinya sendiri, tidak cukup kuat untuk dijadikan alasan bahwa CBS berbahaya, mungkin hanya dianggap kasuistik saja, hanya terjadi sekali dalam seribu misalnya. Kalau ane sendiri sih 100% percaya pada rem sepeda motor (baik matic atau non matic) yg tanpa ada koneksi antara rem depan-belakang. Tapi memang seharusnya para instruktur safety riding Honda yg mengkampanyekan #Cari_aman itu juga harus menggunakan matic honda yg berCBS milik mereka pada saat melakukan kegiatan test/kampanye, biar ketahuan apakah adanya CBS bisa membantu pengendara atau justru malah berpotensi bikin celaka. Lagian produk Ngondah yg paling banyak laku terjual kan maticnya. Atau bisa saja ini suatu indikasi bahwa instruktur dan pihak Honda sendiri sebetulnya tau kalo matic CBSnya beresiko jika buat acara kampanye2 gituan. Ngga mungkinlah perusahaan mau membuka borok dari produk sendiri, apalagi para blogger kacung beserta Fans Boy dan Kroni2nya, tentu mereka bakal membela habis habisan, orang yg ngasih makan juga pabrikan yg mereka bela og.
    Sebenarnya jika kita bisa berpikir sejenak (tanpa terkontaminasi kepentingan pabrikan) pendapat Om Cahyo memang ada benarnya dan masuk diakal yaitu CBS Honda matic cara bekerjanya ketika tuas rem stang kiri ditekan, maka rem yang bekerja justru rem cakram depan dulu baru belakang, hal ini beresiko waktu menjelang tikungan atau jalan yg berpasir/kotor karena roda depan lebih mudah kehilangan traksi, dan karena cara bekerjanya ngerem depan dulu baru belakang, maka kalo tuas rem kanan ditekan akhirnya jadi berpotensi bikin ngelock cakram depan, maunya ngerem sesuai keinginan hati tapi rem tidak bekerja sesuai keinginan karena intervensi dari adanya CBS itu tadi. Dan karena matic itu bobot lebih banyak bertumpu dibelakang maka potensi lost front tyre makin besar. Mending ngerem tanpa rem yg terkoneksi depan belakang karena lebih dapet feelnya.
    #semogapaham

    Suka

Bagaimana menurut bro?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.